View Full Version
Ahad, 13 Feb 2022

Semua Agama (Tidak) Sama

 

Oleh:

Keni Rahayu || Influencer Dakwah

 

PERNAHKAH kamu dengar bahwa: semua agama sama? Agama A, B, C, D semuanya agama yang tidak beda, katanya. Bagaimana menurutmu? Realistiskah?

Bagaimana mungkin kita bisa masuk ke surga yang sama dengan rambu-rambu yang berbeda? Seorang muslim diwajibkan salat sehari lima kali, menjaga diri dari zina dan riba, wajib puasa Ramadan dan masih banyak syariat cinta dari-Nya. Sedangkan pemeluk agama lain yang tak memiliki rambu yang serupa? Tak ada kewajiban salat, puasa, zakat. Mereka bahkan tidak memiliki peraturan sosial yang rinci, sehingga pergaulannya bebas. Mungkinkah keduanya bisa masuk surga yang sama?

Allah Mahaadil dengan segala kebijaksanaannya. Islam adalah agama sempurna. Ia diridai Allah sebagai agama yang haq. Allah telah amanahi manusia akal, itulah mengapa Allah telah tetapkan agama yang diridai sebab manusia sejatinya mampu mencari kebenaran sendiri.

Ada yang dinamakan proses berpikir. Di mana manusia mencerap fakta, dimasukkan ke otak melalui alat indera, kemudian apa yang dicerap tadi dikaitkan dengan informasi yang ia miliki. Jika manusia bersungguh-sungguh mencari kebenaran, maka Allah adalah jawaban.

Dalam Biologi, kita dapati ternyata manusia berasal dari tetes air mani. Mereka hina dina. Pertemuan sel sperma dan ovum disebut pembuahan berlanjut proses berikutnya tak kalah luar biasa. Mari kita buka QS. Al Hajj ayat 5.

"Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun)..." (QS. Al-Hajj: 5)

Ayat di atas sungguh mendebarkan hati. Allah menjelaskan dengan detil proses penciptaan manusia. Pertemuan sel sperma dan sel telur disebut nutfah, masa ini berlangsung selama 40 hari. Kantung rahim mulai tampak. Dinding rahim sudah tebal, siap menerima calon jabang bayi. 40 hari kedua disebut alaqoh, ialah zigot yang berjalan dari oviduk menuju dinding rahim hingga sampai ke rahim. 40 hari ketiga sudah mulai berwujud lebih besar, ia berupa keratan daging berbentuk. Kun! Allah tiupkan ruh, mengutus sang malak.  Digariskan pula terkait rezeki dan ajalnya. Maha benar Allah dengan segala firmannya. Menakjubkan sekali proses ini.

Selama puluhan hari tersebut, ada pembelahan sel yang terjadi berkali-kali. Nutfah membelah menjadi dua sel, kemudian empat, delapan, enam belas dan seterusnya sampai sel berubah membentuk daging. Lama kelamaan bentuk bayi mulai terlihat dengan kepala yang lebih besar. Telinga, hidung, tangan, kaki dan semua organ vital di dalam tubuh membentuk dengan ajaib. Semua sel bergerak membelah dan membunuh diri sesuai "tugasnya masing-masing".

Mari kita lihat jari kita. Untuk bisa memiliki sela-sela, ada sel yang patuh menjalani tugasnya untuk membunuh dirinya. Sehingga terbentuk kondisi yang pas sebagaimana kita lihat di jari kita hari ini. Pertanyaannya, siapa yang mengatur sel-sel ini hingga bekerja memenuhi tugasnya masing-masing? Ialah Allah Swt. Sang Maha Pencipta.

Menemukan Allah sebagai jawaban yang benar adalah proses kerja akal. Ia butuh fakta, bukti, argumen. Tak lupa hati yang lurus untuk mengakui kebenaran ini. Maka proses berpikir yang benar mestinya bisa mengantarkan kita pada jawaban bahwa: semua agama sama itu salah. Semua agama tidak sama. Islam adalah agama yang benar.

"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka..." (QS. Ali Imran:19)

Kebenaran ini terbukti mutlak. Jika kita benar-benar memikirkan alam semesta ini, pastilah kita menemukan jawaban: Allahlah yang ada di balik itu semua. Maka menghamba pada-Nya adalah wujud pengakuan terhadap Sang Maha Pencipta. Sayangnya, pemikiran-pemikiran hari ini beraneka ragam. Islam tapi sekuler, Islam tapi pularisme, Islam tapi moderat, Islam tapi menerima zina, childfree, dan hubungan sejenis. Nauzubillahi min zalik. Bagaimana mungkin hati kita mengakui Allah sekaligus berkhianat pada-Nya?

Semua agama benar itu salah. Islam tapi mengakui ide-ide Barat juga salah. Maka mari memohon ampun pada Allah, menyucikan akidah kita agar murni, kembali menegakkan kalimatullah, menjalankan syariat-Nya kafah tanpa pilih-pilih. Wallahua'lam bishowab.*


latestnews

View Full Version