View Full Version
Senin, 18 Mar 2013

Iran, Rusia dan China Bantu Rezim Assad Bantai Muslim Suriah

JAKARTA (voa-islam.com) - Relawan Hilal Ahmar Society (HASI), ustadz Abu Harits mengungkapkan bahwa konflik di Suriah telah mengarah pada konflik ideologi antara muslimin ahlus sunnah dan penganut syiah Nushairiyyah.

Hal itu terlihat dari sikap Iran yang secara terang-terangan membantu rezim tirani Bashar Al Assad baik secara finansial maupun militer untuk membantai muslim Suriah.

“Konflik yang sekarang sudah mengarah kepada konflik ideologi dan konflik aqidah. Ditambah lagi bantuan dari Iran yang notabene adalah negeri Syiah yang secara terang-terangan memberikan bantuannya baik donasi keuangan maupun tentara-tentaranya diterjunkan langsung ke Suriah,” kata ustadz Abu Harits dalam kajian ilmiah bertema Konflik Suriah Menuju Revolusi Islam Dunia, di Masjid Al Muhajiri, Jl. Semeru, Grogol, Jakarta Barat, Ahad (18/3/2013).

Ia menambahkan, saat dirinya menjadi relawan HASI yang terjun langsung dalam misi kemanusiaan ke Suriah Agustus 2012 lalu, salah seorang pemandu yang mengantarnya melaporkan tentara dari Iran telah masuk di Damaskus.

“Pada waktu kami berada di sana, ada laporan langsung dari guide kami yang mengantar kami sampai ke Suriah, bahwasanya di Damaskus waktu itu, sekitar bulan Agustus atau Ramadhan tahun lalu telah mendarat pasukan-pasukan Iran,” imbuhnya.

Konflik ideologi di Suriah semakin nyata ketika negara-negara kafir seperti China dan Rusia turut mendukung rezim Assad, baik secara politik maupun diplomasi.

“Ini menunjukkan bahwa mereka sudah bersatu padu, ditambah lagi orang-orang kafir. Dalam hal ini diwakili oleh Rusia dan China yang sejak awal telah memberikan dukungannya secara politik dan diplomasi di dalam forum-forum PBB dan di luar itu mereka menyatakan mendukung rezim yang berkuasa sekarang ini,” jelasnya.

Untuk itu ustadz Abu Harits menegaskan telah jelas bahwa konflik di Suriah bukan sekedar konflik politik namun konflik ideologi dan aqidah.

“Perlu kita garis bawahi bahwa konflik di sana bukan konflik politik internasional semata, tetapi konflik ideologi dan aqidah,” tegasnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version