View Full Version
Senin, 17 Jun 2013

Pengajian Politik Islam Di Masjid Bukan Dalam Rangka Jelang 2014

JAKARTA (voa-islam.com) – Sejumlah ulama, pimpinan ormas dan partai Islam hadir dalam peluncuran Pengajian Politik Islam (PII) di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (16/6) siang kemarin. PII boleh dibilang adalah pengajian lintas parpol, ormas, mazhab dan aliran. Tapi bukan aliran sesat seperti Syiah, Ahmadiyah dan LDII.

Dalam press release yang diterima voa-islam, pengajian politik Islam ini bertujuan untuk mengusung semangat mempererat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam menuju persatuan dan kejayaaan yang dibimbing oleh ulama dan zuama.

Empat komunitas muslim besar, seperti: Masjid Agung Al Azhar, Masjid Al Furqan Kramat Raya 45, Perguruan As-Syafiiyah dan Pesantren Al-Husnayain, berinisiatif menggelar pengajian akbar yang dimaksudkan sebagai ajang silaturahim sambil mendapatkan gambaran mengenai politik yang benar menurut kacamata Islam, demi tercapainya izzul Islam wal muslimin dan kehidupan berbangsa yang lebih makmur dan sejahtera.

Penggagas PPI, KH. Cholil Ridwan mengatakan, tujuan dari kajian ini adalah umat Islam mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan selalu menang dalam politik, ekonomi dan berhasil menjadikan Indonesia negara bersyariah.

Pengajian Politik ini rencananya akan berlangsung tiap minggu, dipimpin oleh Ustadz Dr. Daud Rasyid dan Dr Fuad Amsyari. Dalam pengajian selanjutnya, Ustadz Daud akan membahas Kitab ‘Ahkamush Shulthaniyah’ karya Imam Mawardi. Rencananya, akan dihadirkan pula tiap pengajian, penceramah tamu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Hadir dalam pengajian politik Islam perdana itu antara lain: Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah), DR. H. MS Ka’ban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang), KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’I, Ustadz Muhammad Al Khaththath, KH. Cholil Ridwan, DR. H. Fuad Amsari, ustadz DR. Daud Rasyid, Ustadz Alfian Tanjung dan para ustadz lainnya.

KH. A. Cholil Ridwan sebagai penggagas utama bersama para pendiri lainnya seperti KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’I, KH. Amliwazir Saidi dan KH. Syuhada Bahri, mengungkapkan, bahwa umat Islam di Indonesia harus mendapatkan kejelasan mengenai bagaimana melihat sisi dan nilai-nilai politik yang terbaik sesuai ajaran islam, agar secara jernih dapat melihat sikap politik yang terbaik bagi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.

PPI diharapkan dapat memberikan pencerahan politik yang Islami guna mendukung komunikasi pengajian nasional lain yang sudah ada dan tetap menjelaskan fungsinya sebagai wadah tempat menuntut ilmu keagamaan non-formal.

Puluhan tokoh-tokoh Islam yang mendukung pengajian politik ini, antara lain: Prof Dr KH Didin Hafidhuddin, DR. H. Zulkifli Hasan, DR. H. Hamzah Haz, Hidayat Nur Wahid, Prof Dr AM Saefuddin, AM Luthfi, Ust Abu Deedat, DR. Adian Husaini, KH Muhammad al Khaththath, KH. Ma’ruf Amin, KH Syukron Makmun, Dr Tuty Alawiyah, H. Amidhan, Ust Alfian Tanjung, Ust Bachtiar Nasir, Taufiq Ismail, KH Amin Noor, Ust Abdul Qadir Djaelani, Mayjen (purn) Muchdi PR.

Selanjutnya juga didukung oleh Prof Dr Jimly Ashiddiqi, Prof Dr Yusuf Amir Feisal, , Ibu Ratna Maida Ning, Ibu Nurdiati Akma, Dr Zain an Najah, Dr Anwar Abbas, Ust Zaitun Rasmin, Afif Hamka, Ustadz Farid Okbah, KH Muhammad Abbas Aula, KH Wahid Alwi, KH Asep Mausul, KH Anwar Shaleh, Sutrisno Bachir, Munarman, Habib Rizieq Syihab dan 50 tokoh Islam lainnya. [desastian]


latestnews

View Full Version