View Full Version
Kamis, 20 Jun 2013

Sutiyoso: Lokalisasi Kramat Tunggak Saja Bisa Ditutup

JAKARTA (voa-islam.com) - Jika lokalisasi Kramat Tunggak yang luasnya 10 hektar dan terbesar di Asia Tenggara itu saja bisa ditutup dan berganti menjadi Jakarta Islamic Center (JIC), kenapa lokalisasi Saritem di Bandung dan Dolly di Surabaya tidak bisa.
Hal itulah yang dipertanyakan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dalam Puncak Milad 10 Tahun Jakarta Islamic Centre (JIC), Kamis (20/6) pagi di bekas lokalisasi Kramat Tunggak, Koja, Jakarta Utara. Sutiyoso mengaku berkesan dengan tempat yang telah mengubah kawasan haram jadah menjadi sejadah ini.

"Dulu saya penasaran yang namanya Boker, tempat prostitusi di wilayah Jakarta Timur. Sutiyoso pernah diberitakan media, Kramat Tunggak ditutup untuk membangun  mal dan supermarket. Dan ia dituding akan menerima uang yang cukup besar."

Yang jelas, JIC telah menjadi tempat wisata religius. Dulu bangunnya menelan biaya Rp.250 milyar. Warna biru pada langit-langit masjidnya terinpirasi ketika saya ke Istanbul. Seperti diketahui, Sutiyoso telah berjasa bagi masyarakat Jakarta, terutama mengubah tempat maksiat tersebut menjadi JIC.

Hadir dalam puncak Milad 10 th JIC itu, antara lain: KH. Syaifudin Amsir (ulama Betawi), Sutiyoso, Ust Wafiudin Sakam, sedangkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi berhalangan hadir dan diwakili utusannya, asisten Kesmas Holoan Siregar.

Ust Wafiudin saat memberi sambutan berharap, JIC bukan hanya menjadi pusat  peradaban Islam, tapi juga  pusat ilmu pengetahun dan pembangunan karakter.

Ketua Umum JIC KH. Ahmad Shodri berharap Pemda DKI segera mengeluarkan Perda untuk kepentingan merenovasi dan perawatan JIC yang sudah tidak terawat, terutama toilet. "Kita malu jika ada tamu dari luar negeri, toiletnya jelek dan tidak nyaman," katanya.[desastian]

latestnews

View Full Version