View Full Version
Selasa, 26 Feb 2019

Ketaatan pada Syar'iat Wujudkan Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghaffur

Negeri yang makmur dan damai diungkapkan dengan kalimat Baldatun Thoyyibatun wa rabbhun ghaffur, secara bahasa berarti: ”Negeri yang baik dengan rabb Yang maha pengampun”. Makna “Negeri yang baik (Baldatun Thoyyibatun)” bisa mencakup seluruh kebaikan alamnya, dan “Rabb yang maha pengampun (Rabbun Ghafur)” bisa mencakup seluruh kebaikan perilaku penduduknya sehingga mendatangkan ampunan dari Allah SwT.

Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur yakni sebuah negeri yang rindang dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan menerima haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang berbuat baik akan menerima anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman.

Istilah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr, tentu bukan istilah yang asing bagi kaum muslimin, karena merupakan istilah yang diambil dari firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebut Negeri Saba’ yang pada waktu itu indah dan subur alamnya, dengan penduduk yang selalu bersyukur atas nikmat yang mereka terima. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِيْنٍ وَشِمَالٍ كُلُوْا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُوْرٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS. Saba’: 15).

Dalam ayat tersebut Allah mengabadikan negeri Saba untuk dijadikan contoh bagi kita. Tidak ada pelajaran yang paling baik kecuali apa yang diajarkan oleh segenap pemilik alam yaitu Allah SWT yang terkandung didalam Al Quranul Karim. Saba menjadi contoh satu negeri yang makmur namun kemudian hancur dengan kehendak allah SWT.

Predikat baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr yang dahulu pernah diraih oleh kaum saba, ketika mereka senantiasa patuh dan taat terhadap semua perintah Allah, namun predikat yang mulia itu kini hanya merupakan sebuah nama tanpa makna, karena keberkahannya telah berganti dengan malapetaka berupa banjir besar yang meluluh lantahkan negeri tersebut disebabkan kedurhakaan dan lupa diri penduduknya serta berpalingnya mereka dari ketaan kepada Allah dan hilangnya rasa syukur kepadaNya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَأَعْرَضُوا۟ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ ٱلْعَرِمِ وَبَدَّلْنَٰهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَىْ أُكُلٍ

خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَىْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ

 

Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS: Saba:16)

Dengan gambara negeri Saba itu, marilah kita mengaca diri pada negera kita yang tercinta ini. Patut Kita bersyukur Allah SWT telah menganugerahkan pada kita negara Indonesia yang subur dan makmur, terletak digaris Khatulistiwa yang terkenal dengan julukan “Zamrud di Khatulistiwa” ini, terbentang diantara dua benua dan dua samudera. Allah anugerahkan keaneka ragaman suku dan bangsa dengan mayoritas agama islam, serta kekayaan alam yang melimpah ruah.

Jika Kekayaan alam yang melimpah ruah ini di kelola dengan baik dan bisa dipergunakan untuk segenap kemakmuran rakyat, serta ketaatan para penduduk negeri ini pada sang pemilik alam yakni Allah SWT, dimana yang berhak akan menerima haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang berbuat baik akan menerima anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman. Maka  Potensi kita untuk menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur sangatlah besar.  Ini telah Allah Janjikan dalam firmanNya;

 “Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan pada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS: Al A’’Raf(7):96) 

Ayat ini menegaskan pada kita tentang kekuasaan Allah menentukan hukuman terhadap manusia. Bila manusia beriman dan bertakwa, mengikuti peraturan yang ditentukanNya, dan berbuat baik, niscaya diturunkan rahmat dari langit dan dari bumi. Wallahu’alam bishowab[syahid/voa-islam.com]

Kiriman Ummu Inqiyad


latestnews

View Full Version