JAKARTA (voa-islam.com) – Indonesia akan menjadi negara pertama di dunia yang mengawinkan Islam dengan sekte Syi’ah dalam Majelis Ukhuwah Sunni-Syi’ah (MUHSIN).
Seyogianya, MUHSIN dideklarasikan di Masjid Istiqlal bulan lalu, tapi rencana itu ditolak berbagai pihak. Sebagai alternatifnya, MUHSIN akan dideklarasikan di Masjid Akbar Kemayoran, Jalan Benyamin Sueb, Jakarta Pusat.
"Ini pertama kalinya di dunia, organisasi gabungan antara Syiah dan Ahlussunah (Sunni)," kata penggagas Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia (Muhsin), Jalaluddin Rahmat, Jumat (20/5/2011).
Menurut Jalaluddin, upaya untuk menyatukan dua organisasi besar ini tidak mudah. Ada banyak hambatan dan pertentangan dari banyak pihak. Buktinya, kata dia, sedianya acara ini digelar di Masjid Istiqlal pada bulan lalu. Tetapi, rencana itu ditolak.
"Sampai saat ini, semua undangan termasuk dari Kementerian Polhukam dipastikan hadir. Hanya dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menolak hadir," kata tokoh Syi’ah yang akrab disapa Kang Jalal itu.
Kang Jalal mengaku, organisasi gabungan Sunni-Syi’ah ini adalah inisiatif dari Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Pengurus Pusat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI). Karena di seluruh dunia, dua aliran ini kerap bertentangan.
Sunni atau Ahlussunnah wa al-Jama'ah adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al-Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat Nabi. Sekitar 90 persen umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10 persen menganut sekte Syi’ah.
Di berbagai negara, Syi’ah secara resmi dilarang. Di Arab Saudi, pemerintah bersikap tegas melarang Syi’ah karena doktrinnya yang mengafirkan para sahabat Nabi SAW, seperti Abu Bakar dan Umar. Syi’ah juga mengafirkan kaum muslimin di luar kelompoknya, khususnya Ahlussunnah Waljama'ah, dan menghalalkan darah mereka. [taz/viva]
Baca berita terkait: