View Full Version
Selasa, 10 Jan 2017

Urgensi Amal dalam Hidup

 

(Oleh: Annisa Rizkiyah, Mahasiswi STEI SEBI)

Dewasa ini, kehidupan manusia dipenuhi dengan persoalan – persoalan yang sangat kompleks sehingga menyita banyak waktu dan pikiran. Tak terkecuali kehidupan seorang muslim. Banyaknya amanah yang diemban membuat sebagian muslimin sulit melakukan tawazun atau menyeimbangkan antara urusan dunia dengan akhirat. Dalam urusan ini, banyak Muslim edisi abad 21 yang lebih mementingkan urusan dunianya. Sebenarnya setiap apa yang kita lakukan dapat bernilai ibadah apabila diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT dan dapat menjadi bekal kelak di akhirat nanti.

Tetapi dalam prakteknya hari ini, banyak dari kita yang tidak mengetahui landasan – landasan dan tujuan setiap ibadah yang kita lakukan serta meniatkan ibadah hanya untuk menggugurkan kewajiban. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu yang kita punya untuk menjadi alasan serta pembenaran niat dalam beribadah. Salah satu sebab kurangnya rasa ingin tahu kita adalah karena kita telah disibukkan dengan urusan–urusan dunia yang melelahkan. Padahal, perlu kita ketahui bahwa tidak semua amalan–amalan kebaikan kita dicatat oleh malaikat dan menjadi pemberat amal di akhirat nanti. Maka munculkanlah pertanyaan dalam hati kita masing–masing, “apakah selama ini amalan kita dicatat?”. Dan berpikirlah sejenak, bagaimana kondisi rukhiyah kita saat ini?.

Akibat dari amalan yang kurang kita perhatikan landasannya, seringkali ruhiyah terasa kosong dan hanya mendapat lelah tanpa balasan pahala yang sempurna dari Allah SWT serta kita merasa disibukkan dengan urusan dunia. Maka agar amalan kita di catat sebagai amalan yang baik, amalan yang kita lakukan harus sesuai dengan Syari’at yang telah Allah tetapkan dalam Al – Qur’an. Mengutip perkataan Ustadz Ahmad Bisyri, Lc, MA. , beliau berkata “Janganlah menganggap baik apa yang kita pikir baik, tetapi anggap baiklah apa yang Allah syari’atkan dalam Al – Qur’an. Ibadah yang kita lakukan haruslah sesuai Al–Qur’an dan tuntunan Rasulullah SAW.” Setelah mengetahui landasan–landasan ibadah, sertailah setiap amal ibadah kita dengan niat yang lurus, murni hanya mengharapkan ridha Allah dan mengharapkan pahala dariNya. Seharusnya setiap apa yang dilakukan seorang muslim mengandung nilai ibadah sebagai bukti pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya. Maka perlu kita canangkan sebagai prinsip dalam menjalani hidup ini, untuk menjadikan setiap nafas yang berhembus adalah penghambaan kita kepada Allah dengan bersedia mengorbankan seluruh waktu, harta, dan jiwa hanya untuk berjuang di jalan Allah.

 Pada surat At – Taubah ayat 111 Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah membeli dari orang – orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka yang berperang di jalan Allah..” dalam ayat ini Allah menjanjikan surga kepada mukmin yang mengerahkan jiwa dan hartanya untuk berjihad di jalan Allah. Maka sahabat, pastikan apa – apa yang kita kerjakan memiliki niat dan tujuan untuk memperjuangkan Islam.

Menjaga motivasi dalam beribadah memanglah tidak mudah. Seringkali kita merasa lemah ketika iman sedang berada di titik rendah. Fluktuasi iman merupakan suatu keniscayaan dalam hidup ini. Maka ketika kita mengalami kondisi iman yang menurun, perlu kita hadirkan dan mantapkan kembali apa tujuan serta niat kita hidup di dunia ini. Sejatinya hidup di dunia ini hanya singkat, sesingkat seorang musafir yang singgah kemudian melanjutkan perjalanannya. Maka perlu adanya kesadaran untuk mengoptimalkan waktu yang kita miliki.

Ambilah perumpamaan dunia ini sebagai ladang tempat kita menanam benih–benih tumbuhan yang bermanfaat dan kelak akan kita tuai. Rawatlah ladang tersebut dengan sabar dan penuh perhatian sehingga akan menghasilkan panen yang memuaskan. Anggaplah dunia ini tempat kita mengumpulkan bekal dengan cara menanam kebaikan dan bersabar dalam menghadapi segala macam masalah yang menimpa kita, sehingga kita dapat menuai hasil di akhirat kelak dengan hasil yang memuaskan yaitu mendapat balasan dari Allah berupa surga atas bekal yang telah kita kumpulkan dan kita persembahkan kepada Allah.

Ingatlah bahwa waktu kita sempit, seperti dalam wasiat Imam Syahid Hasan Al – Banna no 10 beliau berkata, “Pekerjaan rumah kita sebenarnya bertumpuk daripada waktu yang tersedia. Maka tolonglah selainmu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai suatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.”  

Dan yang terakhir dari penulis, marilah berkumpul dengan orang shalih yang senantiasa mengingatkan kita agar selalu beristiqomah di jalan-Nya. Selamat berbenah diri, semoga amal kita berkualitas dan menambah berat timbangan amal kita kelak. Amiin. Wallahu musta’an.


latestnews

View Full Version