View Full Version
Kamis, 24 Jan 2013

Keluarga Korban Laporkan Penembakan Densus 88 Ke MUI dan Komnas HAM

JAKARTA (voa-islam.com) - Pihak keluarga korban penembakan Densus 88 akhirnya mengadukan permasalahannya ke MUI Pusat. Siang itu keluarga korban yang turut hadir diantaranya; Endang (istri Ahmad Kholil), Verawati (adik Abu Uswan), Bambang (saudara Bahtiar Abdullah) dan Hj. Fatma (Ibu Anas Wriyanto).

Sementara itu, keluarga korban ditemani delegasi FUI, Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), Achmad Michdan dan Muhammad Hariadi Nasution dari Pusat HAM Islam Indonesia (PUSHAMI).

Achmad Michdan meminta kepada MUI yang dipimpin oleh Amir Syah Tambunan agar merespon sikap Densus 88 yang menembak mati sejumlah orang di beberapa tempat berbeda.

“ini adalah dalam rangka menyampaikan keluhan masyarakat, khususnya keluarga korban. MUI kita minta untuk merespon korban penembakan yang terjadi di Makassar, Dompu dan Bima. Ini sebetulnya adalah kejadian yang sudah kesekian kali,” ujar Achmad Michdan, Selasa (22/1/2012).

Endang, istri dari almarhum Ahmad Kholil menyampaikan kronologis saat-saat terkahir ia bertemu sang suami hingga mendapatkan kabar suaminya ditembak mati di Masjid Nur Al Afiah, RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada Jum’at (4/1/2013).

“Selesai membuat kue pukul 8.30 WITA, suami saya pamit untuk berangkat ke Rumah Sakit untuk menengok temannya yang lagi sakit. Sore itu baru saya dapat informasi. Anak saya mau berangkat shalat Ashar dikasih tahu sama teman-teman santrinya bahwa bapaknya sudah mati berlumuran ditembak Densus 88,” kata Endang.

Ia juga menambahkan bahwa suaminya tidak pernah keluar dalam waktu yang lama meninggalkan keluarga sebab ia tinggal menetap. Selain itu Endang juga membantah keterangan polisi bahwa suaminya membawa senjata api. “Tidak benar, suami saya hanya bawa kue,” ungkapnya.

Verawati, adik dari Abu Uswah alias Syamsudin juga menyampaikan hal yang sama. “Saya mendapatkan kabar dari istrinya kalau Syamsudin ditembak di masjid Nur Al Afiah. Menurut istrinya dia keluar sebelum shalat shubuh, mau sekalian shalat shubuh di sana dan menengok kawannya yang sakit. Setelah shalat Dhuha sekitar pukul 10.00 WITA dia diberondong oleh Densus 88,” paparnya.

Sementara itu, Hj. Fatama, ibu dari almarhum Anas Wiryanto menyatakan tidak mengetahui secara persis kapan anaknya ditembak mati Densus 88. Ketika itu ia berada di Jakarta untuk menengok anaknya yang lain melahirkan.

Namun Hj. Fatma yang mengaku sudah diambil sampel darahnya itu hingga kini belum mendapat kepastian, kapan jenazah anaknya akan dipulangkan.

“saya sudah melihat jenazah anak saya dan saya pastikan itu anak saya, karena saya kenal betu. Ketika saya Tanya kapan jenazah anak saya dipulangkan, dia katakan belum ada kepastian karena hasil tes DNA belum keluar,” ucapnya.

Demikian pula Bambang, saudara almarhum Bahtiar Abdullah. Ia hanya mengetahui saudaranya ditembak mati dari media. “Kami mendengar dari media, wartawan bahwa kejadiannya sesaat sebelum Maghrib. Ia ditembak di perbatasan Bima dan Dompu,” ungkapnya.

Semua perwakilan pihak keluarga korban penembakan Densus 88 sebenarnya meminta agar jenazah segera dimakamkan di daerah asalnya. Namun pihak kepolisian saat itu belum memberikan keputusan kapan jenazah bisa dipulangkan.

Mengadu ke Komnas HAM

Usai mengadukan permasalahannya ke MUI Pusat, keluarga korban juga melaporkan kasus penembakan Densus 88 ke Komnas HAM.

Sekitar pukul 16.00 WIB, pihak Komnas HAM yang dipimpin oleh Nurkholis menerima laporan keluarga korban. Nurkholis menyampaikan bahwa dalam penegakkan hukum ada norma-norma yang tidak boleh dilanggar aparat penegak hukum.

“Dalam penegakkan hukum ada norma-norma hukum dan HAM yang harus dihormati. Saya ingin mendalami dimana norma-norma hukum dan HAM itu diabaikan aparat penegak hukum,” kata Nurkholis.

Ia juga menganggap sudah sewajarnya jika pihak keluarga meminta agar jenazah segera dimakamkan dan dipulangkan ke daerah asalnya. “Pastilah jenazah ingin segera dikembalikan, itu normal dan harus dipenuhi,” imbuhnya.

Usai menerima pengaduan keluarga korban, pihak Komnas HAM akan menyelidiki bagaimana sebenarnya kejadian penembakan tersebut.

“ada dugaan selama ini kok dominan satu corong, one voice. Dimana korban dan keluarganya sepertinya senyap. Kalau memang demikian Komnas HAM tidak ada masalah, tetapi kalau ada sesuatu yang lain seperti dalam kasus-kasus konflik agraria misalnya, kami tidak bisa mendiamkan,” tutupnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version