Situasi di Suriah semakin suram. Di mana misi diplomatik yang dijalankan oleh mantan Sekjen Kofi Annan dan Liga Arab, gagal. Tidak berhasil menghentikan kekejaman yang dijalankan oleh rezim Syiah Alawiyyin di Suriah. Bashar al-Assad terus melakukan kekejaman dan membantai rakyatnya, tanpa henti.
Kegagalan itu, karena dunia internasional tidak serius, dan gagal menekan rezim Bashar al-Assad, dan terus menerus terjadinya kekerasan dan pembantaian terhadap rakyat di negeri itu.
Salah satu faktor, karena Rusia dan Hesbollah Lebanon, Irak, dan Iran terus memasok senjata dan dukungan personil militer. Maka, Bashar al-Assad dengan dukungan internasional itu, tak berkepentingan menghentikan aksinya melakukan kekersan
Maka, para pejuang dan oposisi Suriah, kemudian mengambil langkah membnetuk apa yang disebut : "The Suriah Revolusioner Front", yang anggotanya terdiri dari kelompok-kelompok oposisi Suriah. Mereka mendeklarasikan berdirinya gerakan dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung di Istanbul, Turki, Senin.
Berbicara pada konferensi pers, seorang aktivis oposisi Mustafa Falih et-Tai mengatakan, mereka mendirikan sebuah entitas baru untuk menyatukan faksi-faksi Islam terdiri berbagai aliran politik dan suku."Kami mengumumkan pembentukan Front Revolusioner, dan kami berada di setiap wilayah Suriah, serta tujuan kami membawa kekuatan politik menuju revolusi Suriah", ujar et- Tai.
Gerakan yang baru lahir itu, bagian dari langkah yang dilakukan kelompok-kelompok para pejuang dan oposisi yang masih berserak di Suriah. Mereka belum terkristal dalam sebuah wadah gerakan yang menyatukan mereka dalam menghadapi rezim Bashaar al-Assad. Sampai hari ini belum ada komando yang utuh di Suriah menghadapi rezim Syiah di negeri.
Karena itu, gerakan-gerakan perlawanan di Suriah terasa belum efektif, dan sifatnya masih sporadis. Inilah yang menguntungkan rezim di Suriah. Seperti dikemukakan oleh Menlu Amerika Serikat, Hallary Clinton, di mana ia menolak melakukan intervensi militer ke Suriah, karena salah faktor tidak adanya kesatuan gerakan perlawanan di Suriah.
Masih terlalu panjang jalan yang harus ditempuh guna menghadapi rezim Syiah di Suriah, yang mendapatkan dukungan Rusia dan China, serta negara-negara Syiah di sekelilingnya, seperti Lebanon, Irak, dan Iran, yang ingin melanggenggkan hegemoni di Suriah. Inilah situasi di Suriah yang sangat rumit, dan tidak adanya kekompakan di kalangan negara-negara Arab. (af)