View Full Version
Rabu, 10 Jun 2020

Era Kenormalan Baru = Era Kenekatan Baru

 

Oleh:

Wahyu Utami, S.Pd

Guru di Bantul Yogyakarta

 

ERA kenormalan baru resmi telah dimulai Senin, 8/6/2020 di beberapa daerah. Kegiatan dan tempat yang sebelumnya ditutup mulai dibuka kembali dengan syarat memperhatikan protokoler kesehatan.

 Era kenormalan baru adalah masa manusia beradaptasi dengan situasi pandemi covid-19. Di masa ini manusia diwajibkan menjalankan berbagai protokoler kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan. Tentu tidak mudah karena hal ini akan membawa konsekuensi masyarakat harus bisa beradaptasi mengubah kebiasaan lama yang sudah mengakar kuat.

Apakah wabah covid-19 ini akan mereda atau semakin meluas pada era kenormalan baru ini? Jaminan keberhasilan penerapan kenormalan baru ini melibatkan peran individu, keluarga, masyarakat serta negara.

Pertama, individu. Garda awal penerapan kenormalan baru ini ada pada individu. Di dalam Islam, ketaatan individu terhadap aturan kesehatan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Alloh. Islam mendorong seorang muslim untuk selalu hidup sehat dan seimbang. Salah satunya perintah memperhatikan kebersihan diri dan tubuh dengan selalu menjaga kesucian diri. Di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam al Ghozali, Aisyah Ra menyebutkan bahwa Rasululloh bersabda, “Bersucilah kalian, karena Islam itu bersih”.

Kedua, keluarga. Setiap keluarga wajib memperhatikan seluruh anggota keluarga dan karib kerabatnya. Banyak ayat Al Qur’an dan hadits yang menjelaskan kemuliaan bagi orang-orang yeng memperhatikan karib kerabatnya.

Ketiga, masyarakat. Masyarakat wajib senatiasa memperhatikan dan membantu jika ada tetangga sekitar rumah yang kesulitan misal memberi bantuan masker. Masyarakat Islam juga senantiasa menghidupkan sikap amar ma’ruf nahi mungkar sehingga jika mendapati ada anggota masyarakat yang melanggar akan mengingatkan.

Keempat, negara. Negara wajib memastikan pelaksanaan berbagai protokoler kesehatan yang wajib dijalankan oleh masyarakat. Tentu saja dengan penyediaan sarana prasarana, pengawasan hingga pemberian sanksi bagi pihak yang melanggar.

Akan tetapi, saat ini kita hidup di tengah masyarakat yang telah jauh dari nilai-nilai keislaman. Bahkan kehidupan masyarakat didominasi dengan cara pandang liberal dan hedonis ala kapitalis. Walhasil, keimanan dan ketakwaan individu menipis seiring dengan minimnya pemahaman agama yang dimiliki oleh individu. Amar ma’ruf nahi mungkar juga sudah lama teramputasi karena kehidupan kapitalis telah menciptakan manusia-manusia individualistik. Sifat pengayom dan pelindung negara terhadap rakyat juga sudah lama hilang.

Akibatnya wajar jika saat ini banyak pihak yang pesimis terhadap keberhasilan era kenormalan baru yang diterapkan oleh pemerintah. Apalagi era kenormalan baru ini diterapkan saat pandemi korona belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Data terakhir menunjukkan angka pertambahan positif korona nasional setiap harinya masih menunjukkan angka yang sangat tinggi yaitu pada kisaran 600 sampai 700 kasus per hari.  So, lebih tepat kalau era kenormalan baru ini disebut sebagai era kenekatan baru.*


latestnews

View Full Version