BEKASI (voa-islam.com) - Digusur dari Masjid Muhammad Ramadhan (MMR) tak menyurutkan semangat para santri cilik Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) binaan Ustadz Faiz untuk tetap mengaji. Menumpang di masjid Al-Muhajirin, Pulo sirih Taman Galaxi Indah Bekasi Selatan yang berjarak 500 Meter dari MMR, santri yang tinggal 32 orang tetap semangat menyetor hafalan Qur’annya ke Ustadz Faiz dan Ustadz Yayat Ruhiyat, Senin (27/05/2014) lalu.
Kontibutor voa-islam di lapangan berhasil mengabadikan sebagian gambar kegiatan belajar mengajar di masjid yang berdekatan dengan rumah Ustadz Syuhada’ Bahri. Walaupun Ustadz Syuhada’ terlihat pro dengan penggulingan DKM MMR pimpinan Ustadz Nanang, namun masjid di dekatnya malah terbuka untuk kegiatan MMR yang dilarang dilaksanakan di masjid yang dikenal makmur kegiatan taklimnya itu. Kabar terbaru, Majelis taklim Ummahat ‘Pecinta Sunnah, pun dipersilahkan menggunakan masjid Al-Muhajirin ini.
Pasca kudeta MMR tanggal 20 April 2014, pengurus baru membubarkan semua kegiatan di MMR tak terkecuali TPA. Santri yang berjumlah lebih dari 57 orang tak luput dari sasaran hantam pengurus baru yang ditunjuk Pemkot Bekasi melalui kepada Camat Bekasi Selatan, Abi Hurairah.
“Anak-anak ini tak pernah mengerti mengapa mereka tak bisa lagi mengaji di MMR. Hanya karena kecerobohan sebagian orang yang bernafsu mengambil alih dengan dalih akan lebih memakmurkan masjid dari yang sudah makmur ini,” tutur Abu Syauqi, mantan pengurus DKM MMR pimpinan Ustadz Nanang voa-islam.com, Senin (27/05/2014) lalu. [Baca: Innalillaah!! Pasca Dikudeta, Kegiatan TPA Muhammad Ramadhan juga Dilarang]
Abu Sabil, salah seorang jamaah rutin MMR, mengaku sedih melihat nasib anak-anak TPA. Semangat mereka menimba ilmu di golden Age ini terganggu karena sebab keserakahan orang tua yang ingin menguasai masjid di pinggir jalan, tentunya memiliki pemasukan infak yang tak sedikit.
Kenyataannya, setelah satu bulan lebih ambisi mereka terpenuhi, MMR semakin redup dan jauh dari kemakmuran yang sebelumnya telah dicapai.
Dalam pantauan voa-islam, Ahad pagi ba'da shubuh hingga menjelang dzuhur yang semula selalu ramai dengan kajian ilmiah dan bedah buku, kini lengang bagai masjid di pinggir kuburan yang jauh dari lingkungan masyarakat.
“Masjid hanya boleh untuk shalat saja. Semua kajian harus disesuaikan agar karakter masjid menjadi kerdil sesuai dengan wawasan penguasa yang tak paham soal agama yang utuh,” tambah Abu Sabil yang merasa prihatin dengan kondisi MMR sekarang ini.
Akibatnya, shalat 5 waktu yang semula ramai pun tak lebih seperti masjid persinggahan orang lalu lalang yang tak memiliki jamaah tetap.
Klaim yang digadang-gadang bahwa masyarakat setempat yang akan lebih memakmurkan masjid tak terbukti. Bahkan Abdul Hadi, tokoh Pekayon yang memobilisir massa ‘preman’ dalam perampasan MMR tak terlihat shalat 5 wkt di MMR.
“Tak lebih bagaikan provokator yang asal bicara tanpa melihat fakta.
Tak fikir panjang memang bagian dari perbuatan nafsu yang tak terkendali,” tutur pria yang bersemangat mendukung dakwah sunnah dengan harta dan ketrampilannya.
Abu Sabil juga mempertanyakan tuduhan yang dialamatkan ke MMR sebagai sarang kegiatan teroris, “Apakah kegiatan membaca dan menghafal Al-Qur'an oleh anak-anak TPA dan MT Umahat pantas dituduh sebagai pengajian kaum terroris. Tuduhan-tuduhan miring terhadap MMR sebagai sarang teroris selam ini jauh api dari panggang.”
“Tinggal kita menarik nafas dalam-dalam dan mengurut dada sambil mengucap Ataghfirullah al adziim,”tutupnya dalam perbincangan dengan voa-islam.com, Senin (26/05/2014) siang tadi
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, Pemkot Bekasi mengambil alih paksa Masjid Muhammad Ramadhan (MMR) dari tangan DKM MMR yang diketuai Ustadz Nanang Prayudiyanto, Ahad (20/04/2014). Terdengar kabar, ikut campurnya Pemkot dalam ranah keagamaan ini karena keputusan sepihak ketua Yayasan yang menyerahkan masjid ke Pemkot. Namun sayang, Pemkot tidak berusaha mempertemukan pihak yayasan dan DKM yang sejak beberapa tahun sebelumnya sudah berselisih.
Proses eksekusi pengambilalihan masjid di tanah Fasos dan Fasum ini dinilai banyak pihak sangat berlebihan. Tidak hanya membawa Satpol PP dan Brimob, pihak pengambl alih juga membawa massa dari FBR dan FPI. Bahkan terlihat sejumlah pria bertato ikut berbuat keonaran di lingungan masjid yang makmur kegiatan keislamannya.
Setelah mengambil alih masjid, Pemkot segera membentuk pengurus baru. Tidak hanya itu, kunci-kunci pintu masjid pun langsung diganti. Aset-aset masjid dirampas. Semua kegiatan kajian dihentikan.
Sejumlah plang kantor TPM dicopot. Tidak hanya itu, Papan pengumuman larangan merokok dan anjuran berjilbab di lingkungan masjid tidak luput dari sasaran. [PurWD/voa-islamcom]