View Full Version
Rabu, 15 Jan 2014

SBY, ANAS, dan HMI

JAKARTA (voa-islam.com) - Mungkinkah kasus Anas Urbaningrum yang sekarang ditahan KPK, tidak semata-mata hanya kasus hukum, tetapi ada kaitannya dengan politik? Anas sudah menjadi tersangka hampir setahun lalu, dan baru sekarang ditahan KPK? Inilah yang menjadi teka-teki terhadap kasus Anas Urbaningrum.

Anas Urbaningrum termasuk “the rising star” dalam dunia politik. Hanya dalam waktu singkat Anas sudah berada pada posisi puncak di Partai Demokrat. Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Demokrat menjadi “the ruling party” atau partai berkuasa. Pemerintahan SBY, tak lain,  hasil koalisi partai-partai politik, dan Partai Demokrat sebagai lokomotrif dari   “main system” dalam koalisi itu yang dipimpin Presiden SBY.

Presiden SBY menjadi figur sentral dalam Partai Demokrat, sebagai Ketua Dewan Pembina, dan sekarang menjadi Ketua Umum. Betapa posisi Presiden SBY sebagai tokoh, pemimpin, dan kepala pemerintahan yang memiliki “diskressi” kewenangan dalam menentukan, memutuskan dan menetapkan setiap kebijakan Partai Demokrat, pemerintahan dan negara.

Sementara itu, Anas sebagai pemegang otoritas operasional Partai Demokrat. Sebenarnya keduanya memiliki posisi masing-masing yang sangat strategis dan menguntungkan bila bersinergi.

Tampilnya Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, tidak berarti berjalan dengan mulus. Tetapi, mendapatkan saingan dari beberapa tokoh lainnya. Saingan Anas di Kongres Bandung yang paling potensial, hanyalah Andi Alfian Mallarangeng. Dengan latar belakang berbeda.

Anas Urbaningrum aktifis Islam, dan berlatar belakang HMI, dan bahkan pernah memimpin HMI, serta menjadi Ketua Umum. Anas menikah dengan Athiyyah yang merupakan putri dari pemilik Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Anas berbicara santun lembut, tanpa meledak-ledak gaya bicaranya, di depan publik.

Anas benar-benar politikus muda dari generasi Islam yang memiliki peluang masa depan. Sementara itu, Andi Mallarangeng, nampak sebagai ilmuwan, lulusan universitas terkemuka di Amerika, dan kurang memiliki latar belakang pergerakan, dibandingkan dengan Anas. Kemudian, Anas memenangkan pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung.

Tetapi, setahun menjelang pemilu, hubungan antara SBY dan Anas luruh, dan kemudian terjadi konflik, dan dari waktu ke waktu semakin lebar. Tak terjembatani. Anas dengan nada sindiran mengatakan, perpecahannya dengan SBY, karena ada faktor,”Sengkuni”, ungkapnya.

Adakah perpecahan dan pisahnya SBY dengan Anas ada faktor ‘fears’ (ketakutan) terhadap kekuatan politik Islam, HMI, melalui Anas di Demokrat? Mungkin. Kemenangan Anas di Kongres Bandung, menurut berbagai cerita, tak terlepas dari jaringan lobi HMI. Kekuatan HMI di Demokrat melalui Anas terus terkonsilidasi. Benarkah Anas dan “HMI Connection” di Demokrat membuat SBY, tidak nyaman?

Sejak Anas Urbaningrum menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, Anas dicurigai melakukan konsolidasi dengan memasukkan unsur-unsur HMI di kepengurusan Partai Demokrat di tingkat DPD, dan DPC, di seluruh Indonesia. Sehingga, penguasaan jaringan infrastruktur Partai Demokrat berada di tangan Anas Urbaningrum. Inilah salah satu faktor perlunya SBY mengeliminir Anas. Dengan belitan korupsi.

SBY berulangkali menginginkan agar kasus Anas segera diselesaikan oleh KPK, dan kemudian status Anas menjadi tersangka. Tetapi, kasus Anas itu dibiarkan sampai menjelang satu tahun, baru Anas ditahan oleh KPK.

Proses penaikan status Anas menjadi tersangka, hampir bersamaan dengan penetapan daftar calon legislatif Partai Demokrat. Ada yang mengatakan, Presiden SBY, tidak menginginkan Anas menentukan daftar calon legislatif diisi oleh “orang-orang Anas” semata.

Ada informasi lainnya, di mana atas bisikan sejumlah kolega SBY yang berasal dari kalangan Kristen, mengingatkan SBY, tentang bahaya “HMI Connection” di Partai Demokrat, termasuk kemungkinan penguasaan terhadap daftar  calon legislatif yang akan diisi oleh “orang-orang Anas”. 

Maka, sebelum “HMI Connection” ini dengan figur Anas Urbaningrum menjadi ancaman riil, SBY sudah mengambil tindakan dengan menyingkirkan Anas. Dengan masalah korupsi.

Mungkinkah semua tindakan yang dijalankan oleh Nazaruddin, Anas, Andi Mallarangeng, tanpa sepengetahuan Presiden SBY? Sementara itu, Presiden SBY menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Ketua Umum Partai Demokrat? 

Presiden SBY, seorang jendral, lahir di Pacitan, dan pernah mendapatkan pendidikan militer di Amerika. Mengerti  apa yang harus dilakukannya. Anas memang harus diakhiri karir politiknya di periode ini. af/hh


latestnews

View Full Version