View Full Version
Selasa, 18 Apr 2017

BAHAYA! Jadi Kafir Karena Memilih Pemimpin Kafir

Oleh: Abu Misykah

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya haram memilih pemimpin kafir dengan meninggalkan kandidat pemimpin muslim. Jika nekad, status mereka di hadapan Allah akan berubah menjadi munafik. Bahkan sebagian ulama menjelaskan, statusnya bisa berubah menjadi kafir seperti orang yang ia dukung.

Ini didasarkan kepada satu ayat Al-Qur'an yang menyeret Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)- ke kursi pesakitan atas dakwaan menista Al-Qur'an.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak  memberi petunjuk kepada orang-orang yang DZALIM." (QS. Al-Maidah: 51)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang ayat ini,

نهى تعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله، قاتلهم الله، ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك فقال: وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Allah Ta’ala melarang para hamba-Nya yang beriman dari Muwalah (memberi loyalitas; di anatara mankanya adalah dukungan dan pilihan,- pent) kepada orang Yahudi dan Nasrani; mereka itu musuh-musuh Islam dan kaum muslimin. Semoga Allah menghancurkan mereka. Kemudian Allah mengabarkan bahwa sebagian mereka menjadi pemimpin atas sebagian yang lain. Kemudian Allah mengancam orang yang mengerjakan hal itu dengan firmannya,

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak  memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim”.”

Kemudian Ibnu Katsir menukil pendapat dari Muhammad bin Sirin yang berkata: Abdullah bin Utsbah berkata,

ليتق أحدكم أن يكون يهوديًا أو نصرانيًا، وهو لا يشعر

 “Hendaknya salah seorang kalian berhati-hati menjadi Yahudi ata Nasrani tanpa ia sadari.” Ibnu Sirin menambahkan: kami meyakini maksud beliau terhadap ayat ini, yakni QS. Al-Maidah: 51.

Imam Al-Alusi Rahimahullah di tafsirnya berjudul “Ruuh al-Ma’ani fi Tafsiir Al-Qur'an al-‘Adziim wa al-Sab’a al-Matsaanii” saat menjelaskan makna “Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin”  menghadirkan satu pendapat yang mengatakan,

المراد ومن يتولهم منكم فإنه كافر مثلهم حقيقة

Maksudnya: siapa yang mendukung mereka dari kalian maka ia kafir yang sebenarnya seperti mereka.

Beliau juga menukil pendapat lainnya, bahwa ayat ini turun terhadap  kaum munafikin. Maksudnya, dengan sebab dukungan mereka kepada orang-orang kafir dengan meninggalkan orang beriman maka mereka menjadi kafir yang jelas.

Di tafsir Audhah al-Tafaasiir, Syaikh Muhammad bin Muhammad bin Abdul Lathif bin al-Khatiib berkata tentangnya “Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin”: ayat itu dijadikan dalil bahwa memberi loyalitas (dukungan dan pilihan) ke orang kafir adalah kekufuran. Tidakkah engkau lihat firman Allah Ta’ala

فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

Maka ia bagian dari mereka” maksudnya: dari jenis mereka, dari jamaah mereka. Maka berhati-hatilah –wahai orang yang Allah pelihara- memberi dukungan ke orang-orang kafir, maka engkau termasuk bagian dari orang-orang dzalim.”

Di ayat lain, dengan jelas, Allah sebut orang-orang yang mendukung orang kafir dalam kepemimpinan atas kaum muslimin dengan meninggalkan kandidat muslim sebagai munafik sejati.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS. Al-Nisa’: 144)

Allah seru orang-orang yang mengaku beriman agar tidak beri dukungan kepemimpinan ke orang kafir dengan meninggalkan orang beriman. Jika mereka tidak indahkan, maka Allah mengancam mereka dengan adzab yang pedih. Dan cukuplan penyimpangan mereka dalam loyalitas dan dukungan ini menjadi alasan kuat untuk menyiksa mereka di neraka.

Kemudian, di ayat berikutnya, Allah jelaskan status orang-orang yang ngaku beriman tapi lebih mendukung dan memilik orang kafir daripada sesama mukmin dengan predikat sebagai munafikin. Hukuman bagi mereka adalah akan disiksa di neraka yang paling bawah.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا  

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. Al-Nisa’: 145)

Ibnu Katsir Rahimahullah jelaskan, mereka berada di Asfalin Naar (neraka paling bawah) pada hari kiamat sebagai balasan atas kekufuran mereka yang sangat besar.

Syaikh Al-Sa’di Rahimahullah menambahkan keterangan, mereka berada di kondisi siksa paling buruk. Mereka berada di bawah semua orang kafir karena munafikin tersebut membersamai kuffar dalam kekafirannya kepada Allah dan memusuhi Rasul-Nya. Mereka mensupport orang-orang kafir dalam membuat makar dan tipu daya dengan berbagai permusuhan terhadap kaum mukminin tanpa mereka sadari.

Ayat tentang munafikin ini adalah pengulangan dari beberapa ayat sebelumnya,

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًاالَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. Al-Nisa’: 138-139)

Ibnu Katsir menjelaskan tentang siifat munafikin dalam ayat ini adalah mereka orang-orang yang beriman kemudian menjadi kafir. Lalu Allah tutup mati hati-hati mereka. Lalu Allah sebutkan sifat buruk mereka yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka dengan meninggalkan orang-orang beriman. Maknanya, mereka benar-benar bersama orang-orang kafir dengan memberikan dukungan dan memberikan kecintaan ke kafirin dengan rahasia.

Kemudian di ayat ke 140, Allah terangkan hakikat kaum munafikin telah keluar dari wilayah Islam, sehingga kelak mereka berada di satu tempat dengan orang-orang kafir di neraka.

إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam.” (QS. Al-Nisa’: 140)

Bahaya Memilih Pemimpin Kafir

Kepemimpinan kafir atas kaum muslimin membahayakan dien dan kemaslahatan dunia kaum muslimin (salahs atunya: terpeliharanya halal dan haram). Karenanya, Islam haramkan memilih dan mendukung kepemimpinan kafir di wilayah kaum muslimin. Pemimpin kafir memprioritaskan kepentingan sesama mereka. Mereka saling mengasihi sesama mereka, saling tolong menolong dan bantu membantu untuk kepentingan mereka yang kafir.

بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

Sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.” (QS. Al-Maidah: 51)

Bagaimana sikap mereka kepada orang beriman? Sikap pemimpin kafir kepada umat Islam berbeda. Tidak akan memikirkan kemashlahatan iman dan kemakmuran duniawi mereka sebagai orang-orang beriman.

Apa sebabnya? Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di di Tafsirnya menjawab,

فإنهم الأعداء على الحقيقة ولا يبالون بضركم، بل لا يدخرون من مجهودهم شيئا على إضلالكم، فلا يتولاهم إلا من هو مثلهم

“Karena mereka adalah musuh yang sebenarnya sehingga tidak peduli dengan kesengsaraan kaum muslimin. Bahkan, mereka terus menerus berusaha sedikit demi sedikit untuk menyesatkan kalian. Maka tidaklah mendukung mereka kecuali orang yang semisal mereka.” Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version