View Full Version
Senin, 21 Apr 2014

Partai Nasionalis Sekuler Gembosi Koalisi Partai Islam?

JAKARTA (voa-islam.com) - Bukan hanya digembosi. Kalau bisa pemilu 2014 ini, sebagai ladang pembantaian "killing field" bagi partai-partai Islam. Partai Islam tamat di tahun 2014 ini. Sehingga, pemilu 2019,  nanti hanya tinggal partai-partai sekuler belaka.

Harian katolik-Kompas, melalui Litbangnya, di awal Januari 2014, sudah mengeluarkan hasil survei, dan menjadi 'headline' (berita utama), tidak ada satupun Partai Islam, yang lolos threshold, kecuali PKB. CSIS juga sama mengeluarkan survei, tidak ada satupun Partai Islam yang lolos threshold. Rata-rata dibawah 3 persen.

Survei-survei lainnya, mengeluarkan hasil yang sama, Partai-Partai Islam sudah tidak ada lagi yang meminati. Apalagi, kasus korupsi yang menimpa beberapa anggota atau pimpinan Partai Islam terlibat korupsi, sudah di blow up media-media kristen dan sekuler, dan dibuat citra yang sangat buruk terhadap Partai Islam.

Padahal, rajanya korupsi itu, Partai-Partai Sekuler. PDIP, Golkar, dan Demokrat, seperti yang diungkapkan oleh KPK.

Partai-Partai Islam yang melakukan korupsi tak lebih dari tiga orang, tetapi berita sudah sangat luar biasa. Sementara itu, partai-partai yang tokohnya terlibat korupsi tidak menjadi 'news' bagi media.

Apalagi, usaha-usaha Partai-partai Islam yang ingin membangun koalisi sesama Partai Islam diberitakan dengan sangat negatif. Sudah tidak bermanfaat, sudah basi, dan sudah kedaluwarsa, dan berbagai pandangan negatif lainnya, termasuk melakukan wawancara 'tokoh' yang sangat miring terhadap partai Islam.

Maka, menghadapi kondisi ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M. Romahurmuziy menilai ada pihak yang ingin menggagalkan wacana koalisi parpol Islam di 2014.

"Wacana koalisi partai Islam ini memang digembosi oleh pihak-pihak yang tidak ingin partai tengah terbentuk," ujar Romahurmuziy di Jakarta, Jumat (15/11/2013).

Menurutnya, pihak yang ingin menggembosi koalisi parpol Islam ini adalah parpol nasionalis. Partai tengah seperti PPP, PAN, PKB, dan PKS diperlukan oleh partai nasionalis untuk pemilihan presiden nanti.

"Karena partai-partai nasionalis perlu hadirnya partai tengah untuk menjadi teman koalisi sebab dengan situasi politik yang ada kemungkinan perolehan suara mereka tidak mungkin cukup untuk maju sendiri dalam pilpres," ungkapnya.

Romi, panggilan akrabnya, tidak menyebut siapa parpol nasionalis yang dimaksud. Namun jika dilihat keterwakilan parpol di DPR, di luar PPP, PAN, PKB, dan PKS, ada Demokrat, Golkar, PDIP, Hanura, dan Gerindra (semuanya parpol nasionalis).

"Katakanlah yang berkoalisi PPP, PAN, dan PKB. Hari ini kursinya sudah mencapai 117 kalau ditambah PKS menjadi 169. Jauh di atas kebutuhan kursi untuk pencalonan presiden yang hanya 112 kursi," ungkapnya.

Atas dasar perhitungan tersebut, PPP menilai peluang terbentuknya koalisi ini sangat terbuka dan sangat mungkin untuk memajukan capresnya sendiri.

"Untuk dapat terwujud koalisi partai Islam atau yang ia sebut dengan partai tengah, masing-masing partai Islam harus menekan ego atau keinginan untuk memunculkan capresnya masing-masing," ujarnya.

Adanya langkah-langkah yang sangat negatif itu, tidak jarang membuat kalangan Partai Islam nyalinya menjadi ciut, dan tidak lagi bernyali membangun koalisi sesama Partai Islam. (afgh/dbs/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version