View Full Version
Jum'at, 05 Oct 2012

Akhirnya, Video "Rohis Bukan Teroris" yang Menghebohkan Itu Direvisi

JAKARTA (VoA-Islam) – Dalam rangka silaturahim sekaligus tabayun atas Video “Rohis Bukan Teroris” yang dalam beberapa hari menuai pro-kontra di dunia maya, sejumlah media Islam yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU) mengundang produser dan tim kreatif video tersebut ke kantor Majalah Hidayatullah, Jakarta, Kamis (4/10) siang untuk membuka ruang dialog dan menemukan titik temu.

Tujuan dari tabayun ini tak lain sebagai wujud persaudaraan untuk saling menasihati. Tidak ada niatan untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Pertemuan itu terbingkai dalam suasana ukhuwah Islamiyah. Hadir dalam silaturahim tersebut, diantaranya: Ketua Umum Asosiasi Nasyid Nusantara (ANN), Ustadz Alamsyah Agus – mantan personil Nasyid Snada, Ketua ANN DKI Jakarta Ramadhan, dan beberapa personil tim kreatif yang terlibat dalam video rohis bukan teroris.

Sebelumnya, ada beberapa adegan dalam video itu yang dinilai tidak sesuai dengan jati diri anak rohis dan cenderung mendiskreditkan kelompok Islam tertentu. Pertama, adegan di menit 0.56 yang memperagakan sosok “teroris” dengan simbol kain sarung yang menutupi tubuh seseorang dan hanya terlihat matanya. Jurnalis muslim mempertanyakan, apa maksud adegan dimenit tersebut.

Adegan kedua yang dipersoalkan adalah ketika ikhwan dan akhwat melakukan gerakan menari bersama tanpa hijab. Bukankah anak rohis selalu memperhatikan masalah ikhtilat atau hijab antara laki-laki dan perempuan.  Video ini perlu dikritisi terkait penggambaran rohis itu sendiri.

Jurnalis muslim menilai cara-cara rohis melawan isu terorisme ini terkesan berlebihan, ada kesan paranoid untuk melawan stigmtisasi yang dihembuskan BNPT. Terlebih, sebelumnya ada statemen dari Ketua Rohis se-Jakarta yang menyatakan dukungannya atas program Deradikalisasi BNPT (Badan Nasional Penanggulan Teroris) d stasiun Metro TV belum lama ini.

Dalam kesempatan itu, JITU juga memberikan buku “Kritik Evaluasi dan Dekonstruksi Gerakan Deradikalisasi Aqidah Muslimin di Indonesia”, yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surakarta yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. H. Zainal Arifin Adnan. Diharapkan dengan membaca buku tersebut, anak rohis tidak buta dengan informasi terkait deradikalisasi yang ujung-ujungnya justru memojokkan umat Islam itu sendiri.

Salah satu anggota JITU, mengajak anak rohis agar tidak terkungkung oleh ketakutan dengan program deradikalisasi BNPT. Rohis seharusnya tidak perlu menyikapi persoalan terorisme dengan cara-cara yang tidak lazim, seperti menghadapi hantu yang harus ditakuti. Akibatnya, cara mereaksinya pun jadi kurang pas. Seperti, kasus video Rohis Bukan Teroris ini. Barangkali karena sutradaranya khawatir, belum paham atau malah ketakutan disebut radikal, akhirnya malah menampilkan wajah rohis yang tak sesuai.

Berikut hasil tabayun dengan Bamboo Production pembuat video klip Rohis Bukan Teroris:

1. Para pembuat video mengakui kekurangan pahamannya atas ilmu syar'i
2. Mereka mengakui, dalam proses pembelajaran, terutama untuk belajar Islam lebih jauh.
3. Mereka memang tidak memahami masalah konspirasi isu terorisme BNPT dengan gagasan radikalisasinya.

4. Mereka meminta maaf dan meminta dukungan dari Jurnalis Islam Bersatu
5. Mereka akan melibatkan para pakar syariah dalam video-video selanjutnya.
6. Mereka mengakui, sudah mendapat masukan dari Sutradara Khaerul Umam bahwa video klip yang diunggah itu bisa memancing pro-kontra.
8. Mereka telah melakukan revisi video klip dengan perubahan yang signifikan.

Ke depan, tim kreatif akan menerima masukan dan bersinergis dan semakin menjalian ikatan ukhuwah islmamiyah. Desastian


latestnews

View Full Version