View Full Version
Sabtu, 06 Jun 2020

Menyingkap Kesiapan Sekolah, Orangtua dan Siswa Memasuki Tahun Ajaran Baru

 

Oleh:

Alimah Izaura

 

KEGALAUAN saat ini dialami oleh sekolah, orang tua dan siswa tentang kapan sekolah akan dimulai. Pada portal makassar.tribunnews.com/2020/06/03 disebutkan Menteri Koordintor Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menjelaskan sejauh ini sekolah masih belum bisa dibuka.

Meskipun, Kemendikbud menyebut tahun ajaran baru 2020/2021 sudah akan dimulai pada 13 Juli 2020,  akan tetapi sekolah baru bisa dibuka pada akhir tahun atau awal tahun 2021. 

Berdasarkan pernyataan Menko PMK, maka perlu kesiapan sekolah, orang tua di rumah dan siswa untuk menghadapi kondisi tersebut. 

Sejak program belajar di rumah dilaksanakan Maret 2020 yang lalu, terlihat belum ada kesiapan sekolah secara sistem, baik guru maupun perangkatnya yang membuat pembelajaran berlangsung nyaman dan menyenangkan. Banyak keluhan orang tua di mana sekolah atau guru memberi tugas bertumpuk tapi minim feedback dan evaluasi. Juga pembersamaan guru dengan murid tidak terasa. 

Untuk itu, sekolah perlu melakukan perencanaan yang matang dengan sistem belajar mengajar via online. Penyiapan program, silabus, materi baik berupa video singkat, gambar dan turunannya agar dibuat semenarik mungkin. Sekolah harus mengupayakan agar tidak membebani siswa dengan tugas bertumpuk.

Selanjutnya perlu ada evaluasi guru terhadap murid karena esensinya belajar itu tidak hanya sekedar memberi tugas lalu selesai. Tetapi ada evaluasi harian apakah pelajaran dapat dipahami dan dimengerti. Perlu ada ikatan batin antara murid dan guru. 

Orang tua di rumah yang dadakan juga bertugas menjadi guru di rumah juga harus siap baik fisik maupun psikis. Banyak orang tua yang stess karena tidak bisa membantu menjelaskan pelajaran ke anak-anaknya. Orang tua pun harus memikirkan beban ekonomi yang bertambah berat. Belum lagi belajar dalam jaringan mengharuskan orang tua merogoh kantong lebih dalam menyediakan paket data internet. 

Perlu dibangun komunikasi guru dan orang tua, bahwa guru meminta keridhoan dan partisipasi orang tua untuk menggantikan sebagian tugas guru selama muris belajar di rumah. Baik dalam bentuk pengawasan, pendelegasian tugas dan sebagainya. Komunikasi pihak sekolah dan orang tua dirasa sangat kurang. Akibatnya timbul asumsi guru makan gaji buta. Asumsi ini akan sirna jika silaturahmi guru dan orang tua terjalin dengan baik. 

Yang tak kalah penting adalah menyiapkan mental peserta didik. Hanya diam di rumah dan tidak bertemu teman-teman di sekolah telah membawa perubahan sikap mental anak-anak. Mereka jadi lebih cenderung pendiam, malas bergerak, malas beraktivitas, dan menatap hari-hari dengan kesuraman. Perlu ada gebrakan yang menghentak, membangunkan, memotivasi tidak hanya dari orang tua di rumah, tapi juga dari sekolah dan sistem informasi secara keseluruhan. 

Juga harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua sehingga anak tetap bisa ceria, bahagia walaupun belum bisa berkumpul dengan teman-teman di sekolah.

Dari semua itu, sistem pendidikan nasional juga harus menyiapkan program sebaik mungkin dan semurah mungkin sehingga proses belajar mengajar dapat diikuti oleh peserta didik hingga jauh ke pelosok. Program TV harus diperbanyak menyiarkan program pembelajaran. Tidak hanya TV pemerintah, tetapi juga TV swasta.

Kementerian  pendidikan, informasi dan telekomunikasi serta pariwisata, harus harus bahu membahu agar situasi ke depan dapat dilalui  lebih ringan. Hindari kapitalisasi keuntungan dalam situasi pandemi ini.*


latestnews

View Full Version