View Full Version
Selasa, 05 Feb 2013

Munarman: Di Front Informasi, Situs Islam Membuat Musuh Islam Gerah

BOGOR (voa-islam.com) – Praktisi hukum Munarman dalam sebuah talkshow "Peran Media Islam Online Masa Depan" mengatakan, sesungguhnya situs-situs (media online) Islam itu membuat musuh-musuh Islam menjadi gerah. Media Islam bisa berfungsi sebagai alat propaganda untuk menggetarkan musuh Islam.

“Jangan salah, orang kafir pun menggunakan media. Sejak zaman kafir Quraisy, media digunakan untuk memboikot Rasul dan para sahabatnya. Bahkan mereka menyebarkan berita bohong melalui lisan maupun tulisan,” ungkap Munarman.

Saat ini, Gerakan Zionis menggunakan media media massa dan film sebagai alat propaganda mereka. Tahukah? Gerakan zionis adalah sebuah gerakan yang hendak menjauhkan kaum muslimin dari tauhid. Gerakan ini memasok berita yang menyudutkan Islam dan gerakan Islam. Intensitas informasi yang masuk ke kepala umat Islam dari gerakan zionis melalui media massa lebih besar dari tausyiah yang disampaikan oleh para ustadz. Akibatnya, anak-anak muslim dijejali informasi yang jauh dari tauhid.

“Ini adalah sebuah pertempuran. Maka, dengan tampilnya media islam menjadi penyeimbang dari informasi yang dipasok musuh Islam. Jika orang kafir memasok informasi yang batil dan salah. Jurnalis muslim memasok informasi yang benar (haq). Jika informasinya salah,  maka amalnya juga salah,” tukas Munarman.

Hingga saat ini, umat Islam belum mempunyai media Islam. Realitanya media televise dikuasai orang kafir dari segi kepemilikan sahamnya. Sementara situs Islam, baik online maupun cetak, belum bisa menandingi media televise yang dikuasai orang kafir.  “Ketika bertempur di front informasi, media online (islam) menjadi penting. Sayangnya medfia islam sering ketinggalan informasi. Jarang sekali media Islam dalam sehari mengupdate berita lebih dari 10 berita. Paling 5 yang update. Sementara perkembangan informasi sekuler bisa mencapai di atas 30 berita. Detic.com misalnya.”

Tantangan Media Islam

Maka tantangan situsIslam ke depan adalah bagaimana mengejar ketertinggalan. Selain itu, situs Islam harus bisa memainkan peran secara face to face. Sebagai contoh, media sekuler suka mempertanyakan kepada narasumber dari kelompok Islam untuk mencari kesalahan (sisi negative) yg dilakukan umat Islam, disengaja maupun tidak. Ada upaya untuk mengadu domba dengan sesama kaum muslimin.

Kasus Syekh Puji yang menikahi gadis usia 16 th misalkan, telah dihabisi oleh media sekuler. Tapi giliran ditemukan kasus yang sama, seseorang di Bali (beragama Hindu ) yang menikahi anak perempuan usia 15 tahun, malah tidak diberitakan media sekuler, alias bungkam. Seharusnya  media islam memberitakan ini. Media Islam dari segi fungsinya seharusnya menjadi alat  propaganda untuk mengungkap kebobrokan yang dilakukan oleh mereka yang sok memperjuangkan HAM.  

Munarman melihat ada paradok dan dilema dalam media Islam, antara bisnis dan dakwah kadang berbenturan. “Media islam selama ini tidak dikelola secara bisnis, seperti halnya media sekuler. Media Islam masih bertahan sebagai media perjuangan, belum mengimbanginya dari sisi bisnis.  Walau bisnis yang islami bisa menyatu dengan gerakan dakwah, khususnya dalam mengelola media islam,” tandas Munarman.  [Desastian]


latestnews

View Full Version