View Full Version
Jum'at, 10 May 2019

Sulit Bertahan

Oleh: M Rizal Fadillah

Di tengah gejala ingin mempertahankan kekuasaan dengan upaya yang dipaksakan baik lewat permainan angka maupun ancam-ancaman kekuatan, sebenarnya kekuasaan sudah rapuh.

Meski pucuk-pucuk pimpinan dipastikan adalah "orang-orangnya" tapi yang dihadapi adalah rakyat sendiri. Komando akan efektif jika jelas musuh yang dihadapi. Untuk yang di depan adalah rakyat maka bahasa berubah dari "kill them with your gun" menjadi "say it with flowers". Begitu hukum bahasa dialog dengan rakyat.

Ada tiga hal berat yang sedang dihadapi yaitu :

Pertama, mengubah peta "kalah" menjadi "menang" dengan angka-angka yang diyakini bisa diolah. Padahal di era informasi dan teknologi yang terawasi ketat, tidak mudah melakukan rekayasa. Jejak digital sulit dihapus.

Sama saja menutupi lubang kecil dengan membuat lubang baru yang lebih besar. Data satu sumber dilawan dengan tebaran data dari banyak sumber. Data yang ada saling memverifikasi. KPU akan mengalami goncangan karena diragukan kejujurannya. Terlalu banyak eror memunculkan tayangan horor.

Kedua, pengumuman KPU tidak diterima karena tuntutan transparansi termasuk audit forensik tidak dilakukan. Pasangan lawan "melepas" proses hukum MK dengan skeptis. Menyerahkan penilaian pada publik. Rakyat yang kecewa yang merasa suaranya "tercuri" atau "termanipulasi" mencari saluran pengaduan DPR atau langsung MPR.

Menuntut agar menyelidiki kebenaran dugaan terjadinya "pencurian" atau "pemanipulasian" atas suara mereka. Tuntutan keras untuk tegaknya keadilan. Proses politik berjalan dalam semangat memulihkan kedaulatan rakyat.

Ketiga, kematian 500-an petugas Pemilu dikunci akses penyelidikan. Hal ini menjadi beban skandal kemanusiaan. Mengapa harus ditutupi jika tak bermasalah. Ada keanehan yang terus disikapi "dingin". Siapa yang bermain dibalik kematian orang orang ini.

Jika ini peristiwa biasa dan tak ada permainan maka buka ruang akses medis sebesar besarnya. Apakah ini peristiwa kematian wajar, kecelakaan, ataukah pembunuhan? Sampai hari, jam dan detik ini masih bungkam dan terus dibungkam.

Kedudukannya akan semakin rapuh. Sulit berargumen dengan apik. Jengkel dengan berbagai tudingan maka akhirnya mengumbar amarah. Tapi untuk marah yang efektif juga butuh kecerdasan. Tanpa kualifikasi dan kemampuan maka itu menambah kerapuhan. Ketika berubah status dari pejabat yang dihormati menjadi penjahat demokrasi maka duduk pun dapat berpindah dari kursi ber karpet merah ke kursi ber meja hijau.

Menjadi burung yang tak bisa terbang karena kehilangan sayap. Menjadi katak yang tak bisa melompat karena kaki-kakinya patah digigit biawak.

Siapapun yang berada di medan gempuran krisis kepercayaan, pasti sulit untuk bertahan. Sulit bertahan. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version