View Full Version
Kamis, 09 Nov 2017

Persekusi terhadap Aktifis Dakwah Islam

Sahabat VOA-Islam...

Ustadz Felix Siauw yang sedianya mengisi kajian di Masjid Manarul Islam, Bangil mengalami penolakan dari segelintir orang yang berasal dari sebuah ormas di wilayah tersebut pada Sabtu, 4 November 2017. Beliau difitnah sebagai dai yang anti-Pancasila dan anti-NKRI.

Lebih lucu lagi, yang diangkat ormas yang melabeli diri paling toleran dan paling NKRI ini, menolak beliau karena pentolan HTI, padahal HTI sudah dibubarkan penguasa. Sebagai dai muda yang tengah digandrungi oleh umat Islam, khususnya remaja, keberadaan Ustadz Felix Siauw mulai diperhitungkan.

Betapa tidak, ini bukan kali pertama acara yang akan beliau isi dibubarkan dan ditolak secara paksa dengan tuduhan yang konyol. Mengapa? Karena, tuduhan yang dialamatkan beliau tidak pernah terbukti sehingga itu hanya tuduhan keji.

Tak hanya Ustadz Felix yang mengalami persekusi, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan KH Shobri Lubis juga ditolak di Garut. Pengurus Pimpinan Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Garut dikabarkan keberatan dengan rencana tablig akbar yang akan diisi oleh UBN, pimpinan AQL Center dan KH shobri (Ketua FPI).

Acara tersebut rencananya akan diselenggarakan di Masjid Agung Alun-alun Kota Garut, Jawa Barat, pada Ahad, 11 November mendatang. Kemudian PCNU Garut melayangkan surat keberatan kepada ketua DKM Masjid Agung tertanggal 5 November 2017. Dalam suratnya, PCNU mengungkapkan alasan keberatan dengan kehadiran UBN dan KH Shobir, yaitu karena kedua dai tersebut kerap memberikan ceramah yang tidak menyejukkan, bahkan cenderung melukai perasaan sebagian warga Indonesia dan menimbukan keresahan.

Jika keduanya tetap hadir, PCNU Garut mengkhawatirkan akan terjadi gejolak dan gerakan massa penolakan. PCNU Garut mengungkapkan, ada baiknya ketua DKM Masjid Agung mengganti dengan penceramah yang menyejukkan.

Kedua peristiwa di atas menunjukkan adanya permainan dari segelintir kelompok atau oknum yang menginginkan umat Islam terpecah belah. Merasa alergi dengan ceramah yang dianggap kritis dan mengkritik rezim saat ini. Mereka bertujuan untuk membenturkan sesama umat Islam dalam melakukan persekusi.

Hal tersebut berupa tekanan-tekanan yang menjustifikasi seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang memecah belah, anti-NKRI, anti-Pancasila, intoleransi, dan antikebhinekaan. Sayangnya, aparat kepolisian tak mampu bertindak menghadapi sekelompok orang tersebut, malah aparat mengakui bahwa mereka mendapat tekanan. Padahal, sejatinya aparat adalah pihak pelayan dan pengayom masyarakat. Hal ini menjadi bukti bahwa negara sedang darurat pihak keamanan yang telah membiarkan aktivitas persekusi terjadi di tengah masyarakat.

Ironisnya, ancaman nyata yang sedang terjadi di Papua tak pernah mendapat respon yang serius dari pihak kepolisian dan ormas yang melabeli dirinya penjaga NKRI. Organisasi Papua Merdeka telah nyata membentangkan bendera Bintang Kejoranya, mereka juga mendeklarasikan untuk berjuang mendapatkan kemerdekaan dan melepaskan diri dari Indonesia.

Mengapa hal ini dianggap bukan ancaman nyata yang memecah belah NKRI? Aksi separatisme dan kriminalitas yang dilakukan anggota OPM tak pernah diusut. Seolah biang kegaduhan dan perpecahan bangsa ini disebabkan oleh umat Islam. Lalu, dimana keadilan? Mengapa tuduhan anti-NKRI hanya dituduhkan kepada umat Islam dan para aktifis dakwah Islam? Mengapa cap teroris juga dialamatkan hanya kepada umat Islam, sedangkan jika pelakunya nonmuslim hanya disebut kriminal saja?

Pertanyaan di atas harus menjadi bahan renungan bagi kita. Kegaduhan ini disebabkan rezim tak berperilaku adil kepada rakyatnya. Pernyataan bahwa negara ini adalah negara hukum hanya menjadi slogan kosong jika keadilan yang hakiki belum tercipta. Maka, umat Islam harus lebih kuat ikatan aqidahnya, istiqomah menjaga persatuan dan kesatuan sesama Muslim. Jangan mudah terprovokasi dan terjerat permainan busuk pihak-pihak yang ingin memecah belah umat Islam. Allah swt. berfirman:

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali( agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Ali Imran: 103). Wallahu’alam bishawab. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Herliana, Ibu Rumah Tangga, tinggal di Bandung


latestnews

View Full Version