View Full Version
Senin, 24 Jun 2013

Ratusan Preman Rusak & Robohkan Rumah Warga Kentingan Baru Jebres Solo

SOLO (voa-islam.com) – Aksi premanisme kembali terjadi. Kali ini yang menjadi korban adalah warga kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Suasana tenang dan damai di kawasan pemukiman yang diketahui masih menjadi sengketa tersebut mendadak menjadi ramai dan menjadi pusat perhatian.

Suasana tersebut terjadi saat ratusan preman yang mengendarai motor yang mengenakan helm, penutup wajah dan juga mengenakan pita warna hijau di lengannya mendatangi kampung Kentingan Baru pada Sabtu (22/6/2013) pagi. Tak ayal, suasana kampung Kentingan Baru juga berubah menjadi mencekam dan penuh ketakutan.

Para preman yang datang dengan membawa martir, pentungan dan senjata tajam berbagai jenis, langsung merusak, menghancurkan dan merobohkan ratusan pemukiman warga yang kebanyakan semi permanen terbuat dari bambu dan kayu, dan ada pula yang sebagian sudah terbuat dari tembok.

...Perusakan dan penghancuran itu sekitar jam 10.00 sampai jam 11.30 WIB. Tanpa ada pemberitahuan, mereka (para preman -red) langsung membongkar dan merobohkan rumah yang ada disini dengan linggis dan palu berukuran besar...

Dari informasi yang berhasil dihimpun voa-islam.com di TKP, pengrusakan, penyerangan dan perobohan rumah warga yang dilakukan para preman bayaran itu berjalan cukup lama, yakni sekitar satu setengah jam, mulai dari jam 10.00 hingga 11.30 WIB.

“Perusakan dan penghancuran itu sekitar jam 10.00 sampai jam 11.30 WIB. Tanpa ada pemberitahuan, mereka (para preman -red) langsung membongkar dan merobohkan rumah yang ada disini dengan linggis dan palu berukuran besar,” kata Wahono kepada voa-islam.com pada Minggu (23/6/2013) di TKP.

Wahono menuturkan bahwa tanpa basa-basi, para preman yang memakai tanda pita warna hijau itu membongkar rumah warga dengan linggis dan palu berukuran besar. Tak ada yang melawan karena saat kejadian yang ada hanya wanita dan anak-anak, dan para laki-laki sedang bekerja diluar rumah. Tangis anak-anak dan teriakan histeris ibu-ibu memecah keheningan siang itu.

...Saya mencoba menghalangi preman merusak rumah saya maupun rumah warga lainnya. Tapi saya kemudian di dorong terus dipukuli puluhan preman. Saya juga diseret sampai sana (pinggir jalan raya -red) karena saya coba menghalangi mereka (para preman -red)...

Sejumlah ibu-ibu bahkan pingsan. Wahono akhirnya memberanikan diri untuk mencegah tindakan anarkis dan brutal para preman. Namun, Wahono justru mendapatkan pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan oleh para prema ke wajah dan tubuh Wahono hingga mengalami luka memar di bagian hidung, pelipis mata sebelah kiri dan kepalanya.

Wahono yang rumahnya juga ikut dirusak juga diseret sejauh 50 meter oleh para preman dari depan rumahnya menuju jalan raya. Namun karena dirinya merupakan laki-laki yang hanya seorang diri dan dia di keroyok puluhan preman berbadan tegap dan kekar, akhirnya dia tak kuasa mempertahankan rumah dan dirinya.

“Saya mencoba menghalangi preman merusak rumah saya maupun rumah warga lainnya. Tapi saya kemudian di dorong terus dipukuli puluhan preman. Saya juga diseret sampai sana (pinggir jalan raya -red) karena saya coba menghalangi mereka (para preman -red),” ujarnya.

Tak terima dengan aksi premanisme dan kekerasan dari para preman, para warga kemudian meminta tolong kepada The Islamic Study and Action Centre (ISAC) untuk mendampingi mereka memproses kasus tersebut kepada aparat terkait.

...Pelaku hampir seratusan orang. Para preman yang dikenali warga diantaranya bernama Wiwik, Acuk, Dodo, Bomby, Yosep, Iblis, Popeye. Warga ini mengenali nama-nama tersebut karena mereka (para preman -red) pernah tinggal disini cukup lama...

Akhirnya para warga yang berjumlah sekitar 15 orang, termasuk Wahono pada Minggu (22/6/2013) sore mendatangi Mapolresta Solo ditemani Sekretaris ISAC, Endro Sudarsono. Menurut Endro, pelaku pengrusakan dan yang merobohkan rumah warga berjumlah sekitar seratusan orang.

“Pelaku hampir seratusan orang. Para preman yang dikenali warga diantaranya bernama Wiwik, Acuk, Dodo, Bomby, Yosep, Iblis, Popeye. Warga ini mengenali nama-nama tersebut karena mereka (para preman -red) pernah tinggal disini cukup lama,” kata Endro kepada voa-islam.com melalui sambungan telfon pada Sabtu (22/6/2013) sore, usai melakukan pengaduan ke Mapolresta Solo.

“Kerusakan rumah hampir 50 rumah lebih yang rata dengan tanah, bahkan bisa lebih dari jumlah itu. Sedangkan yang rusak hampir 50an rumah. Karena disini ada 1 sampai 8 blok. Dan yang mengalami rusak parah dan sudah roboh dari blok 2 sampai 8,” imbuhnya.

Selain itu, Endro juga menjelaskan jika rumah para warga yang telah dirusak dan belum dirobohkan kemudian dikasih tanda “silang” merah. Hal itu, kata Endro sebagai sebuah ancaman dari para preman. Jika warga Kentingan Baru tidak segera pindah dari lahan tersebut, mereka akan datang lagi untuk merobohkan semua rumah yang ada disitu.

...Kerusakan rumah hampir 50 rumah lebih yang rata dengan tanah, bahkan bisa lebih dari jumlah itu. Sedangkan yang rusak hampir 50an rumah. Karena disini ada 1 sampai 8 blok. Dan yang mengalami rusak parah dan sudah roboh dari blok 2 sampai 8. Sebagian rumah juga dikasih tanda silang merah. Saat itu, kebanyakan yang ada di kampung hanya ada wanita dan anak-anak...

“Sebagian rumah juga dikasih tanda silang merah. Saat itu, kebanyakan yang ada di kampung hanya ada wanita dan anak-anak. Saat ini, ada satu 1 truk dan 3 mobil polisi yang menjaga TKP,” pungkasnya.

Sementara itu, Kasatreskrim Polresta Solo, Kompol Rudi Hartono mengatakan, tindakan puluhan orang yang melakukan perusakan rumah warga di kampung Kentingan Baru yang berada di sebelah timur Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo masuk dalam unsur pidana. Polisi akan melakukan penyelidikan untuk mengungkap dalang di balik aksi itu.

“Sudah ada nama yang kami kantongi identitasnya. Tapi kami masih melakukan pengembangan,” katanya. [Khalid Khalifah]


latestnews

View Full Version