BAGHDAD (Arrahmah.com) - Seorang pejabat Irak mengatakan bahwa fasilitas penahanan yang dikelola AS di negerinya lebih berfungsi sebagai pabrik teror, karena terbukti hanya meningkatkan kekacauan dan tidak menjadi sarana untuk 'mengoreksi' orang-orang yang ditahannya.
"Sebagian besar tahanan yang berada di dalam penjara Amerika kembali melakukan tindakan kriminal dan terorisme dengan level yang lebih tinggi setelah mereka dibebaskan," juru bicara pasukan keamanan di Baghdad, Mayor Jenderal Qassim Atta, seperti dikutip oleh AFP mengatakan pada hari Selasa (18/5).
"Banyak dari mereka menduduki posisi kepemimpinan di al-Qaeda," lanjutnya.
Polisi Irak terus menahan dua orang yang dibebaskan karena bertanggung jawab atas serangan terhadap lembaga pemerintahan dan kematian lebih dari 100 orang.
Namun, Brigadir Jenderal David Quantock, kepala pusat penahanan yang dikelola Amerika di Irak mengatakan akhir tahun lalu: "yang membuat saya putus harapan adalah gagasan bahwa ada banyak radikalisasi terjadi di dalam fasilitas yang sangat tidak saya setujui."
"Banyak orang-orang yang radikal bahkan sebelum mereka naik ke fasilitas kami dan kami menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk memisahkan yang ekstrimis dari yang moderat," Quantock berkata.
Sampai dengan 30 Agustus 2009, militer AS menahan sekitar 9.000 tahanan Irak meskipun Amerika harus membebaskan mereka atau memindahkan mereka ke tangan Irak di bawah perjanjian keamanan yang ditandatangani antara Baghdad dan Washington pada akhir tahun 2008. (althaf/ptv/arrahmah.com)