View Full Version
Sabtu, 14 Aug 2021

Hijrah Totalitas Wujudkan Negara Agung dan Mulia

 

Oleh:

Ari Sofiyanti || Alumni Universitas Airlangga

 

INDONESIA, dengan segala keadaannya saat ini masih memiliki cita-cita besar menjadi negara maju tahun 2045. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 mendatang harus bisa mencapai 6 persen agar bisa lepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah. Setelah pencapaian itu, Indonesia bisa menjadi negara maju di tahun 2045.  

Kemenkeu mengatakan syarat menjadi negara maju yakni maju dalam infrastruktur, kualitas SDM, teknologi, birokrasi pemerintah, tata ruang wilayah, serta sumber daya ekonomi dan keuangan. 

Namun tak bisa dipungkiri bahwa permasalahan negeri ini tak kunjung usai. Bukan hanya masalah ekonomi, namun juga politik, pendidikan, kesehatan, hukum, sosial dan keamanan. Masalahnya, permasalahan segala bidang ini terkait satu sama lain lalu menjerat seperti lingkaran setan. 

Sementara itu negara yang menyandang gelar negara maju lebih dipandang secara kemegahan fisik. Tidakkah kita melihat masalah sosial dan kriminalitas juga menggelembung besar? Dimana-mana marak pergaulan bebas, narkoba, bunuh diri, pembunuhan dan lainnya dalam taraf yang mengkhawatirkan. 

Lantas, benarkah kemajuan demikian yang kita inginkan?  

Berbicara mengenai negara maju yang diidamkan oleh semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, ada pedoman sempurna dari Islam yang tidak bisa didapatkan dari sistem lainnya untuk mewujudkan sebuah peradaban yang maju. Peradaban ini adalah peradaban Islam yang pernah berdiri selama 14 abad. 

Peradaban Islam dimulai dari hijrahny Rasulullah. Sebuah momen perpindahan. 

Memang kini kita mengartikan hijrah sebagai perubahan individu menjadi lebih bertakwa dan ini adalah hal yang baik. Namun jika kita menguak hijrah Rasulullah dan para sahabat, ternyata tidak hanya mencakup hijrah secara individual namun hijrah masyarakat yang totalitas. Dari hijrah tersebut telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Kaum muslim telah berhijrah dari aturan jahiliyah di Mekah menjadi sistem Islam yang sempurna.

Demikian pula masyarakat Madinah berubah dari masyarakat yang memakai aturan manusia beralih pada aturan syariat semata. Sehingga terwujudlah baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. Sebuah definisi negara maju yang hakiki. Yaitu negara yang tidak hanya membawa kebaikan dunia, tapi juga di akhirat.  

Untuk mewujudkannya, tentu kita harus mencontoh Rasulullah melakukan hijrah totalitas. Pertama, kita harus meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah. 

Rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda, 

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

 “Seorang muslim adalah orang yang menjadikan kaum muslim selamat dari lisan dan tangannya. Seorang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang Allah larang atas dirinya” (HR al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Humaidi). 

Kita patut bermuhasabah atas kemaksiatan yang kita lakukan sebagai individu maupun kemaksiatan yang dilakukan oleh negara. Kita wajib meninggalkan praktik korupsi yang dilakukan, privatisasi sumber daya alam, riba yang telah diambil dan atas seluruh aturan yang menyalahi syariat. Kita juga harus berhenti terseret arus sistem sekulerisme kapitalisme yang membuat kita mencampakkan syariat Allah. 

Kedua, menunaikan seluruh perintah Allah.   

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kalian turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (Al Baqarah 208). 

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk mengamalkan semua cabang iman dan syariat Islam yang banyak sekali dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. 

Dari hijrah Rasulullah inilah berdiri Islam sebagai sebuah negara yang mulia dan agung, Islam menjadi sistem yang mengatur kehidupan, Islam menjadi kekuatan yang menaklukkan negeri-negeri lainnya agar tersebar dakwah ke seluruh dunia. Peradaban Islam ini tercatat dalam sejarah pernah menjadi mercusuar dunia yang bahkan Eropa silau memandangnya.

Allah SWT berfirman: 

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)

Allah telah memberi perintah agar penduduk negeri beriman dan bertakwa agar mendapat berkah. Akan tetapi bukankah negeri kita saat ini tengah mendustakan ayat Allah? Dengan membuat aturan-aturan sendiri, bukankah kita tengah menyombongkan diri? Dengan ekonomi ribawi berarti negeri ini telah mengambil keharaman. Sistem sanksi Islam seperti potong tangan bagi pencuri, jilid bagi peminum minuman keras dan rajam bagi pezina pun ditinggalkan.  

Astaghfirullah, sungguh kita tidak ingin mendapat siksa dari Allah. 

Maka di tahun baru 1443 Hijriyah ini adalah momen kita untuk mewujudkan perubahan. Kita tinggalkan seluruh kemaksiatan dan menjalankan seluruh perintah Allah dalam sistem Islam kaffah. Inilah hijrah totalitas. Dengan demikian kita mengharap ridho dan rahmat-Nya serta ampunan bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal alamin.* 


latestnews

View Full Version