KABUL (Arrahmah.com) - Mujahidin Imarah Islam Afghanistan mengambil alih sebuah distrik terpencil di dekat perbatasan Pakistan pada hari Sabtu (29/5), dan membuat pasukan boneka Afghanistan pontang-panting melarikan diri dengan dalih mereka sudah kehabisan amunisi.
Salah seorang mujahid memasuki distrik Barg-e-Matal sekitar pukul 8 pagi waktu setempat pada hari Sabtu, setelah polisi setempat mundur, Kolonel Sherzad, wakil kepala kepolisian, mengatakan dalam sebuah wawancara.
"Pasukan kami mundur karena mereka tidak memiliki cukup amunisi," dalihnya, mengamini ungkapan pejabat lain di daerah tersebut. Hanya 24 jam sebelumnya, para pejabat Afghanistan telah mengklaim bahwa mereka telah didorong Taliban dari distrik ke distrik di wilayah Pakistan.
Jatuhnya Barg-e-Matal ke tangan mujahidin membuat pemerintah Afghanistan malu. Namun mereka (pemerintah) menepis rasa malu tersebut dengan mengatakan bahwa distrik Barg-e-Matal tidak begitu signifikan meskipun ia sudah jatuh ke tangan mujahidin. Mereka mengatakan bahwa Barg-e-Matal hanya lembah terpencil di Provinsi Nuristan, salah satu tempat paling terpencil di negeri ini.
Amerika, yang selama ini selalu memberikan dukungan udara dalam bentrokan pasukan boneka pemerintah dengan mujahidin pada hari Sabtu tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Jenderal Stanley McChrystal, komandan tinggi Amerika di Afghanistan, telah menekankan bahwa pihaknya melindungi pusat-pusat penduduk, meskipun dengan mengabaikan wilayah terpencil yang sulit diakses.
Namun siapapun bisa mengetahui bahwa ungkapan pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat mengenai Barg-e-Matal adalah omong kosong belaka. Buktinya, tahun lalu, sekelompok tentara Amerika selama berjuang mati-matian untuk membantu pemerintah Afghanistan mempertahankan lembah tersebut sebelum menarik pasukan pada September.
Bulan lalu, Amerika menutup pos-pos mereka di dekat Lembah Korengal setelah empat tahun berusaha merebutnya.
Para pejabat Afghanistan mengklaim bahwa mujahidin yang berada di Barg-e-Matal berasal dari Pakistan walaupun mereka tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataan itu.
Para pejabat Afganistan menyatakan mereka telah membunuh Maulana Fazlullah, salah satu pemimpin Taliban di Lembah Swat Pakistan. Pernyataan ini lagi-lagi tidak bisa dikonfirmasi, namun pemerintah tetap bersikukuh bahwa alasan itulah yang menyebabkan sejumlah anggota Taliban Pakistan melintasi perbatasan Afghanistan.
"Kami yakin akan mengambil alih kembali pusat distrik itu," kata Jenderal Zaman Mamozai, pimpinan polisi perbatasan timur Afghanistan. (althaf/ny/ans/arrahmah.com)