View Full Version
Kamis, 10 Mar 2022

Agar Anak Cinta Buku

 

Oleh: 

Adib Muhammad, S.Pd || Guru SDIT Ar-Raihan Bantul

 

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” Wahyu pertama yang turun kepada baginda Rasulullah SAW yaitu QS. Al-‘Alaq 1-5. Dengan jelas, pada ayat tersebut memerintahkan untuk membaca. Membaca apa saja. Karena dengan membaca akan menambah ilmu pengetahuan.

Sampai detik ini perkembangan teknologi begitu pesat. Tantangan terbesar bagi semua orangtua adalah mampukah mengenalkan perkembangan teknologi kepada anak dengan baik? Fenomena yang terjadi saat ini adalah anak kecil sudah kecanduan dengan gadget. Jika diminta memilih, disediakan dua benda yaitu buku dan gadget. Kira-kira anak lebih tertarik mana? Bisa jadi sebagian besar tertarik memilih gadget.

Mahir menggunakan gadget sebenarnya bukan sebuah masalah, hidup di era serba teknologi memang penting bisa mengoperasikan gadget sesuai kegunaannya. Akan tetapi jika anak kecil sudah kecanduan gadget justru berdampak tidak baik terhadap perkembangannya. Terkhusus pada anak usia pra sekolah.

Menurut Piaget, anak usia 2-7 tahun masuk dalam tahapan pra-operasional. Pada perkembangan ini anak membangun pengalaman melalui adaptasi, berpikir secara simbolik. Alangkah baiknya pada tahapan ini mulai kita kenalkan dengan buku.

Pertama, membuat sudut baca di rumah. Desain rumah dengan menyediakan tempat khusus untuk mengenalkan buku, melihat gambar-gambar yang ada di buku. Atau dengan istilah lain buatlah perpustakaan mini. Dari sini kita bisa menciptakan iklim suasana cinta belajar dan cinta ilmu pengetahuan. Kedua, di sudut baca sediakan buku yang aman dan menarik. Karena yang kita hadapi adalah anak kecil maka seyogyanya menyediakan buku yang aman, tidak bahaya, dan menarik bagi anak. Contohnya: buku yang berbahan dari kain. Selain aman, buku tersebut juga terdapat gambar-gambar yang menarik dan penuh warna-warni. Ketiga, bermain tebak-tebakan. Adakalanya orangtua membacakan sebuah cerita sederhana. Kemudian bermain tebak-tebakan sesuai cerita yang dibacakan tadi. Hal ini bermaksud anak semakin penasaran terhadap isi buku.

Keempat, jangan paksakan anak untuk belajar membaca. Sebagian besar orangtua memiliki mindset masuk SD harus bisa baca. Sedangkan penting kita menyadari bahwa setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Ada yang masih TK sudah lancar membaca dan gemar membaca buku. ada pula yang sudah masuk SD tetapi belum lancar membaca. Hal ini tidak bisa disamakan. Jika dipaksakan, anak justru akan memandang buku sebagai momok yang menakutkan.

Setiap anak memiliki potensi masing-masing. Tidak bisa disamakan dan dibanding-bandingkan dengan anak lain. Tugas kita adalah mengarahkan dan membantu mengoptimalkan potensi anak. Arahkan ke dalam hal-hal yang positif. Salah satunya adalah cinta ilmu, cinta belajar dan cinta buku.*


latestnews

View Full Version