View Full Version
Senin, 14 Dec 2020

The Real Love Yourself

 

Sebagai Muslim tentunya kita juga diharuskan untuk mencintai diri sendiri dan yang perlu kita hindari adalah toxic love yourself karena sebagai hamba Allah, kita hidup memiliki landasan yakni akidah Islam.

Oleh:

Yusly Aenul Kamaliya || Mahasiswa Universitas Indonesia

 

DILANSIR dari psychologytoday.com, mencintai diri sendiri lebih dari sekadar mengenakan pakaian bagus dan merias wajah mahal, lalu mengklaim bahwa kita sudah mencintai diri sendiri. Self-love adalah istilah umum untuk berbagai tindakan cinta yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri secara fisik dan non-fisik.

Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan keegoisan, melainkan memunculkan kebaikan kepada orang lain ketika kita mencintai diri sendiri. Namun orang lain pun tidak berhak berurusan dengan masalah kita atau kekurangan kita.

Sekilas tak ada yang salah dengan istilah dan pengertian self-love diatas dan memahami bahwa self-love merupakan hal yang positif dilakukan. Namun ketika kita melihat kembali sebagai seorang Muslim dan menggunakan prespektif Islam, kiranya kita perlu menyadari ternyata ada sesuatu yang mengganjal dan berseberangan dengan Islam. Perlu kita pahami lagi adanya self-love tidak sepenuhnya positif lho, karena dalam self-love ternyata ada toxicnya juga seperti melakukan pembenaran atas apa yang dilakukan diri sendiri dan merasa tidak ada yang berhak mengurus urusan atau masalahnya sendiri.

Sebagai Muslim tentunya kita juga diharuskan untuk mencintai diri sendiri dan yang perlu kita hindari adalah toxic love yourself karena sebagai hamba Allah, kita hidup memiliki landasan yakni akidah Islam. Melalui akidah Islam kita tentu paham akan peran Muslim dalam kehidupan karena membahas mengenai dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan tujuan kita setelah hidup yang tidak lain adalah semata-mata karena Allah. Setelah kita membahas hal tersebut barulah kita akan sadar masuk akalkah jika hamba bertingkah semaunya? Atau pantaskah hamba menolak atau tidak mau diatur oleh Sang Pemiliknya?

Sebagai contohnya mengenai tubuh yang kita miliki. Dalam pembahasan sebelumnya membahas mengenai dari mana kita berasal yang jawabannya dari Allah karena Allah-lah yang telah menciptakan kita. Oleh karena itu sebagai Muslim mau tidak mau dan bukan sebuah pilihan lagi untuk kita taat pada perintahnya. Dalam Qur’an Surahal-Mu'minun ayat 115,  Allah berfirman yang artinya, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Dijelaskan dalam ayat di atas, sesungguhnya manusia akan kembali pada Allah sebagai penciptanya dan Allah telah menciptakan hambanya tidak dengan main-main atau pasti mempunyai tujuan dan dalam kehidupan hambanya diharuskan ia untuk menerima perintah dan menjauhi larangan-Nya, kemudian manusia akan kembali pada Allah untuk menerima pembalasan atas amal perbuatannya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku." (Q.S adz-Dzariyat: 56).

Mungkin setelah penjelasan diatas akan muncul pertanyaan, kenapa harus taat sama perintah-Nya? Pertanyaan ini akan dijawab dengan firman Allah dalam Qur’an Surah al-Baqarah ayat 216 yang artinya,  “ ...Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Melalui ayat ini bisa kita pahami bahwa manusia merupakan makhluk yang terbatas walaupun kita mempunyai akal dan nurani untuk berpikir karena akal dan nurani pun sesuatu yang terbatas sehingga kita perlu pedoman dalam mejalankan kehidupan serta sebagai manusia kita tidak bisa berkompromi atas apa yang Allah perintahkan.

Hal ini disebutkan juga dalam Qur’an Surahal-Baqarah ayat 85 yang artinya,“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Setelah memahami akidah, status kita sebagai hamba, dan kewajiban seorang Muslim, kita akan pahami bahwa sebaik-baiknya love yourself adalah ketika kita taat secara kaffah dengan melaksanakan ihsanul amal dan untuk melaksanakannya kita tidak bisa sendiri dan perlu ilmu. Untuk itu perlulah kita untuk bersama-sama mengkaji Islam untuk mewujudkan self-love.*


latestnews

View Full Version