PRETORIA (Arrahmah.com) - Sebuah dokumen mengenai keberadaan senjata nuklir Israel kembali ditemukan. Dokumen tersebut memperlihatkan bahwa Israel menawarkan penyediaan senjata nuklir pada rezim apartheid Afrika Selatan.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Minggu (23/5) dalam harian Inggris Guardian, menjelaskan bagaimana pejabat Afrika Selatan meminta hulu ledak nuklir dan Tel Aviv berjanji akan menjualnya kepada rezim apartheid itu.
Menurut laporan itu, pada tahun 1975, Menteri Pertahanan Afrika Selatan Pieter Willem Botha mengadakan pertemuan rahasia dengan Presiden Israel Shimon Peres, yang menjabat sebagai menteri pertahanan Israel pada waktu itu.
Perjanjian kerjasama rahasia militer ditandatangani dalam pertemuan, di mana Botha dilaporkan meminta senjata nuklir dan Peres menawarkan tiga versi hulu ledak nuklir untuk dijual.
Laporan ini berisi "bukti dokumenter pertama" bahwa Israel memiliki senjata nuklir, kata harian yang juga menerbitkan foto yang menunjukkan tanda tangan Peres dan Botha pada perjanjian militer 1975.
Terkuaknya rahasia ini lebih lanjut didukung oleh dokumen Afrika Selatan yang ditemukan oleh akademisi Amerika Sasha Polakow Suransky dalam bukunya The Unspoken Alliance: Israel's Secret Alliance With Apartheid South Africa.
Dokumen tersebut diambil dari pengakuan Dieter Gerhardt, seorang komandan angkatan laut Afrika Selatan yang dipenjara tahun 1984 sebagai mata-mata bagi Uni Soviet. Gerhardt, setelah dibebaskan dan runtuhnya Rezim Apartheid, mengatakan bahwa Israel menawarkan delapan rudal balistik Yerikho dengan "hulu ledak khusus" pada Afrika Selatan.
Guardian melaporkan bahwa pertimbangan keuangan Botha menghalangi berlanjutnya kesepakatan tersebut.
Meskipun kebijakan jangka panjang Tel Aviv tentang aktivitas nuklirnya yang sangat ambigu, namun sejauh ini Israel terbukti merupakan negara yang memiliki senjata nuklir di wilayah Timur Tengah yang diperkirakan menyimpan hingga 300 hulu ledak. (althaf/ptv/alj/arrahmah.com)