View Full Version
Kamis, 25 Jul 2013

Keluarga & Kadisdik Tulungangung: Mugi Hartanto Guru Bukan Teroris

TULUNGAGUNG (voa-islam.com) - Keluarga Mugi Hartanto (38) membantah bahwa pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pencari rumput itu adalah seorang teroris.

Mugi adalah salah seorang yang ikut ditangkap dalam penyergapan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di depan warung Jalan Pahlawan, Tulungagung, Senin (22/7/2013) pukul 08.45 WIB.

Selain itu Mugi juga berprofesi sebagai guru honorer di salah satu SDN, wilayah Tulungagung. Dia lahir dari Desa Prambon, tetangga Desa Gambiran, Pagerwojo tempat tinggalnya sekarang ini.

"Sehari hari mencari rumput untuk makan kambing itu," ujar Anik Sutrismi (32) istri Mugi ditemui di rumahnya di Desa Gambiran RT 01 RW 03 Kecamatan Pagerwojo Tulungagung, Selasa (23/7/2013) pagi.

Di depan rumah Mugi terdapat kandang kambing. Kambing-kambing itu milik Fajar, guru SMPN II Kauman Tulungagung yang dipelihara dengan sistem bagi hasil.

"Itu kambing untuk kurban. Semuanya milik pak Fajar. Suami saya hanya memelihara. Nanti hasilnya dibagi. Jadi sehari-hari itu hanya mencari rumput," jelas Anik.

Anik mengakui, suaminya juga berprofesi sebagai guru. Mugi mengajar bahasa Inggris di SDN Geger III. Dalam seminggu, dia hanya masuk sekali, yaitu hari Selasa.

"Suami saya guru honorer di SDN Geger III. Dia ngajar bahasa Inggris, karena jamnya dirangkap, seminggu hanya masuk sekali. Dia ngajar mulai pagi hingga siang hari," masih kata Anik.

SDN Geger III terletak di Kecamatan Sendang. Dari rumah Mugi terpaut jarak hingga 20 kilometer, berada di sebelah utara. Tetapi, aktivitas rutin Mugi tidak lepas dari memelihara kambing dan berkebun.

Anik mengatakan, suaminya pernah bertemu dengan Rizal, terduga yang ditembak mati. Dia pun mengaku hanya sekadar tahu karena aktivitas Rizal sebagai seorang da'i yang sering berceramah.

Selain itu, imbuh Anik, pertemuan Mugi dengan Rizal karena anak keduanya Husna bersekolah di TK/PAUD Aisyah, tempat di mana Rizal tinggal. Sementara Dayat, kata Anik, tidak mengenal sama sekali.

"Kalau yang namanya Dayat itu sama sekali tidak kenal. Kata orang-orang dia baru tiga hari di Desa Penjor," ungkap Anik.

Keluarga membantah Mugi Hartanto terlibat teroris. Keluarga yakin Mugi hanya tengah apes karena dimintai tumpangan gratis.

Mugi kebetulan hendak ke Tulungagung untuk membayar pajak sepeda motor Sepin, kakaknya. Saat mengantar buku dan mukena putrinya (Husna) di TK Aisyah berpapasan dengan Rizal dan Dayat.

"Suami saya pamit hendak Her (heregistrasi-membayar pajak) sepeda motor kakaknya, pak Sepin. Dia berangkat dari rumah pukul 07.30 WIB. Saya kebetulan berangkat lebih dahulu mengantar anak saya Husna (5,5) di TK Aisyah Penjor. Karena buku dan mukena Husna ketinggalan, saya minta tolong sekalian mengatarkan ke sekolahan," ungkapnya

 Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung Suharno mengatakan anak buahnya memiliki jejak rekam bagus selama ini. Dia bahkan tidak pernah mengenal dan bersinggungan sama sekali dengan dua teroris yang diburu Densus. "Mugi guru honorer kami dan mengajar agama," kata Suharno.

Keterangan yang sama disampaikan kepala sekolah dan beberapa guru yang dipanggil secara khusus oleh Suharno pagi tadi. Mereka menyatakan jika Mugi hanya berteman dengan Supari sebagai sesama aktivis masjid. Ketika penangkapan Densus berlangsung, Mugi hendak turun dari Desa Gambiran menuju Desa Penjor yang letaknya lebih rendah.

Saat berpapasan dengan Supari, dia diminta membantu mengantar Riza dan Dayat ke terminal bus di Tulungagung karena sepeda motornya kurang. [Widad/tmp, inl]


latestnews

View Full Version