SURABAYA (Arrahmah.com) - Setiap manusia wajib berkarya. Berkarya apa saja sesuai dengan kemampuannya. Namun yang harus digaris bawahi, karya yang dihasilkan haruslah bermoral.
Jangan keliru, pesan ini bukan datang dari seorang kiai atau ustad pesantren, ini disampaikan oleh Dr. dr. Siti Fadilah Supari, mantan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dalam “Seminar Berkarya (SEKAR)” yang diadakan oleh Kementrian Sosial Politik BEM ITS di gedung Pusat Robotika ITS baru-baru ini.
“Berkarya tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin,” papar perempuan yang sekarang menjadi angota Dewan Penasehat Presiden ini. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk tidak berkarya. Menurutnya setiap manusia, laki-laki ataupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk bisa berkarya. Tidak ada perbedaan.
Dalam berkarya, lanjutnya, orang harus memiliki etika, bermoral, dan berani melawan kedzaliman. Jangan sampai berkarya, namun melanggar etika, atau kita lebih mendukung kedzaliman karena tidak berani melawannya.
Dia mencontohkan, saat menjadi menteri kesehatan RI, segala sesuatu yang dia lakukan merupakan sebuah karyanya untuk bangsa tercinta ini. Dia ingin, rakyat sejahtera dan makmur dengan bercirikan bertubuh sehat dan kuat. Namun ternyata, ada pihak-pihak yang tidak menginginkan hal tersebut. Ada kekuatan global yang menghegemoni negara ini, katanya.
Serangan asing itu berkeinginan membuat rakyat sakit. Ia menyebutsebagai serangan bernama arus neoliberalisme. Maka dari itu, Fadilah berusaha melawan. Baginya, tidak takut terhadap kekuatan global dan kepentingan asing ini.
“Saya tidak takut melawan Amerika, tapi di track yang benar. Jadi jangan takut!”, ujarnya berapi-api.
Fadilah mengaku, kala itu ia siap menghadapi segala macam resiko. Hal itu dia alami sendiri ketika menulis buku yang berisi perlawanan dan penentangannya terhadap arus neoliberalisme dalam bidang kesehatan.
Banyak pihak yang berupaya agar buku ini tidak beredar di masyarakat. Namun dia berdoa kepada Allah, agar buku ini bisa terbit dan bisa dibaca oleh masyarakat. Dan ternyata luar biasa, Allah mengabulkan doanya.
Buku itu malah meledak di Australia dan terkenal di dunia. Bahkan menurutnya, WHO sekarang mulai berubah, mengikuti usulan di bukunya.
“Ternyata kekuatan global kalah sama Allah,” simpulnya.
Siti Fadilah menyatakan, keberanian yang timbul dilatarbelakangi rasa cintanya pada negeri ini, sebagaimana ia mencintai anaknya.
Dia mencontohkan, seorang perempuan kalau sudah merindu anak, bisa sangat kuat. Oleh karena itulah, tidak benar kalau perempuan digambarkan sebagai makhluk lemah.
“Kalau sudah merindu anak, seorang perempuan bisa sangat kuat. Bahkan bisa lebih kuat daripada laki-laki,” ujarnya.
Sebelum acara ditutup, dia meluruskan sebagian pandangan masyarakat yang keliru tentang sosok Kartini, salah seorang pahlawan Indonesia.
Menurutnya, Kartini itu bukanlah pahlawan feminis, yang ingin menyetarakan antara laki-laki dan perempuan. Namun dia adalah pahlawan sejati yang memperjuangkan bangsa Indonesia setara dengan bangsa penjajah Belanda waktu itu. Karena waktu itu rakyat Indonesia dianggap lebih rendah daripada mereka.
Seminar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Kartini ini turut juga mengadirkan tokoh Perempuan Indonesia yang lain, yaitu Shinta Yudisia, Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Jatim, dan Yulyani, mantan angota DPR Jatim.
Peserta yang datang sebagian besar adalah mahasiswa yang berjumlah sekitar 170 orang yang datang dari berbagai kampus. Ada yang dari UNESA, UNAIR, UWK, UNIBRAW, dan STAIL.
Sebagaimana diketahui, Siti Fadilah pernah menulis buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO”.
Sejak diluncurkan di Jakarta 6 Januari 2008, buku ini membuat banyak pihak kebakaran jenggot. Buku ini sempat menjadi pembicaraan di berbagai media internasional, karena buku ini dianggap membongkar konspirasi pihak barat terhadap sampel virus flu burung.
Buku ini terbit pula dalam bahasa Inggris dengan judul “It's Time for the World to Change. (hidayatullah/arrahmah.com)