View Full Version
Selasa, 07 May 2019

Waspadai Pencuri Waktu di Bulan Suci

 

Oleh:

Wati Umi Diwanti*

 

SEPERTI yang sudah kita pahami bersama, Ramadhan adalah bulan bonus. Berlimpah berkah. Bukan hanya kesempatan melebur dosa tapi juga untuk melipat ganda pahala. Amal sunah diganjar wajib, amal wajib dibalas hingga ratusan bahkan ribuan kali lipat di luar dibanding beramal di luar Ramadhan. Rugi jika habis untuk hal yang sia-sia. Meski sudah mengetahui hal ini, kadang tanpa sadar waktu kita hilang begitu saja.

Setidaknya ada empat merampok waktu yang harus kita waspadai dan antisipasi. Pertama, TV. Sejak sahur  hingga jelang berbuka bahkan tengah malam, kita disuguhi berbagai tayangan yang bisa melenakan. Bahkan biasanya setiap Ramadhan stasiun TV berlomba menyediakan sinetron religi yang bisa bikin ketagihan. Kalau sudah sekali nonton, bakal sayang kalau tidak melanjutkan. Tanpa sadar berjam-jam waktu terbuang. Andai dipakai tadarus, mungkin bisa khatam Alquran berkali-kali selama Ramadhan. Waspadalah!

Karenanya kita perlu mensiasati bagaimana menikmati keberadaan TV. Misalnya menyimpan TV di gudang. Jika tidak memungkinkan karena masih perlu untuk menonton acara tertentu, bisa dengan memilih chanel tertentu saja. Misal yang menanyangkan murotal dan berita saja. Buat aturan dan tepati. Jika perlu buatlah sanksi, misa.jika melanggar harus menmbah jumlah sedeqah.

Kedua, HP. Di zaman sekarang bemda ini bisa lebih berbahaya daripada TV. Lebih banyak waktu yang bisa dicurinya dari pemiliknya. Di sisi lain tak bisa dipungkiri banyak juga hal bermanfaat yang bisa kita dapatkan. Karenanya urgent untuk membatasi pemanfaatan HP selama Ramadan.

Bayangkan saja dalam sehari interaksi kita bisa sampai berjam-jam untuk eksis di beberap aplikasi media soaial yang ada di dalamnya. Jika kita alihkan untuk tadarus dijamin akan bisa khatam berkali-kali. Jika dimanfaatkan untuk shalat sunah, bisa dapat puluhan atau ratusan rakaat selama sebulan. Yang jelas-jelas bisa menumpuk pahala berlipat-lipat di bulan penuh berkat ini.

Ketiga, mungkin ini jarang disadari, yaitu tidur. Tidak makan dan minum di siang hari alamiahnya membuat tubuh tidak seperti biasanya. Apalagi bagi yang tidur malam dan makan sahurnya kurang berkualitas. Siangnya kita cenderung akan lemah dan mudah mengantuk. Akhirnya banyak tidur. Karenanya harus membuat aktivitas yang mbuat tubuh aktif dan tidak mudah mengantuk.  

Adapun jika banyak tidurnya karena dorongan hadis yang mengatakan tidurnya orang puasa adalah ibadah. Maka harus diluruskan, karena hadis tersebut dhoif. Jikapun tidur bisa bernilai ibadah tentunya jika tidur tersebut diniatkan untuk menguatkan ibadah. Misalnya tidur siang agar kuat shalat malam. Bukan untuk bermalas-malasan dan meninggalkan ibadah, lalu beralasan tidur pun sudah ibadah. Jelas ini salah.

Mari kita tengok lagi sejarah dan hadis, adakah yang mengisahkan bahwa Rasulullah dan para sahabat itu banyak tidur di bulan puasa. Justru sebaliknya, mereka semakin gencar beribadah, dakwah bahkan berjihad fisabilillah di bulan Ramadhan. Sebab, bulan istimewa sudah seharusnya diisi dengan amal istimewa.

Keempat, keluyuran ngabuburit. Ngabuburit berasal dari bajasa Sunda, Jawa Barat, artinya menunggu sore. Saat ini ngabuburit menanti berbuka di Bulan Ramadhan sudah menjadi tradisi yang menasional. Biasanya diisi dengan jalan-jalan ke luar rumah. Baik mencari menu buka di warung-warung Ramadhan atau sekedar mengisi waktu agar penantian buka tidak terasa lama. Sebenarnya jalan-jalan itu sendiri mubah, asal tidak ada kemaksiatan di dalamnya. Tapi tidakkah sangat sayang jika tiap sore Ramadhan hanya diisi perkara mubah.

Jadi, jikapun ingin ke luar membeli keperluan, pastikan tujuannya jelas. Setelah tertunaikan, segera pulang. Atau jalan-jalannya diarahkan untuk silaturahim dan silah ukhuwah. Apalagi jika sambil berbagi hadiah atau sedekah. Yang jelas-jelas amalan sunah pasti lebih berkah. Jika tidak, lebih baik di rumah. Masih banyak amal solih yang bisa dikerjakan daripada sekedar jalan-jalan tanpa tujuan. Apalagi waktu Asar adalah salah satu waktu para malaikat melaporkan amal-amal manusia. Tentunya kita ingin dilaporkan sedang melakukan amal terbaik saat itu.

"Sekelompok Malaikat saling bergantian dengan sekelompok Malaikat yang lainnya dalam mengawasi perbuatan kalian pada malam hari dan pada siang hari. Mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh dan shalat Asar, kemudian sekelompok Malaikat yang pada malam hari mengawasi amal kalian naik (menuju kepada Allah), lalu Allah menanyai mereka –sementara Dia lebih tahu daripada mereka-, ‘bagaimana (keadaan) saat kalian meninggalkan hamba-hambaKu? Mereka pun menjawab, "ketika kami tinggalkan mereka, mereka tengah dalam keadaan melaksanakan shalat dan ketika kami datang kepada mereka, mereka juga tengah melakukan shalat." (HR. Al-Bukhari).

Itu tadi empat pencuri waktu yang harus diwaspadai dan hindari sebisanya. Selebihnya, jangan lupa perbanyak doa agar Allah menguatkan azam kita dalam beramal solih. Bermohon pula agar diberikan kesehatan dan kemudahan untuk mengisi Ramadhan hanya dengan kebaikan. Lebih baik lagi jika disertai pembuatan jadwal amal harian agar taknada yang ketinggalan. Semoga Ramadhan kita tahun ini menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Amiin ya Robbal alamiin. *Pengajar, Revowriter, Pengasuh MQ. Khodijah Al-Kubro, Kalsel

 

 


latestnews

View Full Version