View Full Version
Kamis, 27 Feb 2020

Di atas Kondisi Apa Kita Meninggal Dunia?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah Ta'ala telah tentukan waktu dan tempat perpisahan kita dari dunia. Yaitu kematian. Tempat yang kita singgah menjadi tempat terakhir yang kita kunjungi. Namun tak seorang pun tahu kapan ajalnya tiba dan di bumi maka akan kembali kepada Rabbnya.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا  وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ  إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)

Ya... sebuah kepastian yang tidak mungkin kita lari darinya. Sekencang kita berlari, pastilah kematian menyusul kita. Di mana kita sembunyi, pastilah kematian menemukan kita. Dan sekokoh dinding yang melindungi, pastilah kematian mampu menembusnya.

Allah Ta'ala, berfirman:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلٰقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu'ah: 8)

Setiap kita menginginkan kematiannya dalam keadaan baik. Khusnul khotimah. Namun sayang, banyak yang hanya sekedar doa dan berharap tanpa amal nyata.

Bagi mereka yang berharap akhir hidupnya baik, lakukanlah selalu kebaikan di setiap waktunya. Lazimi kebaikan, dzikrullah dan semisalnya di mana pun kita berada. Karena sesungguhnya, siapa yang hidup di atas satu kondisi –biasanya- akan meninggal di atas kondisi itu. Dan siapa yang meninggal di atas satu kondisi akan dibangkitkan kondisi tersebut.

Sungguh suatu kenikmatan tersendiri jika kematian kita saat kita dalam kondisi baik, dalam ketaatan dan kebaikan.

Imam al-Hasan Bashri rahimahullah berkata, “selayaknya selalu bersedih orang yang mengetahui bahwa kematian pasti menghampirinya, hari kiamat adalah hari yang ditunggu, dan berada di hadapan Allah adalah peristiwa yang pasti dia lalui di hari kiamat.”

“Sesungguhnya -lanjut beliau- orang mukmin itu di pagi hari bersedih, di waktu sore juga bersedih. Keadaannya, selalu berada di antara dua ketakutan yaitu dosa yang telah ia kerjakan, karena dia tidak tahu hukuman apa yang akan Allah timpakan atasnya karena dosa itu. Juga kematian yang pasti mendatanginya. Sebab, ia tidak tahu siksa apa yang akan menimpa dirinya kelak.” (Hilyatul Auliya: 2/133)

Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa. Tiada bekal yang terindah bagi seorang yang beriman dan berharap bisa masuk ke dalam surgaNya kecuali ketaqwaan.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى

"Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Beberapa kisah kematian yang teramat indah dan syahdu datang dari para salafus shalih. Kisah kematian Imam Ahmad yang membuat setan menyerah beberapa waktu sebelum ajal menjemputnya. Kejadian itu diyakini sebagai pengakuan setan yang kehabisan akal karena tak mampu menggoda Imam Ahmad di sepanjang riwayat kehidupannya.

Imam Ibnu Katsir mencatat dalam Al-Bidayah wan Nihayah Vol 10, bahwa di hari kematian Imam Ahmad ada dua puluh ribu Yahudi, Nasrani, dan Majusi yang ikrar bersyahadat masuk Islam. Sungguh kematian yang membawa keberkahan bagi agama.

Kisah kematian Imam Abu Hanifah juga tidak kalah menarik. Lelaki bernama lengkap Nu’man bin Tsabit Al-Kufi ini mengakhiri hidupnya dalam suasana yang sangat syahdu, dan barangkali menjadi cita-cita banyak orang, yakni saat bersujud.

Badruddin Ainy dalam Ahbaru abi Hanifah wa Ashabihi mendokumentasikan akhir hayat Imam Abu Hanifah. Saat Abu Hanifah merasa ajal sudah semakin mendekat, ia segera bersujud dan berdoa. Setelah itu ia meninggal dalam posisi sujudnya.

Semoga Allah jadikan amal terbaik kita pada saat kita wafat, menjadikan hari terbaik kita saat kita berjumpa dengan Rabbuna Jalla wa ‘Alaa. Amiin. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version