View Full Version
Selasa, 24 Jul 2012

Waduh! Orang Miskin Tak Bisa Lagi Menikmati Tahu Tempe

JAKARTA (VoA-Islam) – Jika daging yang mahal harganya tak terbeli, orang miskin biasanya akan mengkonsumsi tahu dan tempe sebagai lauk pauknya, dikarenakan harganya lebih terjangkau. Tapi, kini orang miskin juga nyaris tak mampu mengkonsumsi tahu-tempe, karena kini harganya kian meroket, seiring dengan kenaikan bahan baku tahu tempe yaitu kacang kedelai.

Kalangan produsen tahu-tempe yang tergabung dalam PaguyubanKoperasi Tahu Tempe Rejeki Kota Solo mengeluhkan tingginya kenaikan harga bahan baku kacang kedelai. Seperti diketahui, sejak Mei lalu, harga kedelai naik dari Rp 5,5 ribu menjadi Rp 8 ribu per kilogram. Padahal, setiap produsen minimal membutuhkan 5-6 kuintal kedelai untuk memproduksi tahu dan tempe.

Kenaikan harga itu, selain memperbesar pengeluaran bahan baku juga menyebabkan kerugian di kalangan pedagang tahu yang terpaksa harus memperkecil ukuran tahu agar tetap bisa berjualan. Jika kenaikan harga tidak dikendalikan usaha mereka tinggal menunggu waktu saja menuju kebangkrutan.

Sementara itu, para pengrajin tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengancam akan melakukan aksi mogok memproduksi tempe dan tahu. Akibatnya, makanan rakyat ini "menghilang" sejak 25-27 Juli 2012. Alasannya tentu saja dikarenakan harga bahan baku tempe/tahu yaitu kedelai melonjak tajam belakangan ini.

Pemerintah Lepas Tangan

Para produsen ini merasa kesal karena pemerintah seakan lepas tangan terhadap kenaikan harga kedelai. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan harga adalah mengucurkan subsidi kedelai. Sekarang ini harga eceran kedelai Rp 8.000 per Kg, padahal Januari-Maret Rp 5.500 per Kg, lalu terus merangkak Mei Rp 6.000 dan Juni-Juli Rp 8.000 per Kg, bahkan bisa sampai Rp 10.000 per Kg, produksi kedelai lokal tak bisa diharapkan.

Seluruh pengusaha tempe dan tahu seluruh Indonesia, mulai Rabu (25/7) sampai (28/7) berhenti berproduksi. Hal ini sebagai protes pada pemeritah karena tidak bisa mengatur tata niaga kedelai. Selama tiga hari dipasaran tidak ada tahu dan tempe yang dijual dipasaran.

Sementara itu Ketua Pusat Koperasi Tempe dan Tahu DKI Jakarta Suharto, Minggu (22/7), mengungkapkan, keputusan untuk mogok produksi ini dihadiri semua pengurus koperasi primer tempe dan tahu di lima wilayah Jakarta. Semua perajin tahu dan tempe sudah sepakat akan menghentikan seluruh produksi tempe dan tahu selama tiga hari, yakni hari Rabu hingga Jumat mendatang.

Walau berniat mogok, namun Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Jawa Barat mengaku bahwa pelaksanaan mogok produksi tempe dan tahu serentak secara nasional di wilayahnya tidak akan diikuti dengan penyisiran ke perajin yang nekat berproduksi.

Ketua Koperasi Pengusaha Tempe dan Tahu Jawa Barat Asep Nurdin menegaskan, kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,2 juta ton. Dimana sekitar 80 persen atau 1,6 juta ton dibutuhkan untuk konsumsi tahu dan tempe. Dari kebutuhan tersebut paling tidak Indonesia mengimpor sekitar 1,5 juta ton kedelai per tahun."Kami hanya ingin harga kedelai yang murah, sehingga tempe dan tahu di pasar juga murah," katanya.

Asep menegaskan di Jawa Barat ada sekitar 15.000 pengusaha tempe dan tahu. Di Kota Bogor terdapat 20 pengusaha tempe serta 320 pengrajin pengguna kedelai. Saat ini pejual tahu dan tempe masih beroperasi di Kota Bogor, meski terjadi pengurangan jumlah.

Paling tidak jika pemerintah tidak memperbaiki tata niaga kedelai, pengusaha akan terpaksa menaikkan harga tempe dan tahu sebesar 25 persen. Harga saat ini termasuk paling tinggi dibanding sebelumnya. Bahkan, mencapai rekor tertinggi selama hampir 14 tahun ini sejak krisis moneter tahun 1998. Saat itu harga kedelai menembus angka seperti sekarang ini.

Hari ini, harga kedelai impor meningkat sebesar 39 persen ke USD 16,77 per bushel di Chicago Board Of Trade atau mencapai rekor tertinggi pada penutupan akhir pekan yang mencapai USD 16,91 per bushel. "Katanya ada yang lokal, tapi kami sampai saat ini tidak pernah melihatnya." kata Asep. Untuk harga kedelai lokal mencapai Rp 8.000.”

Kalau sudah begitu, tahu tempe kini sudah menjadi barang yang mahal. Akibatnya, orang miskin tidak  bisa lagi mengkonsumsi makanan rakyat yang sebelumnya menjadi makanan alternative selain daging. Jika tahu tempe sudah mahal, apalagi yang bisa dimakan oleh kaum papa? Desastian


latestnews

View Full Version