View Full Version
Kamis, 20 Jun 2013

Ternyata, Ketika Itu Ada Ulama Su' yang Ingin Pertahankan Kramtung

JAKARTA (voa-islam.com) -Tahun 1990, sesungguhnya sudah mulai ada desakan kuat dari ulama dan masyarakat untuk membubarkan lokalisasi Kramat Tunggak alias Kramtung. Bahkan, tahun 1997 diadakan penelitian Dinas Sosial dan Universitas Indonesia (UI) yang kemudian merekomendasikan Lokras ditutup.

Seperti diceritakan Tokoh Masyarakat Tanjung Priok, Syarifien Maloko, ketika itu para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi Kramtung.  Ada sebagian yang berpendapat, bahwa lokalisasi pelacuran dianggap boleh karena kondisinya dalam keadaan darurat, atau dalam artian kondisi ekonomi Indonesia masih belum mapan, sehingga kehadirannya sangat dibutuhkan untuk menopang ekonomi negara.

Syarifin dan Abdul Qadir Jaelani (keduanya tokoh Partai Bulan Bintang) berpendapat vocal: Lokalisasi Kramtung harus ditutup. “Segala cara kami tempuh guna tercapainya tujuan tersebut. Dakwah kepada orang-orang yang ada di Kramtung hampir setiap bulan dilakukan melalui pengajian di Masjid At Taubah, depan komplek lokalisasi Kramtung. Kami terus berusaha mengingatkan mereka agar berhenti berbuat maksiat. Namun tidak berhasil. Karena suara pengajian kalah hingar binger dengan suara musik di lokalisasi tersebut.”

Cara lainnya adalah dengan meminta pejabat terkait di Pemda DKI Jakarta agar menutup lokalisasi tersebut. “Saya bicara empat mata dengan Walikotamadya Jakarta Utara yang ketika itu dijabat oleh Suprawito. Namun, dalih sang walikota selalu klasik, bahwa Jakarta Utara hanya ketempatan saja. Semua kebijakan ada di pusat dan kotamadya, sehingga tidak bisa menutup tempat maksiat tersebut.”

Syarifin lalu mengusulkan kepada Walikota, agar dia tidak perlu mengeluarkan aturan untuk menutup Kramtung. “Bapak cukup membuat aturan yang melarang setiap warga Jakarta Utara untuk masuk ke Kramtung dan melarang WTS Kramtung untuk berkeliaran di luar Kramtung. Sampai Kramtung ditutup, aturan tersebut tidak juga dikeluarkan. “

Ternyata perjuangan untuk menutup Kramtung baru bisa berhasil pada tahun 1999. Hal ini tidak terlepas dari kondisi nasional Indonesia yang memasuki gerbang baru era reformasi, dimana saat itu suara umat Islam di legislative cukup diperhatikan oleh pemerintah. Akhirnya Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat itu mendapat ilham untuk menutup lokalisasi tersebut. Alhamdulillah Kramtung ditutup.

Adapun proses lahirnya ide pembangunan Islamic Center di bekas Kramtung itu adalah, sebelumnya pernah ada yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan (mall), perkantoran, dan sebagainya. Namun Sutiyoso memiliki ide lain, yaitu membangun Islamic Centre.

Sutiyoso beranggapan, bahwa Bekasi yang hanya Kotamadya saja punya Islamic Centre. Kok DKI Jakarta yang meruoakan Ibukota negara tidak punya Islamic Centre. Ide ini menyatukan sejumlah kelompok yang awalnya berbeda-beda. Akhirnya disepakati dengan ide pembangunan Islamic Centre, yang nantinya diharapkan menjadi pusat peradaban Islam, tidak hanya ibadah, tetapi menjadi pusat pengembangam penelitian, dan pusat pengkajian Islam.

Selanjutnya, tahun 2000, dilakukan pembebasan lahan. Ternyata tidak semua lahan yang ada di bekas Kramtung itu milik Pemda DKI, karena ada sebagian yang masih milik swasta.

Sebelumnya, pada 1998 telah terbit SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang Penutupan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, selambat-lambatnya akhir Desember 1999.

Kemudian tahun 1999, melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998, pada 31 Desember 1999, Lokres Kramtung resmi ditutup oleh Gubernur Sutiyoso.

Pada 2001, tepatnya 11-18 April, digagas membangun JIC di lahan eks Lokres Kramtung yang dikemukakan oleh Sutiyoso kepada Prof. Azyumardi Azra di New York disela-sela kunjungannya ke PBB.

Pada tanggal 24 Mei dibentuk Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat dilakukan Gubernur Sutiyoso. Dukungan pun kian menguat. Tahun 2002, dilakukan pembuatan Master Plan dan Pembangunan JIC Tahap I dan Perumusan Organisasi dan Manajemen JIC. Bulan Agustus, dilakukan studi banding ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris, dan Perancis. Tahun 2003, tepatnya bulan Maret, Masjid JIC diresmikan.

Terbetik kabar, ditutupnya Kramtung bertepatan dengan Krisis Moneter saat itu. Sehingga berpengaruh bagi "dompet" hidung belang untuk tidak sesering sebelumnya mampir ke tempat memadu cinta terlarang tersebut. [desastian]


latestnews

View Full Version