View Full Version
Rabu, 22 May 2013

Dibalik Peristiwa Kerusuhan Mei 1998: Para Jenderal Dibawa ke Malang

JAKARTA (voa-islam.com) – Jelang Pemilu 2014, penulis buku “Politik Huru-Hara Mei 1998” Fadli Zon sepertinya semakin giat membersihkan nama baik Letjen TNI Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Pangkostrad ketika itu. Pembelaan Fadli terhadap Prabowo, terkait tuduhan pihak tertentu perihal pertemuan makar di Makostrad 14 Mei 1998.

Laporan akhir TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) kala itu menyimpulkan untuk menyelidiki dan mengungkap peran Prabowo dalam pertemuan di Makostrad 14 Mei 1998. TGPF melihat pertemuan itu berkaitan dengan terjadinya kerusuhan di Jakarta (Mei 1998). Satu hari setelah TGPF menyampaikan laporan informasinya yang berkembang, seolah-olah pertemuan Makostrad adalah rahasia merancang kerusuhan dan disebut dalangnya  Letjen TNI Prabowo.

Fadli Zon mengaku hadir dalam pertemuan tersebut. Dikatakan Fadli, tuduhan merancang kerusuhan jelas fitnah besar. Pertemua itu hanya silaturahim dan diskusi tanpa rencana dilakukan malam hari, 14 Mei setelah Maghrib, digagas oleh Adnan Buyung Nasution, Setiawan Djodi, Rendra, Bambang Widjojanto dan lain-lain. Prabowo menyampaikan informasi mutakhir situasi saat itu.

“Para tokoh yang hadir pun membantah hasil laporan TGPF. Bagaimana mungkin pertemuan itu merancang kerusuhan padahal huru hara sudah terjadi,” jelas Fadli.

Menurut Fadli, laporan TGPF terkesan dipesan dan diarahkan menyudutkan Prabowo. Hingga kini laporan TGPF soal pertemuan Makostrad tak pernah diluruskan. “Ini membuktikan TGPF menjadi alat politik ketika itu. Pertemuan Makostrad justru bicara mengenai upaya-upaya untuk mengatasi situasi saat itu. Inilah distorsi sejarah yang dibangun dalam upaya mencari kambing hitam dan menutupi dalang sesungguhnya. Yang terjadi pada Pangkostrad Letjen TNI Prabowo adalah black propaganda.

Para Jenderal Dibawa Ke Malang

Yang menjadi pertanyaan Fadli Zon adalah kenapa Panglima ABRI (Pangab) Jenderal Wiranto saat itu, membawa para jenderal ke Malang. Padahal Jakarta sedang dilanda kerusuhan.

“Salah satu keganjilan dalam episode kerusuhan Mei 1998 adalah ketika sejumlah pimpinan ABRI (sekarang TNI) malah tak berada di Jakarta. Mereka berbondong-bondong ke Malang untuk menghadiri upacara pemindahan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) dari Divisi I ke Dibisi II Kostrad,” ungkap Fadli.

Lebih lanjut dikatakan, upacara serimonial ini sama sekali tidak penting jika dibandingkan keadaan Jakarta di tengah rusuh. Upacara di Malang dihadiri Pangab Jenderal TNI Wiranto, KSAD Jenderal TNI Subagyo HS, Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto, Danjen Kopassus MUchdi PR dan beberapa petinggi militer lainnya.

“Mereka berangkat pagi ke Malang dan pulang siang hari. Prabowo berkali-kali menyarankan agar acara tersebut ditunda, namun Wiranto tetap mengharuskan. Ketika para Jenderal kembali ke Jakarta, kerusuhan tak dapat dikendalikan. Kita semua tentu heran, mengapa Pangab bersikukuh pergi ke Malang,padahal Jakarta dilanda huru hara? Ini masih misteri, mudah-mudahan bukan upaya pembiaran,” tulis Fadli yang mengaku belum utuh mengungkap peristiwa Mei 1998 tersebut. [desastian]


latestnews

View Full Version