Oleh: Umar Syarifudin (Pengasuh Majelis Taklim Al-Ukhuwah)
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil ilmu berarti telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna (HR Abu Dawud).
Ketika Anda bangun pagi, membuka surat kabar, media sosial maupun televisi maka bisa meraba situasi yang tengah terjadi. Maka kami sampaikan kepada Anda tentang penindasan luar biasa jangka panjang akibat penerapan kapitalisme. Para ulama yang takut kepada Allah, tidak akan rela melihat hukum-hukum Allah ditelantarkan, kemaksiatan merajalela. Tidak akan rela dikriminalisasi, tidak akan rela kebijakan musuh-musuh Islam merugikan di seantero negeri. Ulama juga tidak akan rela melihat kekayaan umat dirampok dan korupsi memakan tulang-tulang dan daging negara dan institusi-institusinya.
Apakah ulama ketika menyerukan suatu kebenaran kejahatan serius sehingga harus dikriminalisasi? Bagaimana, padahal anda melihatnya, apakah menyerukan amar ma’ruf nahi munkar layak mendapatkan hukuman berat? Anda menyaksikan bersatunya ulama, partai Islam ideologis dan ormas-ormas Islam menolak diam, mengatakan kalimat kebenaran secara konsisten, apapun resikonya. Sudah sepantasnya keluar pernyataan dari para ulama yang menegaskan bahwa permasalahan kaum Muslim adalah satu. Maka ulama tidak boleh menyajikan solusi yang kosong dari solusi islami.
Tidak boleh pula pernyataan-pernyataan itu untuk menyenangkan pihak-pihak yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Yang wajib adalah pernyataan para ulama kaum Muslim adalah tegas dan berani mengungkapkan sikap Islam yang hakiki terhadap kerusakan yang diakibatkan penguasanya, lantang dan tidak berbasa-basi. Juga mengirimkan pesan yang benar kepada kaum Muslim seluruhnya untuk bersikap yang benar membela Rabb mereka dan agama mereka.
Aksi-aksi massa ulama dan umat menentang kezaliman dalam jumlah sangat besar, menunjukkan bahwa musuh-musuh Islam mengakui pengaruh ulama, partai Islam ideologis dan ormas Islam di Indonesia. Kaum Muslimin telah menampakkan semangat dan keterkaitan mereka dengan agama mereka. Hal itulah yang mendorong musuh-musuh Allah bergerak cepat untuk menerapkan rencana mereka.
Sesungguhnya yang terjadi saat ini adalah bahwa kaum penjajah dan antek-anteknya tengah ketakutan akan kemungkinan tegaknya Islam, karena hal itu bakal membangkitkan kaum muslimin di Indonesia. Oleh karena itu, kemudian antek-antek penjajah meningkatkan tekanan terhadap kaum Muslimin. Maka diamnya ulama terhadap kebijakan politik penguasa yang menyimpang dari Islam, akan semakin menambah penderitaan masyarakat
Aksi-aksi itu juga mengisyaratkan bahwa kemarahan umat yang dilandasi akidah telah mengakar dan memiliki kemampuan mengungkap semua kejahatan yang dilakukan terhadap kaum Muslimin oleh rezim kapitalis, termasuk penyokongnya. Kami bisa katakan bahwa kontrol para penjajah dan agen-agennya telah lemah, termasuk kegagalan apa yang disebut deradikalisasi, proyek Islam moderat, proyek Islam liberal dalam mempengaruhi umat untuk merubah pemahaman Islam ke pemahaman-pemahaman yang mereka kehendaki. Demi Allah mereka gagal!
Sesungguhnya yang terjadi saat ini adalah bahwa kaum penjajah dan antek-anteknya tengah ketakutan akan kemungkinan tegaknya Islam, karena hal itu bakal membangkitkan kaum muslimin di Indonesia. Oleh karena itu, kemudian antek-antek penjajah meningkatkan tekanan terhadap kaum Muslimin. Maka diamnya ulama terhadap kebijakan politik penguasa yang menyimpang dari Islam, akan semakin menambah penderitaan masyarakat. Kebijakan liberalisi ekonomi, privatisasi, kapitalisasi pendidikan dan kesehatan seharusnya dilawan dan dihentikan oleh ulama karena membahayakan dan mengancam kesejahteraan umat.
Maka ulama harus mentang keras intervensi asing atau bahkan kerjasama penguasa dengan pihak asing yang berakibat pada keterjajahan bangsa dan negara ini. Akibat diamnya ulama, hilanglah kepercayaan masyarakat terhadap ulama panutan. Penguasa pun semakin merasa benar akan tindakannya karena tidak ada ulama yang mengoreksinya.
Agen-agen Barat paham bahwa ulama mukhlis dan partai Islam ideologis seperti Hizbut Tahrir Indonesia bisa beraktifitas di tengah-tengah komunitas kaum Muslimin dan membina mereka dengan tsaqafah islamiyah yang benar, satu perkara yang bisa membangun kekuatan politis. Musuh-musuh Islam menyaksikan kembalinya umat kepada akarnya dalam dakwah dan berjuang bersama ulama.
Maka ulama harus berperan penting dalam politik, yakni politik yang berorientasi pada pemeliharaan urusan-urusan umat berdasarkan syariah Islam. Ketidakpedulian ulama terhadap politik akan sangat berbahaya. Penguasa akan semakin sewenang-wenang tanpa ada yang mengingatkan. Umat pun akan semakin rusak akibat sistem politik yang jauh dari syariah Islam.
Untuk menghadapi rekayasa Barat untuk menghancurkan Islam, satu-satunya cara adalah persatuan umat Islam. Dengan persatuan, umat Islam mampu mengembalikan keagungan dan kekuatan. Saat itulah kaum Kafir manapun tidak akan sanggup menghadapi Umat Islam yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Tidak ada satupun kekuatan di dunia ini yang akan melemahkannya, mengontrol ataupun menguasainya.
Kaum Muslimin, terutama para pengemban dakwah, hendaknya selamanya tidak berlepas diri dari mengemban dakwah yang benar. Upaya untuk menteror dan menghancurkan kebangkitan Islam yang dipimpin ulama pasti berakhir dengan kegagalan. Hendaknya para ulama saling mempererat ukhuwah Islamiya, berjanji kepada Allah SWT untuk berjuang untuk kebaikan umat ini dan siap memikul beban hal itu seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita.
Sampai-sampai seandainya musuh-musuh Islam mengumpulkan semua kekuatan yang mereka mampu untuk menghentikan dakwah yang bertujuan membebaskan kaum Muslimin ini, maka mereka tidak akan bisa menakuti para ulama dan seluruh umat Islam, tidak akan bisa merusak tekad umat dan tidak akan bisa menjauhkan kita dari dakwah ini.
Hendaknya seluruh umat Islam, yang dipimpin ulama yang tulus, berpegang teguh pada tali agama Allah SWT, terikat dengan kuat kepada manhajnya, meneriakkan kebenaran, dan dengan lantang tanpa takut menentang rezim dzalim dan jahat, serta berjuang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas untuk menegakkan al-Khilafah ar-Rasyidah.
Daulah Islamiyah al-Khilafah akan melenyapkan belenggu-belenggu perbudakan dari setiap manusia, mengembalikan kehormatan, serta akan memerintah dengan standar keadilan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi ras dan agama. Sesungguhnya kemenangan adalah milik kaum Mukminin, dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya, dan bahwa pertolongan itu berasal dari sisi Allah. Kita mengimani hal itu dan bertawakal kepada Allah yang tiada tuhan melainkan Dia.
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat) (TQS al-Mu’min [40]: 51). [syahid/voa-islam.com]