View Full Version
Rabu, 07 Oct 2009

Manusia Sebagai Khilafah Di Bumi

استخلاف الانســان فى الأرض

 

 

*Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".*  ( QS. Al Baqoroh 30 )

 

 Mufradat al-Lughowiyah

 

  و ا ذ  / Wa Idz              : Dan ingatlah yaa.. Muhammad

ربك    / Rabbuka            : Tuhanmu  Al Rabbu  mengandung arti:

1.      Al  Maalik (Tuhan yang memiliki),

2.      Al Sayyidu (Tuhan yang berhak memerintah dan semua perintahNya harus dita'atai),

3.      Al Mashoolihu (Tuhan yang berhak memperbaiki kehi dupan hambaNya)

4.      Al Jabiru (Tuhan yang berhak menentukan kehidupan dan kematian bagi hamba Nya)

للمـلئـكة / Lil Malaaikati:  Kepada para malaikat. Malaaikatun  jama' dari  "malakun"

Malaikat adalah mahluk Allah yang diciptakan dari nur yang tidak pernah makan dan minum. Dan Malaikat adalah mahluk Allah yang disucikan, karena tidak pernah berbuat ma'siat dalam menjalankan perintah-perintah Allah karena malaikat mahluk Allah yang hanya menuruti semua apa-apa yang telah diperintahkan Allah.

انى جاعل فى الأرض / Inni jaa-'ilun fi al ardli : Sesungguhnya Aku menciptakan di bumi

خـليفة  / Kholiifatan    :    Pemimpin

al Kholiifatu, adalah orang yang akan memiliki pengikut, dan tegak berdiri  di tempatnya untuk menegakkan, menjalankan hukum-hukum Allah. Dan yang dimaksud kata "Kholifah" dalam ayat ini adalah nabi Adam 'alaihis-salam.

قالوا أتجعل فيها من / Qooluu ataj 'alu fiiha man :  Para Malaikat menjawab,  apakah

                        Engkau akan menjadikan manusia di bumi.

يفســد فيـها / Yufsidu fiiha : mahluk yang akan berbuat kerusakan di bumi.

                       Yaitu yang akan suka berbuat ma'siat di dunia.

 

و يسـفك الـد ماء / Wa yasfikud-dimaa-a : Dan akan menummpahkan darah dengan cara

                        Membunuh karena saling bermusuhan, sebagai mana prilaku bangsa

                        jin yang suka berbuat kerusakan di bumi. Dan tat kala bangsa jin ini

                        saling berperang, lalu Allah menurunkan para malaikat untuk

                        menghalau bangsa jin ke pegunungan.

و نحن نسـبح بحمدك  /  Wa nahnu nusab-bihu bi hamdika:  Dan kami senantiasa

                        mensucikan Mu. Yaitu selalu mmengucapkan engkau dari segala

                        kekurangan, dengan cara bertasbih dengan lafadz "Subhaa-nallahi

                        wabihamdihi"

و نقد س لك /Wa nuqod-disu laka : Dan kami sellu mensucikan Mu. Yaitu dengan cara

                        membesarkan kekuasaan dan kebesarann Mu

 

 

Munasabah al Ayat

    

Ayat ini mengkisahkan terjadinya dialog antara Allah dan Malaikat, tentang irodat Allah yang akan menjadikan Adam sebagai kholifah. Inti dari kisah ini, Allah memulyakan manusia dengan cara mengangkatnya sebagai "kholifahtullah fil ardli" dan diajarkannya berbagai bahasa yang belum pernah diajarkan oleh Allah kepada para malaikat.

 

Dari kisah dialog Allah pada malakat, menjadi sebuah keyakinan, bahwa "iraadatullhi" atau kehendak Allah jika Dia kehendaki, tidak ada yang bisa menolak, karena Allah maha kuasa dan Maha mengetahui, sedangkan manusia tidak diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah kecuali sedikit sekali.  Sebagaimana Allah ceritaka dalam QS.  Al baqoroh ayat berikutnya 30 – 33.

 

 Tafsir dan Penjelasan Ayat.

     

Allah Swt. memertintahkan nabi Muhammad Saw. Untuk menceritakan kisah Adam 'alaihissalam untuk mengingat kebesaran Allah Swt. yang dilimpahkan kepada manusia. Ketika pelimpahan kekholifahan pada Adam, Betapa berat Syetan dan juga Malaikat menerima kehendak Allah, hinga ahirnya Syetan enggan menjalankan perintah Allah yang telah memerintanya untuk sujud kepada Adam. Ingatlah ketika Allah berfirman "sesungguhnya Aku akan menjadikan adam sebagai Kholifah yang memiliki kekhilafahan di bumi". Setelah itu Adam diberikan tempat kehiduipan dan dianugerahkan bekal ilmu pengetahuan dengan memahami berbagai bahasa.  Mendengar kepastian adam menjadi kholifah, malaikat interupsi atas keberatannya kepada Allah. Dan malaikat mengungkapkan pertanyaan dengan kata-kata yang penuh keta'ajuban. "  Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah dibumi?, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau"(QS.2 : 30)

 

Soal kekuasaan  sangat krusial, tak aneh dalam dunia politik, kita sering mendengar selogan "tak ada teman yang abadi dan tidak ada pula musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan untuk berkuasa." Orang bilang jangankan syetan atau manusia, malaikat saja kalau sudah bicara pentas kekuasaan angkat bicara, karena memang kekuasaan itu adalah wilayah prestise dan kehormatan. Dari itu hikmah yang harus kita petik dari pembahasan ayat ini adalah, bagaimana kita bisa menciptakan suatu manahij atau sistem perpolitikan yang Islamy, yang lebih mengedepankan intlektualitas dan moral para calon pemimpin, sehingga tidak terjadi perebutan kekuasaan yang selalu dalam sistem perpolitikan demokrasi ala sekuler dimenangkan oleh orang-orang yang tidak kapabel. Begitu banyak sekarang ini orang yang cerdik pandai dan bermoral tereleminasi dalam kancah perebutan kekuasaan, karena orang-orang yang alim tidak pernah meminta jabatan apa pun juga, karena hukumnya haram.

 

Dan yang paling menarik dalam kasus interupsi malaikat adalah adanya celah terbukanya  keran transparansi dalam menentukan siapa yang layak menjadi kholifah, karena dengan Allah mengungkapkan keunggulan Adam, dan pengakuan malaikat atas keungulan Adam dengan mengatakan : "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. 2:32)  Jelas ayat ini memerintahkan kepada kita untuk menyerahkan kepemimpinan pada orang yang alim dan berahlak, dan tidak boleh berdasarkan asumsi-asumsi yang salah dan buruk. Sebagai mana ketika malaikat mengengkapkan kepada Allah tentang pengetahuannya tentang manusia yang ia kenal sebagai mahluk yang suka berbuat kerusakan dan suka membunuh, lalu Allah mematahkan argumentasi penolakan malaikat atas diangkatnya Adam sebagai kholifah Lalu Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. 2 : 30)

 

Sangat ironis bagi orang yang beriman memahami kisah ayat ini, mengapa malaikat heran dengan irodat Allah? Itu karena ketidak tahuan malaikat, dari itu setelah Allah menerangkan tentang keunggulan Adam, malaikat pun legowo menerima kehendak Allah. Dan dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran  untuk mengenal manusia.. Untuk mengenal seseorang, perhatikan ketika kehendak ketetapan Allah berlaku pada orang itu, apakah orang itu termasuk memiliki ketaatan dengan menerima keadaan yang terjadi, tetapi jika dia tidak mau menerima kejadian yang berlaku, jadilah dia termasuk orang yang ahli ma'siat. Dan Allah maha bijaksana  yang tidak akan memberlakukan sesuatu ketetapan kecuali untuk kebaikaan.

 

Mungkin ada yang bertanya, dari mana malaikat tahu kekurangan dan sipat manusai, padahal ini masalah yang tak nampak. Malaikat mengetahui kekurangan yang ada pada manusia  karena kedekatannya kepada Allah dan memberitakannya di Lauhil Mahfudz, tetapi penegetahuan ma;laikat sangat terbatas akan rahasia Allah, sekalipun malaikat mempunyai kebebasan  keluar masuk dan turun naik lauhil Mahfudz karena Malaikat adalah mahluk Allah yang disucikan. Malaikat menegenal  tentang sipat manusia yang keras dan suka bermusuhan satu sama lainnya, dan sifat-sifat yang ada pada manusia ada kesamaan dengan sifat-sifat yang ada pada jin yang telah berbuat kerusakan di bumi. Maka tatkala Allah  mengangkat manusia sebagai kholifah. Dengan keterbatasan pengetahuannya, Malaikat bertanya kepada Allah dengan ungkapan bernada keberatan. Yang jelas manusia itu unik, karena bisa menjadi mahluk yang baik dan bisa juga menjadi mahluk yang buruk. Keunggulan lain manusia telah dianugerahkan pengetahuan berbagai macam bahasa. Atas dasar inilah layak menjadi kholifah di permukaan bumi. (Lihat  Tafsir Al Kasy-syaf  zuz I halaman 209 atau dalam tafsir al Tobari zuz I halaman 157)  Dan Firman Allah: 

 

"Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (QS. Yunus 14)

 

Allah meroling ke Kholifahan ini dari Jin kepada Adam, karena jin telah berbuat kerusakan, dari itu malaikat yang merasa kerjanya selalu bertasbih mensucikan Allah dan ta'aat terthadap perintah Allah merasa lebih layak untuk mengemban tugas sebagai kholifah yang akan melakukan tindakan perbaikan untuk menjaga keseimbangan alam ini.

Dalam tafsir Ibnu Katsiir, malaikat memohon kepada Allah untuk menjadi Kholifah:

لن يخلق الله  خلقا  أكرم عليه منا ، فنحن أحق  بالخـلا فة فى الأرض

" Allah tidak menciptakan ciptaannya yang lebih mulya dari kami,maka kami lebih berhak untuk menjadi kholifah"

   

Namun iradat Allah berbeda dengan kehendak malaikat yang pasip dan hidupnya seperti robot, Allah membutuhkan kholifahnya yang penuh inovatip, kreatip, memiliki kejujuran, berilmu, memiliki keimanan dan kedekatan pada Tuhannya. Dan kreteria itu ada pada manusia, kalau manusia memiliki ambisi, pada malaikat tidak sipat itu. Manusia adalah mahluk Allah yang memiliki kelebihan yang ada pada jin dan malaikat, maka tidak aneh, kalau manusia itu bisa jadi Syetan dan juga bisa jadi solehnya melebihi malaikat.

 

Dalam pembahasan ini, jika kita hubungkan dengan ayat 31, 32   dan 33 memberikan gambaran tentang keunggulan yang Allah berikan kepada Adam, dan ini sebagai bukti bahwa Allah memberikan keutamaan kepada manusia ketimbang malaikat dan mahluk-mahluk lainnya. Sebagai bukti Malaikat mengakui keunggulan manusia, bahwa Allah mengajarkan sesuatu yang belum pernah diajarkannya kepada malaikat. Sebagai mana firman Allah:

"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS. Al Baqoroh 32 )

 

 Fiqih Kehidupan atau Istimbat Hukum

       

Banyak orang yang tak sadar, bahkan tidak mengerti sama sekali, bahwa sistem tata dunia tengah memasuki holocous peradaban yang sangat mengerikan. Sekalipun kecenderungan telah dasadari sejak tahun 70 an, dan ini terbongkar, berawal dari hasil konferensi Stockholm mengenai masalah lingkungan manusia. Kehawatiran banyak kalangan terhadap kerusakan lingkungan manusia  semakin kentara dari berbagai  pemikiran fakar disiplin ilmu, terutama setelah terbit sebuah "A. Blue print for Survival" dari the Ecologist. Namun demikian, masyarakat dunia baru sebatas  pada keperihatinan dalam mensikapi kejadian yang muncul terhadap tatahan dunia yang hampir sekarat, ini terbukti dengan belum adanya satu pun solusi untuk membarikade meluasnya kehancuran sistem Dunia.

 

Dan hampir semua krisis yang dihadapi sistem dunia sekarang ini berasal dari kecendrungan crisis multidimensional, dan ini sebagai bukti gagalnya konsep Kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan.  Kekacauan  dalam peradaban tatanan dunia saat ini juga tidak terlepas dari aturan  paham Libral, yang memaksakan sistem pemerintahan Demokratik. Dan sistem pemerintahan demokratik yang menempatkan rakyat sebagai pihak berdaulat juga telah menimbulkan nestapa moderen, kartena dengan mengadopsi sistem pemerintahan demokrasi yang berakibat menimbulkan faham sekularisme yang bertentangan dengan Syri'at Islam.

 

Kita sangat membutuhkan solusi untuk memecahkan kebingungan banyak orang yang ingin keluar dari berbagai tantangan   yang amat membingungkan, paling tidak kita awali dengan membentuk satu lembaga ketahanan imamah yaitu dengan mengokohkan sistem keholifahan tunggal dikalangan umat islam, karena kemunduran umat Islam saat ini, faktor yang sangat dominan adalah karena tidak adanya seorang pemimpin yang dapat menyatukan kekuatan umat Islam. Padahal kemulyaan Manusia    dari mahluk lainnya karena Allah menjadikan Adam sebagai kholifah, maka selama umat Islam tidak memiliki pemimpin yang kafabel, kehidupan umat Islam menjadi gamang. Dari itu apa yang dapat kita petik dari bahasan tafsir ini?   

 

Pertama, yang dapat kita petik dari kisah ayat ini adalah Allah memulyakan manusia dengan cara mengangkatnya sebagai kholifah. Karena dengan posisinya sebagai kholifah manusia leluasa menjalankan perintah Allah, hal ini diperkuat dengan firman Allah, bagai mana Allah memberikan kekuasaan itu  pada Daud untuk meninggikan derajatnya, karena Daud adalah nabi yang memiliki ketakwaan  

 

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS Shad 26)

 

Kedua: Ketika ada kesempatan untuk mmenjadi pemimpin, begitu banyak oarng yang tertarik menjadi pemimpin, tetapi ironisnya ketika dia menjadi penguasa tidak ingin berkuasa,  ini karena keterbatasan pengetahuannya. Karena orang yang berkuasa tetapi dia tidak kuasa menjalankan tugas, adalah termasuk orang yang tidak amanah. Banyak orang faktor  pemimpin menjadi orang yang tidak amanah, antara lain faktor yang sangat mudah dijumpai adalah: Kepemimpinannya sarat KKN, sehingga setiap kebijakan yang akan dia ambil, bagai mana kehendak preman yang ada disekitarnya, apa lagi kalau penguasa yang mengusungnya preman-preman dan makelar proyek, tentu ceritanya lebih buruk lagi, karena semua tahu penguasa itu harus orang yang memiliki wibawa dan keberanian dalam bertindak. Dari itu Allah menjanjikan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh untuk menjadi kholifah/penguasa.

 

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik". (QS. An nur 55) 

(av/voa-islam)

 


latestnews

View Full Version