View Full Version
Ahad, 25 Aug 2019

Studi Terbaru: Tes Darah Dapat Memprediksi Umur Seseorang

LONDON (voa-islam.com) - Kemampuan untuk memprediksi berapa lama seseorang akan hidup akan membantu dokter menyesuaikan rencana perawatan. Sebuah studi terbaru dengan melihat biomarker dalam darah bisa menyimpulkan bahwa estimasi kematian yang lebih akurat mungkin segera dilakukan.

Sekelompok ilmuwan baru-baru ini menerbitkan sebuah makalah dalam jurnal Nature Communications berharap bahwa mereka sekarang berada di jalan menuju pengembangan alat prediksi yang dapat diandalkan.

Mereka percaya bahwa tes darah suatu hari nanti dapat memprediksi apakah seseorang akan hidup 5 atau 10 tahun lagi. Para penulis menjelaskan bahwa ini akan membantu dokter membuat keputusan perawatan yang penting.

Misalnya, mereka akan dapat memastikan apakah orang dewasa yang lebih tua cukup sehat untuk menjalani operasi, atau membantu mengidentifikasi mereka yang paling membutuhkan intervensi medis.

Tes seperti ini mungkin juga menguntungkan uji klinis: Para ilmuwan dapat memantau bagaimana intervensi berdampak pada risiko kematian tanpa harus menjalankan uji coba sampai cukup banyak orang mati.

Saat ini, tekanan darah dan kadar kolesterol dapat memberi kesan pada dokter tentang usia seseorang. Namun, pada orang dewasa yang lebih tua, tindakan ini menjadi kurang bermanfaat.

Sebaliknya, untuk orang berusia 85 atau lebih, tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah.

Para ilmuwan dari Brunel University London di Inggris dan Leiden University Medical Center di Belanda berangkat untuk mengidentifikasi biomarker dalam darah yang mungkin membantu mengatasi masalah ini.

Studi mereka adalah yang terbesar dari jenisnya, mengambil data dari 44.168 orang usia 18-109. Selama masa tindak lanjut penelitian, 5.512 orang meninggal.

Tim awalnya mengidentifikasi penanda metabolisme yang terkait dengan kematian. Dari informasi ini, mereka menciptakan sistem penilaian untuk memprediksi kapan seseorang akan mati.

Selanjutnya, para peneliti membandingkan keandalan sistem skoring dengan model berdasarkan faktor risiko standar. Untuk melakukan ini, mereka mempelajari data dari 7.603 individu lebih lanjut, 1.213 di antaranya meninggal selama masa tindak lanjut.[medicalnews/fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version