View Full Version
Jum'at, 06 Aug 2010

Rawan Perbedaan, Kemenag Akan Sidang Isbat 10 Agustus

Bogor (voa-islam.com) - Menyambut bulan suci ramadhan, Kementerian Agama akan mengelar sidang Isbat atau sidang penetapan awal Ramadhan 1431 Hijriah pada 10 Agustus 2010.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Agama Suryadharma Ali di sela-sela Rakernas ke-III di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (7/8). "10 Agustus," ujarnya.

"Nanti kita lihat, jadi kita belum tahu nanti sidang isbat yang akan mengumumkan," ujarnya

Ia berharap pada Ramadhan kali ini tidak ada perbedaan seperti yang terjadi pada Ramadhan sebelumnya.

Ketika ditanyakan apakah akan ada perbedaan pada saat Idul Fitri 1431 Hijriah, Suryadharma Ali meminta untuk menunggu. "Nanti kita lihat, jadi kita belum tahu nanti sidang isbat yang akan mengumumkan," ujarnya.

Penentuan Awal Ramadhan Rawan Perbedaan

Tahun ini memang diperkirakan tidak akan ada perbedaan penentuan Idulfitri. Akan tetapi, penentuan 1 Ramadhan diperkirakan masih rawan perbedaan.

Menurut Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung Thomas Djamaluddin, hal itu disebabkan ketinggian bulan pada 10 Agustus nanti berkisar 2-3 derajat. ”Secara astronomi itu tidak mungkin dilihat sehingga kemungkinan tidak terlihat hilal bisa terjadi,” katanya.

...”Secara astronomi itu tidak mungkin dilihat sehingga kemungkinan tidak terlihat hilal bisa terjadi,” katanya...

Apalagi, kata Thomas, saat ini di Indonesia sedang terjadi musim kemarau basah sehingga awan akan mengganggu penglihatan. ”Kalau pun nanti tidak terlihat hilal, masyarakat diimbau untuk menunggu sidang isbat. Keputusan itu sudah didasarkan pada pertimbangan fikih dan astronominya. Dengan demikian, keputusan Menteri Agama nanti merupakan keputusan yang optimal dan bisa menjadi rujukan umat Islam di Indonesia,” ucapnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan astronomi, ketinggian bulan yang bisa dilihat ialah sekitar 4 derajat. Jika ketinggian bulan berada di bawah 2 derajat, bisa dipastikan terjadi perbedaan penghitungan awal bulan.

Sementara jika bulan berada pada ketinggian antara 2-4 derajat, awal bulan bisa jadi berbeda, tetapi juga bisa sama. Jika ketinggian bulan di atas 4 derajat, kemungkinan besar penentuan awal bulan akan sama.

”Seperti pada Idulfitri tahun ini, pada 1 Syawal nanti bulan masih di bawah ufuk sehingga kriteria apa pun akan masuk, tidak akan ada perbedaan. Saat itu ketinggian bulan sekitar 7-8 derajat,” ujarnya.

Perbedaan penetapan awal bulan yang terjadi selama ini, menurut Thomas, disebabkan adanya perbedaan kriteria. Misalnya, menurut Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan kriteria wujudul hilal yang mensyaratkan rukyat dan dibuktikan dengan hasil rukyat.

Sementara Muhammadiyah, menggunakan wujud di timur Indonesia. ”Perbedaan itu akan terjadi jika bulan pada posisi kritis, yaitu antara 0-2 derajat,” katanya. (Ibnudzar/dbs)


latestnews

View Full Version