View Full Version
Rabu, 16 Jan 2013

Allah Tidak Terima Shalat Orang yang Berhadats Sehingga Berwudhu

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah memerintahkan kepada hamba-Nya yang akan shalat agar menegakkan dalam kondisi terbaik, tenang, dan indah. Karena shalat merupakan hubungan antara hamba dengan Rabb-nya. Shalat jalan munajat kepada-Nya. Karenanya Allah perintahkan thaharah (bersuci) dengan membersihkan badan, pakaian, dan tempat shalat dari sesuatu yang dianggap kotor oleh syariat, yaitu najis. Sebagaimana juga Allah perintahkan agar menyucikan diri dari kotoran yang tidak terlihat, yaitu hadats, baik besar maupun kecil. Allah juga kabarkan, ibadah tertolak jika tidak disertai dengan semua itu.

Dari sini maka terlihat pentingnya urusan wudhu. Ia menjadi syarat sahnya shalat yang terpenting. Sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

"Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudhu." (Mutaafaq ‘alaih)

Hadits di atas mengabarkan, shalatnya orang yang berhadats tidak akan diterima sehingga ia menyucikan dirinya dari dua hadats, hadats besar maupun kecil. Bahwa hadats –dengan kedua macamnya tersebut- membatalkan wudhu dan shalat jika terjadi shalat seseorang menjalankan shalat.

Maksud dari tidak diterima di sini adalah tidak sahnya shalat dan belum menggugurkan kewajiban shalat atas seorang hamba mukmin. Sehingga saat ia mengalami hadats, baik sebelum atau saat sedang menegakkan shalat, ia harus berwudhu supaya sah dan diterima shalatnya.

Hikmah Wudhu

Inti ibadah shalat adalah seseorang membayangkan dirinya berada di hadapan Allah Ta'ala. Supaya jiwanya siap dengan itu dan mengosongkan pikirannya dari hiruk-pikuk duniawi. Diwajibkannya wudhu sebelum mendirikan ibadah adalah karena wudhu menjadi sarana untuk menetralkan pikiran yang tenggelam dalam pekerjaan sehingga siap untuk mendirikan shalat.

Saat pikiran seseorang tenggelam dalam perdagangan, pekerjaan, dan aktifitas semisalnya, lalu tiba-tiba disuruh beribadah langsung maka akan merasa berat menunaikannya. Maka di sinilah letak hikmahnya wudhu yang bisa membantu seseorang meninggalkan pikiran awal lalu memberinya waktu yang cukup untuk memulai mengarahkan pikiran agar konsentrasi pada aktifitas yang lain.

Jadi wudhu merupakan sarana untuk mengkondisikan jiwa dan pikiran seseorang agar bisa konsentrasi penuh dalam shalatnya.

Hikmah lainnya, wudhu' dalam rangkan menyucikan diri dari hadats kecil dengan membasuh beberapa anggota tubuh yang biasanya sering tidak tertutup oleh pakaian sehingga mudah kotor. Karenanya saat seseorang menghadap Allah ia terlihat bersih dan indah. Hal sebagaimana seseorang yang akan bertemu dengan orang istimewa dan terhormat maka ia berusaha terlihat layak dengan membersihkan diri dan memakai pakaian yang indah.

Sebagian ulama ada yang menyebutkan, proses pembersihan empat anggota tubuh menyadarkan jiwa agar tidak malas. Di mana malas merupakan bagian dari kotoran jiwa, maka wudhu yang disyariatkan dalam Islam disamping membersihkan kotoran fisik juga membersihkan kotoran jiwa tadi. Dan masih banyak lagi hikmah yang disebutkan para ulama yang tidak mungkin disebutkan secara keseluruhan di sini. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version