View Full Version
Sabtu, 04 Jun 2011

Banten Dukung Sjafrudin Prawiranegara Pahlawan Nasional & Presiden Kedua RI

SERANG (voa-islam.com) – Pemerintah Provinsi Banten (Pemprov) Banten akan usulkan tokoh Masyumi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia Sjafrudin Prawiranegara agar dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional dan diakui sebagai Presiden Kedua RI.

Pemprov Banten masih mengkaji usul dan dukungan pemberian gelar kepahlawanan kepada Syafrudin Prawiranegara yang lahir 28 Februari 1911 di Anyer Kidul, Serang, Banten.

Asisten Daerah I (Asda I) Pemprov Banten Anwar Mas`ud di Serang, Jumat, mengatakan saat ini usul gelar pahlawan nasional untuk Syafrudin Prawiranegara masih dikaji oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar (TPPG) Daerah.

"Setelah ada rekomendasi dari panitia Peringatan Satu Abad Sjafrudin Prawiranegara yang menggelar seminar beberapa hari lalu, kami akan mendukung penuh untuk mengusulkan gelar kepahlawanan bagi Sjafrudin Prawiranegara," kata Anwar Mas`ud usai menjadi pembicara pada Dialog Kerakyatan yang digelar Dewan Pengurus Daerah KAMMI Banten di Serang.

Ia mengatakan, tim pengkaji tersebut terdiri dari para tokoh masyarakat, peneliti sejarah, akademisi dan Asda II Pemprov Banten. Upaya mendorong penyematan gelar pahlawan bagi Syafrudin Prawiranegara telah dilakukan Pemprov Banten, diantaranya dengan menghelat peringatan satu abad Syafrudin Prawiranegara beberapa waktu lalu.

"Ada juga usulan lagi, bahwa tak hanya gelar kepahlawanan yang diusulkan bagi Sjafrudin, tetapi kami juga akan mengajukan agar Syafrudin diakui sebagai Presiden kedua RI. Usulan itu disampaikan para tokoh Banten diantaranya Pak Nadjmudin Busro," kata Anwar Mas`ud.

....gelar kepahlawanan bagi Syafrudin Prawiranegara juga harus diiringi pengakuan pemerintah bahwa Syafrudin adalah Presiden RI kedua....

Sementara itu, sejarawan Banten Nadjmudin Busro mengatakan, gelar kepahlawanan bagi Syafrudin Prawiranegara juga harus diiringi pengakuan pemerintah bahwa Syafrudin adalah Presiden RI kedua.

"Karena faktanya, Pak Syafrudin memang menjadi Presiden RI selama enam bulan 12 hari di Bukit Tinggi, saat pemerintahan darurat. Tanpa kepemimpinan beliau saat itu, RI akan jatuh ke tangan Belanda lagi," kata Najmudin Busro.

Jejak Perjuangan Syafrudin Prawiranegara

Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Presiden PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam agresi ini, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap lalu diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka.

Atas usaha PDRI, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta. Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.

Seusai menyerahkan kembali kekuasaan Pemerintah Darurat RI, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada tahun 1949, kemudian sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950. Selaku Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, pada bulan Maret 1950 ia melaksanakan pengguntingan uang dari nilai Rp 5 ke atas, sehingga nilainya tinggal separuh. Kebijaksanaan moneter yang banyak dikritik itu dikenal dengan julukan Gunting Syafruddin.

Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.

Kiprah perjuangan lainnya, Syafrudin pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947. Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.

Di dunia dakwah, aktif dalam Partai Masyumi bersama M Natsir. Di masa tuanya Syafrudin memilih dunia pendidikan, keislaman, dan dakwah sebagai kesibukan utamanya. Namun berkali-kali mantan tokoh Partai Masyumi ini kerap dicekal naik mimbar. Pada bulan Juni 1985, ia diperiksa sehubungan dengan isi khotbahnya pada hari raya Idul Fitri 1404 H di masjid Al-A'raf Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Dalam aktivitas keagamaan, tokoh Masyumi ini pernah menjabat sebagai Ketua Korp Mubalig Indonesia/KMI (1984), Anggota Pengurus Yayasan Al Azhar/Yayasan Pesantren Islam (1978), dan anggota Anggota Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan & Pembinaan Manajemen/PPM (1958), kini dikenal dengan nama PPM Manajemen.

Syafruddin Prawiranegara meninggal di Jakarta, pada tanggal 15 Februari 1989, pada umur 77 tahun. [taz/ant, wik]


latestnews

View Full Version