View Full Version
Selasa, 05 Jul 2016

Khutbah Idul Fitri 1437 Hijriyah Prof Dr KH Miftah Farid

GERABANG kemenangan nan fitri telah menanti. Mengapa disebut menang? Sebab kaum beriman yang telah menunaikan ibadah Ramadhan selama satu bulan, meraih kemenangan dengan terlahir kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci dan kuat hati. Dalam kesempatan yang membahagiakan itu, umat Islam dianjurkan menjalankan ibadah sunnah, dengan melaksanakan shalat ied.

Di momen itu pula, Ketua Umum MUI Kota Bandung cum Ketua Dewan Pembina Sinergi Foundation, KH Miftah Faridl akan menyampaikan Khutbah ied di Masjid Al Ukhuwah, Bandung, pada 1 Syawal 1437 H.

Berikut salinan khutbahnya:

Membangun Masyarakat Madani dalam Spirit Kesucian

Berikut salinan Khutbah Idul Fitri Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jabar cum Ketua Dewan Pembina Sinergi Foundation “Membangun Masyarakat Madani dalam Spirit Kesucian” yang sedianya akan disampaikan usai shalat Id di Masjid Al Ukhuwah, Bandung, pada 1 Syawal 1437 H.

Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Pagi ini, dalam kepasrahan yang tulus dan total, kita hadapkan keseluruhan eksistensi diri kita ke hadapan Allah yang Maha Luhur, tidak lain untuk menyerahkan hasil perjalanan amal dan ikhtiar selama bulan Ramadhan yang baru saja kita lewati. Rasulullah, diikuti para sahabatnya, menangis ketika Ramadhan berakhir meninggalkan kehidupan. Rasulullah mempersonifikasi Ramadhan sebagai kekuatan jiwa yang dapat memperkaya spiritualitas, sekaligus membuka pintu kesempatan untuk merakit kebahagiaan.

Satu bulan penuh, kita lalui kehidupan dalam suasana puasa. Selama itu pula kita mencoba menjadi hamba seutuhnya, menjadi hamba-Nya secara kāffah, mengabdikan segenap potensi kemanusiaan yang dimiliki, untuk mewujudkan rasa iman atas ajaran yang Allah wajibkan. Dan pada saat itu pula, kita berusaha menjadi individu yang dapat saling memahami dengan sesama untuk mewujudkan rasa solidaritas dalam semangat ukhuwah Islamiyah. Sebab, meski puasa merupakan salah satu ajaran Islam yang fundamental, namun pesan, spirit dan nilainya sesungguhnya bersifat universal, dan bisa diapresiasi oleh pemeluk agama dan masyarakat manapun. Baik dalam kesamaan ataupun kebhinekaan..

Pada momentum Iedul Fitri inilah pada akhirnya kita dapat mengevaluasi diri, mawas diri, serta mengukur kualitas diri dalam keseluruhan amal yang kita lakukan, khususnya dalam melewati hari-hari Ramadhan yang penuh hikmah. Bersamaan dengan itu pula, saat ini dan di sini, kita tengah menghadapi perjalanan mewujudkan ruang kehidupan kita yang lebih baik, kehidupan yang lebih berperadaban, tatanan kehidupan yang idealnya menjelma dalam tatanan sosial politik baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Kota yang kita huni saat ini memang punya sejarah. Bukan saja sejarah perjalanan manusia, tapi juga sejarah yang menggariskan seribu kenangan dengan kebaikan yang sulit dilupakan, dengan moralitas para penghuninya yang membanggakan, mutu intelektualitas yang banyak menginspirasi, serta suasana alam yang penuh spirit surgawi. Sebuah anugerah Allah yang tak terhitung nilainya, amanah yang harus kita rawat bersama, agar tidak berbalik menjadi bencana alam ataupun derita kemanusiaan.

Agar ikhtiar ini tidak terjebak dalam lubang kemubadziran, pada hari yang fitri ini, ada baiknya kita renungkan sebuah teladan yang pernah dilalui Nabi beserta para sahabatnya. Masyarakat Muslim pertama yang dibangun oleh Nabi adalah sebuah komunitas unggulan, komunitas yang sarat dengan teladan kebajikan, yang kalau terus kita teladani, Insya Allah masih relevan untuk kondisi saat ini dan juga di sini. Tatanan masyarakat itu adalah sebuah prototipe ideal sesuai dengan zaman dan potensi yang dimilikinya.

Hadirin jamaah ied yang berbahagia,

Madinah yang biasa disebut juga Kota Nabi merupakan ekspresi cita-cita dalam spirit relijiusitas yang kuat, dengan tatanan fisik yang sarat nilai, sekaligus membuka ruang dinamika sosial dalam tatanan ukhuwah Islamiyah. Proses pembangunannya diawali dari peristiwa hijrah umat Islam, yaitu sebuah gerakan perubahan tatkala Rasulullah beserta umat yang setia bersamanya pindah dari Makkah ke Madinah. Dalam arus perubahan inilah, Rasulullah menemukan nilai-nilai profetik untuk memperkuat bangunan kota yang ditatanya untuk mewujudkan kehidupan yang penuh rahmat dan kebajikan. Disediakannya fasilitas sosial agamis untuk memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan warganya. Bukan saja kebutuhan fisik material, tapi juga mental spiritual.

Langkah pertama yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid yang difungsikan, selain sebagai tempat shalat berjamaah juga sebagai pusat pembinaan dan tempat silaturahmi umat. Inilah pilar utama yang disiapkan Nabi dalam membangun kota yang hingga saat ini tetap dikenal sebagai kota agamis, dengan tetap memelihara peradaban umat yang dihadapinya. Di sinilah posisi kearifan lokal untuk memperkuat syara. Dan sebaliknya, hadirnya spirit ajaran untuk membangun tatanan yang diinginkan, Gemah Ripah Repeh Rapih.

Di masjid beliau memberikan pembekalan ilmu, kearifan, keteladanan, membangun semangat dan budaya ukhuwah, tasamuh (toleransi), musawah (persamaan), ta’awun (gotong royong), malu berbuat salah, semangat kompetitif, yang pada gilirannya dapat mengiring semua warganya berbuat cerdas dalam semangat akhlakul karimah. Itulah sebabnya, menyempurnakan akhlaqul karimah menjadi missi utama diutusnya Rasulullah ke muka bumi ini.

Hadirin jamaah yang berbahagia,

Dalam mewujudkan misi suci yang diembannya itulah, di atas semangat profetik, Rasulullah memulai menata kehidupan dengan berpedoman pada ajaran. Melalui kebiasaan shalat berjamaah, beliau mendidik masyarakat. Membiasakan hidup bermasyarakat yang Islami, berperadaban, berkemajuan. Dalam shalat berjamaah, umat Islam dididik untuk memiliki budaya yang cerdas, terhormat, dan bertanggungjawab yang berkaitan dengan prinsip-prinsip etika memilih pemimpin, kepatuhan kepada pimpinan, etika mengoreksi pimpinan, dan bahkan cara mengganti pimpinan.

Inilah di antara isu penting dan sensitif yang seringkali membingkai kuat kehidupan politik masyarakat kita, yang apabila terlepas dari nilai-nilai moral agama, semuanya tidak menutup kemungkinan malah dapat mendorong tindakan-tindakan destruktif, tindak kekerasan, pelecehan satu sama lain, saling tidak menghargai, dan pada akhirnya terjebak pada iklim disintegrasi. Bukankah tatanan disintegratif itu merupakan kondisi yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya?Na’uzubillāhi min dzālik.

Karena itu, terlepas dari sisi-sisi adanya kesenjangan sejarah, bias kultural, ataupun jarak ideologis lainnya, usaha Rasulullah dalam membangun kota bermartabat yang dibingkai dalam spirit wahyu, yang hingga kini tetap menjadi magnet umat manusi seluruh dunia, saya kira masih tetap relavan untuk diteladani jika kita ingin membangun sekaligus memiliki rumah berkah yang disebut kota.

Fondasi utamanya tentu adalah taqwa. Alqur’an dengan tegas menyebut itu. “Seandainya penduduk suatu negeri, masyarakat suatu wilayah, warga suatu kota bertaqwa, maka pasti Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan menumbuhkan berkah dari bumi”. Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan warga suatu tempat hanya dengan ukuran-ukuran fisik-material, sementara dimensi mental spiritualnya kita abaikan.

Untuk itu adalah pada tempatnya jika kita kembali mempertimbangkan langkah-langkah penting yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya. Langkah-langkah itu merupakan teladan penting bagi kita dalam membangun Bandung yang bermartabat yang sekaligus Bandung Juara, sebab langkah-langkah itu terbukti dalam sejarah merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat Madinah yang sarat dengan teladan sepanjang masa.

Prinsip penting lainnya yang menjadi pegangan utama Nabi adalah berpegang pada prinsip ukhuwah. Ukhuwah adalah salah satu potret penting dari masyarakat Madinah. Tidak ada diskriminasi, atas nama apapun. Tidak ada kompetisi yang tidak sehat, kecuali dalam bingkaiFastabiqul Khairat. Sejarah memperlihatkan dengan jelas warna pluralisme Madinah, tapi Nabi tetap sanggup merawatnya dalam spirit ajaran yang santun. Allah menciptakan pria wanita, suku bangsa bukan karena kemulyaan dan keunggulan golongannya, tapi lebih didasarkan pada pertimbangan ketaqwaannya. (Q.S. Al Hujurat: 13).

Perbedaan pendapat harus menjadi rahmat untuk tumbuhnya semangat kritis dan semangat kompetitif. Semua orang mukmin adalah bersaudara. Diantara orang mu’min harus dibudayakan ishlah, tabayyun, tidak boleh terjadi sikap memperolok-olokan (taskhiriah), melecehkan, menghina, memanggil orang lain dengan panggilan yang menyakitkan, buruk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, membuka aib orang lain (ghibah)-Al Hujurat, 8-12). Orang muslim itu ialah apabila orang lain selamat dari gangguan lidah dan gangguan anggota badannya. Al muslimu man salimal muslimun min lisanihi wayadihi (Al Hadits).

Beliau membangun keakraban dan persahabatan antara Ansor dan Muhajirin, antara Qobilah satu dengan Qobilah yang lain, antara tokoh masyarakat, antara kaya dan yang miskin. Beliau bangun kesepakatan dan dialog dengan masyarakat penganut agama lain. Tidak ada paksaan dalam beragama. Masing-masing harus siap dan sepakat dalam perbedaan (Lakum Dinukum Waliadin). Dan semua penganut agama berkewajiban untuk menjaga keutuhan dan keberadaan Madinah.

Melalui gerakan dakwah yang dilakukannya beliau memantapkan umat untuk memiliki semangat dan jiwa tauhid. Bahwa yang patut disembah hanya Allah. Bahwa Allah adalah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Menghitung, Maha Mengawasi. Bahwa kekayaan, kedudukan, kemulyaan sepenuhnya milik Allah SWT. Yang atas Qudrah dan Iradahnya ada yang diberikan kepada manusia yang berfungsi sebagai anugerah kasih sayang-Nya, sekaligus sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan serta sebagai ujian keimanan dan kehidupan.

Selanjutnya Nabi juga melakukan pemantapan sikap tauhid yang utuh dan sempurna. Dengan semangat tauhid diharapkan manusia menjadi orang yang ikhlas, tekun, sabar, tawadlu . Beliau mendidik masyarakat yang tidak hanya rajin beribadah tapi juga memiliki tanggung jawab sosial. Untuk meneladani salah satu watak positif, kerja keras, dapat kita temukan dalam pesan-pesan belaiu sebagai berikut:

  • Usaha yang paling utama adalah jual-beli yang baik dan kerja seseorang dengan tangannya (Hr. Al-bazzar dan Ahmad).
  • Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang, selain dari apa yang dihasilkan oleh karya tangannya sendiri (Hr. Bukhari).
  • Sesunggunya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya yang penat karena sibuk dalam mencari rizki (Hr. Thabrani).
  • Barangsiapa yang pada malam hari kepayahan karena mencari rizki yang halal, maka dosanya diampuni (Hr. Ibn Asakir).
  • Apabila selesai shalat Shubuh janganlah kalian tidur lagi sampai tidak mencari rizki (Hr. Thabranui dan Dailami).
  • Pebisnis yang benar dan jujur akan bersama para Nabi, orang-orang shaleh dan syuhada (di Yaumil Qiyamah) (Hr. Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Majah).
  • Barangsiapa yang pada sore hari kepayahan karena kerja tangannya, maka dosanya diampuni.(Hr. Thabrani).
  • Allah sangat mencintai orang-orang Mu’min yang gemar bekerja keras dalam usaha mencari nafkah. (Hr. Thabrani dan Baihaqi).

Hadirin jamaah ied yang berbahagia,

Selain pesan-pesan kebaikan seperti disebutkan di atas, beberapa pesan Nabi yang juga sangat penting untuk kita amalkan agar kita menjadi umat yang unggul, yang juara, yang kompetitif, antara lain:

  1. Nabi berpesan: Sebaik-baik kamu adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.
  2. Beliau berpesan: Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, kalau hari ini sama dengan hari kemarin berarti rugi dan apabila hari ini lebih jelek dari kemarin adalah musibah.
  3. Nabi SAW berpesan: Orang yang memberi lebih baik daripada orang yang diberi.
  4. Allah mencintai hamba-hambaNya yang apabila mengerjakan sesuatu ia kerjakan dengan penuh kesungguhan dan ketekunan.
  5. Dalam menghadapi musibah beliau berpesan: Orang mukmin itu kalau terperosok di sebuah lubang cukup satu kali dan ia boleh bilang itu musibah dan taqdir Allah. Tapi kalau ia terperosok dalam lubang yang sama berkali-kali itu adalah bodoh, tidak cerdas

Nabi juga berbesan untuk tetap berhati-hati dalam bersikap hasad dan hikdu (iri). Sebab al-Hasad dan al-Hikdu (iri), itu bisa menghapus pahala ibadah shalat dan ibadah lainnya. Kecuali dalam 3 hal: (1) Orang lain berilmu dan kita ingin melebihinya, (2) Orang lain beramal shaleh dan kita ingin melebihinya, dan (3) Orang lain banyak bersidkah dan kita ingin melebihinya. Inilah semangat kompetitif (Fastabiqul Hoirot) yang perlu terus kita pelihara terutama untuk membangun warga yang kompetitif, termasuk warga Bandung yang tengah berpacu untuk menjadi juara.

Terakhir saya ingin mengakhiri khutbah ini dengan menggarisbawahi 4 (empat) pesan Nabi diawal membangun masyarakat Madinah yang sangat penting untuk membangun keharmonisan dan sekaligus keunggulan hidup bermasyarakat. Pesan Nabi itu adalah: Ufsyussalam, Wasilul Arham Wat’imutto’am Wasollubillaili Wannasuniyam. Tebarkan salam kesantunan; Bangun silaturahmi dan persaudaraan; Wujudkankepedulian sosial, tolong orang lain yang mendapat kesulitan ekonomi; dan Biasakan shalat malam, pada saat orang-orang sedang tidur.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd.

Saat ini kita baru saja selesai melewati kewajiban menjalankan ibadah puasa. Kita seharusnya dapat memetik ketaqwaan sebagai hasil yang paling besar dari proses transendensi ibadah puasa. Kita seharusnya berhasil menjadi manusia utuh dan bermartabat sesuai karakter yang relevan dengan tuntutan syari’at dan masyarakat. Sebab seperti diisyaratkan al-Qur’an, kita adalah para pewaris manusia unggul yang pernah menerima kewajiban berpuasa untuk meraih ketaqwaan yang serupa.

Yā ayyuha al-ladzīna āmanū kutiba ‘alaikum al-shiyāmu kamā kutiba ‘ala al-ladzīna min qablikum la’allakum tattaqūn… (QS, al-Baqarah: 183)

Begitu santun Allah menunjukkan jalan menuju taqwa melalui proses puasa. Jika kesadaran kolektif yang menjadi target proses pembelajaran dari ibadah puasa dapat diraih setiap Muslim, maka saya yakin, tidak akan ada lagi tindak penyalahgunaan wewenang dengan alasan  kesalahan prosedur, kekeliruan administratif, dan alasan-alasan memalukan lainnya.

***

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd.

Akhirnya, untuk memelihara buah Ramadhan yang Insya Allah telah berhasil kita petik, sekecil apapun, marilah kita perkokoh kembali kesabaran kita untuk tetap sanggup menahan diri, sesuai dengan misi utama puasa Ramadhan. Pada tataran ideal, berpuasa bukan hanya menahan diri dari syahwat yang bersifat fisik, tetapi juga menjaga suasana hati dan bathin dari perilaku rendah, materialistis, dan destruktif.

Marilah kita perkuat harapan ini dengan sejenak merundukan kepala. Kita bersihkan hati untuk bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan iman dan keperkasaan diri, untuk senantiasa sanggup menjalankan setiap titah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Ya Allah yaa Mujibassailin,

Kami sadar kalau kami belum sempurna menjadi hamba-Mu seperti yang Engkau inginkan

Tapi kami tetap ingin setiap langkah kami senantiasa mendapat Ridla-Mu

Kami masih sering gelap menemukan jalan menuju ampunan-Mu

Padahal betapa banyak kealfaan yang kami lakukan

Kami malu meminta kepada-Mu di tengah kelalaian dalam menegakkan ajaran-Mu

Sementara rasa takut akan murka-Mu pun tak pernah berhenti menyelimuti kami

Karena itu kami mohon wahai Tuhan Yang Maha Pemberi,

Limpahkan kepada kami kecintaan dan ampunan-Mu

Taburkan pula kepada ibu-bapak kami seluruh rahman dan rahim-Mu

Agar kami dapat memperbaiki amal dan ibadah kami

Agar ke depan kami tetap terpelihara bersama hamba-hamba-Mu yang shalih

Agar tidak ada lagi kegelisahan yang dapat memenjara kehidupan kami

Ya Allah Ya Rabbana,

Dalam menempuh perjalanan usia yang kian menepi ini, kami tidak ingin berujung dalam kekufuran ataupun ketakaburan.

Agar seluruh napas yang kami hembuskan selalu memancarkan pesan tauhidullah,

Agar setiap langkah yang kami kerjakan selalu memberikan warna tauhidul ummah,

Agar keseluruhan hidup yang kami jalani ini senantiasa menjadi amal ibadah.

Untuk itu wahai Tuhan Rabbul ‘Izzati,

Hindarkan kami dari tindakan menyekutukan-Mu dengan cara dan alasan apapun

Hindarkan kami dari sikap dan perilaku permusuhan di antara sesama kami

Hindarkan kami dari kebiasaan menyia-nyiakan waktu untuk mengabdi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Ghafur,

Janganlah Engkau hukum kami lantaran kami lupa atau kami tersalah.

Ya Allah janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana Engkau telah bebankan kepada orang-orang sebelum kami.

Ya Allah janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya.

Maafkanlah kami

Ampunilah kami

Rahmatilah kami

Engkau-lah penolong kami,

Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

Ya Allah Yang Maha Rahiem,

Jadikan ramadhan dan iedul fitri ini sebagai momentum pengampunan bagi kami

Pertemukan kembali kami dengan bulan yang penuh maghfirah ini

Jangan Engkau jadikan ramadhan tahun ini ramadhan yang terakhir bagi kami

Tapi sekiranya Engkau jadikan ramadhan tahun ini yang terakhir bagi kami

Maka gantilah dengan sorga-Mu untuk kami.

Ampunilah dosa kami, dosa ibu dan bapak kami

Taburkanlah benih-benih keimanan pada kami.

Terimalah rintihan ini wahai Tuhan Yang Maha Mendengar

Kabulkan segala permintaan kami wahai Tuhan Yang Maha Pemberi ..

Aamiin ya Rabbal ‘alamiin

 

Bandung, Idul Fitri 1 Syawal 1437 H

 

Prof. Dr. KH. Miftah Faridl

Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jabar, Ketua Dewan Pembina Sinergi Foundation


latestnews

View Full Version