View Full Version
Kamis, 09 May 2019

Tantangan Pelajar Era Revolusi Industri 4.0: “Medsos vs Belajar”

PELAJAR Surabaya saat menggunakan akses internet lebih suka medsos daripada belajar. Fakta membuktikan 78% pelajar Metropolis menggunakan internet untuk medsos. Yang menggunakannya untuk referensi belajar cuma 10%, sisanya menggunakan internet untuk yang lain-lain.
 
Lembaga Guruku Hebat mengungkap hasil penelitiannya bertepatan dengan hari pendidikan nasional kemarin 2 Mei. Penelitian itu dilakukan kepada 397 pelajar dan guru SMA/SMK di Surabaya.
 
Menurut salah seorang peneliti Istiadha Nur Amanah, penelitian tersebut terkait intensitas penggunaan internet yang terus meningkat setiap tahun. Total ada 143,206 juta pengguna internet di Indonesia atau setara dengan 54,7% populasi penduduk Indonesia.
 
"Di era digital ini pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung pembelajaran semakin besar," katanya.
 
Literasi digital sangat penting bagi pelajar di era R.I (revolusi industri) 4.0. hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 37,1% pelajar Surabaya menggunakan internet 5-8 jam perhari. Tujuannya beragam. Prosentase paling tinggi mereka menggunakan internet untuk medsos.
 
Ia mengungkapkan rata-rata mengaku mengakses internet untuk hiburan. 
Anggota dewan Pendidikan Surabaya Murpin Josua Sembiring menambahkan era R.I 4.0 harus didukung dengan percepatan teknologi. Guru masa kini dituntut berinovasi dan kreatif.
 
Sekarang Surabaya menjadi Leading Sector pembuatan bahan ajar yang bisa diakses seluruh siswa dari berbagai sekolah. Bagaimana caranya? Guru-guru terbaik dari berbagai mata pelajaran dikumpulkan untuk membuat bahan ajar terupdate. Kemudian hasilnya dimasukkan database. Jadi sekolah pinggiran juga bisa mendapatkan materi terbaru dari guru-guru terbaik.
 
"Tujuannya pemerataan mutu pendidikan," ujarnya.
 
Berkembangnya teknologi memang sebuah keniscayaan era R.I 4.0 dan tidak dipungkiri teknologi digital Barat yang masuk ke negeri muslim bukan murni berupa teknologi. Namun telah membawa serta pemikiran sekuler, gaya hidup hedonis dan permisif yang ini tidak sesaui dengan moral anak negeri.
 
Maka ketika perkebangan teknologi dan informasi yang sangat cepat menjadi tantangan bagi pemerintah khususnya bidang pendidikan bagaimana agar minat belajar lebih tinggi ketimbang mengases Medsos? Karena kita pahami masa depan negeri ini ditangan generasi, jika pelajarnya malas belajar lebih suka medsos, bagamana nasib bangsa ini 10 tahun atau 20 tahun kedepan?
 
Mungkin bisa jadi teknologi akan semakin pesat berkembang, namun tidak dengan generasi penerusnya dalam arti hanya akan tersisa generasi lemah dan malas berfikir untuk kemajuan negerinya. Tidak bisa dipungkiri perkebangan teknologi informasi adalah perkara penting dalam kehidupan, begitu pula dalam kehidupan Islam.
 
Teknologi informasi digunakan oleh pemerintahan Islam dalam rangka menyatukan negeri-negeri Muslim dan mengemban dakwah Islam ke seluruh umat manusia. Teknologi informasi ini digunakan untuk memberikan pemahaman Islam yang benar di tengah masyarakat.
 
Selain itu teknologi informasi juga digunakan untuk menggambarkan kehidupan Islam dengan benar dan membina kepribadian masyarakat serta mendorong mereka untuk hidup dengan cara Islami. Menjadikan syariah Islam sebagai tolak ukur dalam segala aktivitasnya. 
 
Perkembangan teknologi ini juga digunakan untuk mengungkap pemahaman yang salah dan bertentangan dengan Islam. Dengan demikian akan mampu membedakan mana pemahaman yang benar dan salah serta dapat terhindar dari pemikiran, pemahaman, dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan Islam.
 
Dalam Islam negara memiliki peran penting untuk memberikan filter terhadap informasi yang berkembang di tengah masyarakat. Dengan demikian generasi akan terhindar dari segala pemikiran yang rusak dan mampu mewujudkan generasi yang bertaqwa, faqih atas kelimuan yang dimiliki, berkualitas, kreatif dan mampu berinovasi demi kejayaan Islam dan kemaslahatan umat.*
 
Indha Tri Permatasari, S.Keb., Bd.
Praktisi Kesehatan
 

latestnews

View Full Version