WASHINGTON (Arrahmah.com) - Presiden AS Barack Obama dan para pejabat tinggi lainnya sekali lagi menekankan urgensi untuk melanjutkan dialog strategis dengan Pakistan.
Pada hari Jumat (16/4), Obama mengadakan diskusi dengan timnya untuk menyusun perencanaan strategis tentang situasi di Afghanistan dan Pakistan.
Setelah pertemuan tersebut, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan singkat yang mengatakan bahwa "presiden dan timnya mendiskusikan kemajuan yang dibuat oleh militer Pakistan melalui operasi ofensif, keberlanjutan dukungan AS bagi Pakistan, dan kelanjutan dari dialog strategis AS dengan pemerintah Pakistan."
Dalam dialog strategis yang diselenggarakan di Washington pada akhir Maret lalu, Amerika Serikat dan Pakistan sepakat untuk membangun kemitraan, tidak hanya dalam sektor keamanan.
Juga pada hari Jumat, dua institusi penting lainnya di AS - Departemen Luar Negeri dan Badan Pembangunan Internasional - mengumumkan pernyataan serupa mengenai Pakistan. Dua institusi ini menekankan perlunya untuk tetap terlibat dengan negara Asia Selatan (Pakistan).
Di Islamabad, "(Kami) menindaklanjuti tema utama dialog strategis, khususnya di bidang pembangunan ekonomi dan energi," kata Wakil Sekretaris Manajemen dan Sumber Daya, Jacob J. Lew, yang kembali ke Washington belum lama ini setelah kunjungannya ke Pakistan dan Afghanistan.
Pernyataan itu pun menggarisbawahi pentingnya peran Pakistan dalam perang yang dipimpin Amerika melawan 'terorisme' dan juga dalam upaya Washington untuk menciptakan 'stabilitas' (baca: penjajahan, Red.) di wilayah Asia Selatan.
Awal pekan ini, Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani, mengadakan pertemuan bilateral dengan Obama di sela-sela pertemuan keamanan nuklir. Selama pertemuan - dan kemudian melalui interaksi AS dengan para pemimpin Pakistan dan India - pembuat kebijakan AS menyatakan keprihatinan atas ketegangan antara dua negara Asia Selatan mengenai senjata nuklir.
Tapi yang lebih penting adalah adanya kesadaran bahwa Pakistan juga memiliki peran penting dalam membantu 47 negara yang berpartisipasi dalam KTT Washington dalam mencapai tujuan utama mereka: mencegah 'kelompok teroris' (yang sebetulnya adalah Amerika Serikat itu sendiri) untuk memperoleh akses terhadap nuklir.
Lagi-lagi, pemerintah AS menengaskan bahwa Pakistan adalah sekutu yang diandalkan.
Sebuah transkrip dirilis baru-baru ini dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS, mengutip pernyataan Clinton yang meyakinkan Pakistan adalah salah satu negara yang dijadikan prioritas AS untuk membangun kemitraan yang kuat dalam berbagai bidang.
"Pakistan dekat di hati saya, perjuangan Pakistan adalah perjuangan saya dan saya berkomitmen untuk keberhasilan dari dialog ini," bual Clinton. (althaf/dawn/arrahmah.com)