View Full Version
Sabtu, 04 Aug 2018

Pentingnya Makanan dan Minuman Halal untuk Fisik dan Ruhani

Oleh: Dr. Anton Minardi, M.Ag., MA.*

Bagi sebagian orang aktivitas makan dan mencari sumber makanan adalah aktivitas alamiah sebagai bagian untuk mempertahankan hidup (survive) semata. Namun tidaklah demikian bagi orang yang beriman.

Ia harus memperhatikan sumber makanan bahkan cara memakannya, sebab makanan akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas ibadah dan kehidupan seorang muslim.

Terkait hal ini secara jelas Allah Swt telah memerintahkan kepada hamba-Nya khususnya orang-orang yang beriman akan apa yang dikonsumsinya,

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (QS. ‘Abasa (80): 24).

Allah Swt memberikan perhatian khusus mengenai makanan bukan hanya berkaitan dengan kesehatan fisik jasmani akan tetapi sangat berkaitan dengan ruhani, kebersihan hati dan amal perbuatan.  Kita bisa baca dalam Alquran bagaimana Allah Swt menuntun hamba-Nya dalam mengkonsumsi makanan.

Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu banya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169)

Kita mendapatkan pengarahan dari ayat di atas yang ditujukan kepada semua manusia supaya mengkonsumsi makanan dan minuman yang Halal dan Thoyyib.

Pertama, pada level pertama manusia harus memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsinya adalah halal. Secara global bahwa halal adalah sesuatu yang boleh dikonsumsi secara syar’i. Posisi halal itu mencakup semua aspek kehalalan mulai dari dzatnya, prosesnya, cara mendapatkannya, biaya yang digunakannya, sampai kepada pengemasan dan penyajiannya.

Pada level kedua manusia juga harus memastikan bahwa yang dikonsumsinya adalah thoyyib. Secara global arti thoyyib adalah baik, dalam hal ini yaitu baik untuk dikonsumsi oleh manusia secara umum maupun baik untuk dikonsumsi secara pribadi. Hal itu karena ada makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi oleh seseorang tetapi tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang lain. Dapat juga karena cara dan jumlah konsumsi nya yang berlebihan sehingga tidak baik untuk orang yang mengkonsumsinya.

Kedua, posisi manusia dengan setan berbeda karena makanan dan minuman serta perbuatannya. Makanan dan minuman yang dikonsumsi akan menyebabkan struktur tubuh manusia, dan mempengaruhi pada perbuatan. Sementara perbuatannya akan mempengaruhi pada ruhaninya.

Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal akan menghasilkan perbuatan yang halal yaitu perbuatan baik.  Sedangkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram akan cenderung mengarahkan dirinya untuk berbuat yang diharamkan yaitu perbuatan buruk. 

Setan makan dan minum dari yang haram dan kotor sehingga perbuatannya juga selalu fahsya (keji) dan munkar (buruk). Sedangkan manusia yang menjaga makanan dan minuman dari yang haram maka perbuatannya pun akan terjaga dari perbuatan yang keji dan munkar.

Ketiga, mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram berarti mengikuti perbuatan setan. Sedangkan setan selalu berbuat keji dan munkar. Wajarlah bahwa manusia yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram perbuatannya dapat menyerupai perbuatan setan.

Keempat, setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia, mereka selalu menginginkan supaya manusia tersesat dan celaka. Cara mereka menyesatkan dan menyelakakan manusia adalah dengan cara iming-iming kosong, angan-angan dan tipuan.

Mereka menawarkan kesenangan melalui pesta pora makanan, minuman, kemewahan harta, sex, dan kekuasaan yang haram, yang itu semua tipuan agar manusia terjebak ke dalam jurang kesesatan dan kecelakaan.

Setan adalah musuh kalian yang nyata. Akan tetapi kebanyakan manusia justru senang didekati dan bahkan ada yang  mendekati setan untuk tujuan-tujuan duniawi.

Kelima, setan itu senantiasa mengajak manusia untuk melakukan perbuatan keji dan munkar, bahkan berani mengatakan mengenai Allah SWT yang tidak benar dan tidak ada dalil syar’i nya. Mereka berani menjungbalikkan yang halal menjadi haram, dan haram menjadi halal. Begitu juga mereka berani mengatakan perbuatan haramnya dengan dalil karena Allah SWT. 

Semua hal itu khususnya makanan dan minuman posisi awalnya adalah halal kecuali ada dalil syar’i yang secara khusus melarangnya. Semua manusia bebas memakan apa pun kecuali yang diharamkan atau yang dilarang untuk dimakan dan digunakan oleh yang menciptakan Nya. Wallahu’alam bishshawab. [syahid/voa-islam.com]

*Penulis adalah Direktur Pasundan Halal Centre


latestnews

View Full Version