Diposting Jum'at, 14-06-2013 | 09:39:21 WIB
MALAWI, muslimdaily.net, - Lama mendapatkan ejekan dan cemoohan, jilbab sekarang menjadi pemandangan umum di jalan-jalan Malawi, sebuah peningkatan terkait dengan pembaharuan politik masyarakat Muslim di negara yang didominasi Kristen tersebut.
"Kami telah melalui pengalaman yang menyakitkan dan tidak manusiawi," kata Mwalone Jangiya, salah satu dari hanya dua legislator perempuan Muslim di Majelis Nasional Malawi, kepada OnIslam.net, Kamis 13 Juni.
"Jilbab pada satu waktu adalah kejahatan bagi beberapa orang, tapi sekarang, kami sangat bebas untuk memakainya."
"Bahkan ketika saya di sini di parlemen, saya memakai jilbab saya, tanpa orang memandang sinis. Kamisekarang bagian dari masyarakat," kata Jangiya.
Jilbab, model wajib berpakaian dalam Islam, jarang terlihat di jalan-jalan Malawi sebelum 1990-an karena jika Muslimah mengenakannya maka akan mendapatkan cemoohan dan ejekan. Tapi hari ini, jilbab telah menjadi pemandangan umum dengan banyak perempuan Muslim bangga mengenakan pakaian.
"Kami sekarang orang bebas dalam masyarakat bebas," kata Khadija Hamdan, anggota eksekutif dari organisasi Wanita Muslim Malawi, kepada OnIslam.net.
"Kami bebas untuk beribadah kepada Allah dengan cara yang kami inginkan. Kami adalah Muslim yang bangga.
"Hari ini, jilbab telah menjadi simbol pembebasan kaum perempuan Muslim di Malawi. Anda dapat menemukan seorang wanita dengan jilbab hampir di mana-mana. Anda berjalan ke kantor, sekolah, Anda dapat dengan mudah mengidentifikasi seorang wanita Muslim. "
Islam adalah agama terbesar kedua di negara yang terletak di kawasan Afrika selatan itu setelah Kristen.
Statistik resmi menunjukkan Muslim merupakan 12 persen dari 14 juta penduduk negara itu, tapi Asosiasi Muslim Malawi (MAM) menempatkan angka hingga 36 persen.
"Di masa lalu, jilbab adalah sumber ejekan publik dan bahan untuk malu," kata Sheikh Dinala Chabulika, koordinator nasional Biro Informasi Islam (IIB), kepada OnIslam.net.
"Perempuan dalam jilbab dianggap sangat primitif dan terbelakang. Itu adalah waktu saat masyarakat kita tidak toleran terhadap Islam dan Muslim.
Namun pemberdayaan politik kaum Muslim dalam dua dekade terakhir telah membantu mengubah pandangan publik tentang jilbab.
"Mereka sekarang menyadari hak-hak mereka, dan tidak ada yang bisa mengorbankan mereka, baik secara verbal maupun fisik."
Naiknya Bakili Muluzi menjadi Presiden Malawi Muslim pertama pada tahun 1994 sampai tahun 2004 ketika ia pensiun, dipandang sebagai tonggak dalam mengubah pandangan tentang Muslim di Malawi. [ahr]