DAGESTAN (Arrahmah.com) – Zubaedat Tsarnaeva (46) adalah Ibu dari Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev, dua pemuda Muslim yang dituduh AS sebagai pelaku Bom Boston.
Berbicara dalam wawancara pertamanya dengan media Inggris, Zubeidat mengatakan dia bangga kepada kedua putranya, Tamerlan dan Dzhokhar – yang ayahnya adalah seorang Chechnya – dan tidak percaya bahwa mereka bersalah atas serangan yang dikabarkan menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 170 pada tanggal 15 April itu, lansir KC pada Rabu (24/4/2013).
Tamerlan Tsarnaev ditangkap hidup-hidup oleh polisi AS, namun entah bagaimana ia kemudian dilaporkan telah meninggal dengan begitu banyak luka dan tembakan di sekujur tubuhnya. Pihak kepolisian AS mengklaim bahwa telah terjadi baku tembak, sebelum Tamerlan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis dan akhirnya meninggal dunia.
Sementara Dzhokhar, adik Tamerlan, juga ditangkap hidup-hidup oleh polisi AS. Namun ia dikabarkan tidak bisa bicara karena terkena tembakan polisi di mulutnya yang tembus dari belakang lehernya, ia juga menderita luka tembak di kaki. Sama seperti yang dituduhkan terhadap kakaknya, polisi juga mengklaim telah terjadi baku tembak dalam drama penangkapan Dzhokhar.
Zubeidat menyatakan kepada The Daily Telegraph bahwa ia dan anak sulungnya, Tamerlan, mulai mendalami Islam bersama-sama pada pertengahan 2011.
“Ia minum, merokok dan pergi ke klub malam dan saya benar-benar tidak meyukai itu,” jelasnya. “Ia mulai menjalani semacam kehidupan Amerika yang saya tidak suka. Bukannya datang menciumku ketika pulang ke rumah, ia malah menyelinap dulu ke kamar mandi dan menyikat gigi untuk menyembunyikan bau alkohol dari napasnya.”
“Jadi saya berkata kepadanya, ‘Ibu tidak suka kamu berkeliaran di malam hari, merokok dan minum [alkohol]. Kamu harus membaca tentang apa artinya semua itu dalam Islam – itu haram.’ Itulah bagaimana ia mulai belajar Al-Qur’an dan mendalami Islam. Dan sejak saat itu ia menghentikan [kebiasaan buruknya] dan kami mulai mendalami [Islam] dan beribadah bersama-sama.”
Zubeidat mengatakan jalan baru yang ditempuh anaknya itu pada gilirannya telah memperkuat imannya sendiri. “Tamerlan berkata kepada saya, ‘Kau tahu Ibu, Ibu adalah orang yang mendorongku menuju kebenaran, aku ingin Ibu memakai kerudung. Seorang wanita dalam Islam harus dilindungi.’” Setelah itu, Zubeidat mulai memakai kerudung.
Zubeidat juga terus memikirkan Dzhokhar, putranya yang masih hidup. Ia menambahkan: “Ini rasa sakit saya. Mereka adalah anak-anak yang saya besarkan dengan martabat dan saya emban dalam pelukan saya. Dan saya bangga dengan mereka, dan… juga Dzhokhar, karena saya percaya mereka tidak bersalah. Saya tidak malu dan saya siap meneriakkannya ke seluruh dunia.” (banan/arrahmah.com)