AZAWAD (Arrahmah.com) – Mujahidin Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) melaporkan kepada kantor berita nasional Mauritania, ANI, bahwa pihaknya telah mengeksekusi mati perwira intelijen Perancis, Philippe Verdun, pada Rabu (10/4/2013). Eksekusi mati itu sebagai balasan atas invasi militer penjajah salibis Perancis ke Mali Utara.

Mujahidin Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) menegaskan bahwa nasib para warga Perancis yang masih dalam sandera mujahidin AQIM akan ditentukan oleh sikap Presiden Perancis, Francois Hollande. AQIM menyatakan pintu masih terbuka untuk membicarakan solusi yang adil bagi nasib para sandera tersebut, laporan kantor berita Daawah al-Haq.

AQIM menegaskan bahwa sudah sangat jelas bahwa Perancis memilih untuk membunuh para warganya yang disandera mujahidin AQIM dan berlepas diri dari file masalah mereka. Hal itu seperti kebijakan yang telah diambil oleh Francois Hollande di Somalia, dan kini sedang dilakukan di Mali.

Dalam jawaban atas beberapa pertanyaan wartawan yang diajukan kepada mujahidin AQIM via twitter pada Sabtu (20/4/2013), mujahidin AQIM menegaskan bahwa rakyat Perancis bertanggung jawab sepenuhnya atas kebijakan para pemimpin negara itu terhadap persoalan-persoalan kaum muslimin secara umum dan persoalan invasi militer di Mali Utara secara khusus.

Lebih jauh AQIM mengakui telah mengeksekusi mati perwira intelijen Perancis, Philippe Verdun, yang berada dalam sandera mujahidin AQIM. Eksekusi tersebut sebagai pembalasan atas kebiadaban invasi militer penjajah salibis Perancis ke Mali Utara.

Sejak Januari 2013 Perancis telah mengerahkan 6000 pasukannya untuk menyerang mujahidin Anshar ad-Dien yang menerapkan syariat Islam di dua pertiga wilayah Mali. Sampai saat ini pasukan Perancis masih menghadapi perlawanan sengit dari mujahidin Anshar ad-Dien, Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) dan mujahidin Jama’ah Tauhid wal Jihad di Mali Utara. (muhibalmajdi/arrahmah.com)