View Full Version
Kamis, 30 Aug 2012

Aliran Syiah Nodai Islam, Umat Islam Marah kok malah Dimusuhi?

BANDUNG (voa-islam.com) - Indonesia berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, tapi entah mengapa justru yang mayoritas itulah yang dizalimi bahkan dimusuhi. Ironisnya bukan oleh orang-orang kafir tapi oleh tokoh pemerintah yang notabene mengaku sebagai Muslim.

Fenomena itu terlihat dalam kasus konflik antara umat Islam dengan pengikut aliran sesat Syiah di Sampang, Madura. Umat Islam yang resah lalu melakukan perlawanan lantaran keyakinannya dilecehkan justru dianggap sebagai kekerasan dan harus ditindak.

Oleh sebab itu Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) KH. Athian Ali M. Dai, MA menyayangkan sikap para tokoh pemerintah yang hanya memandang ketika kemarahan umat Islam saat keyakinannya dilecehkan oleh aliran sesat sebagai  kekerasan dan harus ditindak.

“Umat Islam di negeri ini dimusuhi, karena memang itulah Islam; kalau tidak diimani ya dimusuhi. Lucu melihat pernyataan para tokoh di pemerintahan seperti Mahfud MD yang menyatakan bahwa aparat harus segera mengambil tindakan kepada para pelaku kekerasan. Jadi semua melihat yang namanya kekerasan itu hanyalah ketika orang marah karena keyakinan mereka diinjak-injak, itulah kekerasan. Tapi orang yang menginjak-injak keyakinan orang itu bukan kekerasan. Karena di mata orang-orang tidak beragama seperti ini, menghina agama itu tidak ada apa-apanya, sesuatu yang di mata mereka tidak ada masalah,” ungkapnya saat diwawancara voa-islam.com, Rabu (29/8/2012).

Memang, seperti diberitakan di berbagai media, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD meminta aparat bertindak tegas terhadap pelaku penyerangan aliran sesat Syiah di Sampang, Madura.

"Aparat penegak hukum harus mengambil tindakan tegas terhadap pelaku penyerangan tersebut," katanya usai Syawalan 1433 Hijriah Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Yogyakarta, Minggu (26/8/2012).

Lebih lanjut, ulama asal Bandung ini menjelaskan yang dimaksud orang tidak beragama bukanlah orang atheis tak menganut agama apa pun. “Maksud saya orang yang tidak beragama itu orang yang tidak mengerti agama, boro-boro menghayati agama,” jelasnya.

Menurutnya, seorang Muslim itu seharusnya menjadikan keyakinannya sebagai sesuatu yang lebih mahal dari segala-galanya, bahkan dari nyawanya sekalipun.

“lebih baik orang menginjak kepala sayalah daripada menginjak-injak keyakinan saya. Saya mungkin masih bisa bersabar kalau ada orang menginjak kepala saya, tapi tidak mungkin saya bisa bersabar ada orang menginjak keyakinan saya. Karena bagi saya keyakinan itu sesuatu yang termahal, saya lebih baik mati daripada keyakinan saya diinjak-injak orang,” paparnya.

Namun, ketika umat Islam marah karena keyakinannya diinjak-injak justru merekalah yang diberi stigma negatif. “Ketika umat Islam marah lalu dituduh teroris, ekstrimis, fundamentalis,” tandasnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version