View Full Version
Senin, 05 May 2014

Warga NU Tidak Mengikuti Ulama, dan Menolak Jokowi

JAKARTA (voa-islam.com) - Tidak selalu warga NU mengikuti ulama dengan ‘buta’ alias ‘taklid’. Justru warga NU sering menunjukkan sikap anomali (menyimmpang) dari para ulamanya, khususnya dalam bab urusan politik. Ini sudah terbukti dengan jelas, ketika pimilihan presiden tahun 2009, pasangan Mega-Hasyim Muzadi, kalah dari pasangan SBY-JK.

Walaupun Jokowi sudah berusaha mendekati tokoh-tokoh Nahdiyyin (NU), seperti mengunjungi Gus Sholahuddin Wahid (adik Abdurrahman Wahid) di Jombang, dan berkunjung ke makam Gus Dur, dan mengunjungi sejumlah ulama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, nampaknya Jokowi belum bisa menggalang seluruh kiai NU, termasuk tidak semua warga Nahdiyyin otomatis mendukung Jokowi.

Sementara itu, menurut analisa LSN (Lembaga Survei Nasional), mengapa warga NU lebih memilih Prabowo dibandingkan dengan Jokowi, karena Prabowo memiliki visi dan misi yang jelas, dan menurut LSN, warga NU lebih menerima dengan visi kerakyatan yang diusung Prabowo ketimbang Jokowi.

"Program-program Partai Gerindra yang didirikan Prabowo Subianto selama ini cenderung berorientasi pada masyarakat petani di pedesaan yang notabene banyak berafiliasi ke NU," jelas Umar dari LSN.

Memang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah merapat dan berkoalisi dengan PDIP. Partai yang diketuai Muhaimin Iskandar ini dikenal sebagai wadah aspirasi politik warga NU.

Namun, menurut LSN, bahwa dukungan warga NU tidak mengikuti keputusan politik PKB. "Keberadaan Yenny Wahid yang lebih mendukung Prabowo Subianto sedikit banyak mempengaruhi preferensi warga Nahdliyin yang masih menghormati keluarga Gus Dur (KH.Abdurrahman Wahid)," jelas Umar.

Ada tiga capres yang disurvei, satu lagi Aburizal Bakrie. Tingkat keterpilihan Aburizal di kalangan warga NU berdasarkan survei LSN 15,5% responden. Sementara sebanyak 29,9% responden menyatakan “tidak tahu” atau belum punya pilihan Itulah hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN). Survei dilakukan pada 14-24 April 2014.

Survei LSN dilakukan terhadap kedekatan responden pada dua ormas yakni NU dan Muhammadiyah. 55,9% mengaku dekat dengan NU. Sementara 17,2% dekat dengan Muhammadiyah. Maka, LSN mensurvei 55,9% yang dekat dengan NU, dan nampaknya ini akan menjadi penentu bagi nasib Jokowi.

Jokowi sudah menampakan belangnya. Belum menjadi presiden harus ‘kongkow-kongkow’ di rumah konglomerat Cina, Jacob Soetojo yang menjadi anggota Trileral Commision dan CSIS, dan pertemuan di rumah Jacob itu, dihadiri Duta Besar Amerika Serikat, Inggris, Vatikan, Myanmar, dan Meksiko dan lainnya.

Ini sudah menggambarkan Jokowi itu tidak akan berpihak kepada bangsa Indonesia. Tapi, akan menjadi alat dan ‘centengnya’ bagi kepentingan “Asing dan A Seng”. (jj/dbs/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version