View Full Version
Ahad, 24 Apr 2016

PSPI: Identitas Keislaman Kota Solo Telah Luntur

SOLO (voa-islam.com)--Identitas keislaman Kota Solo, Jawa Tengah kurang mendapat perhatian dari aktivis Islam. Identitas yang muncul justru sosok non muslim. Seperti Slamet Riyadi, sosok yang dijadikan nama jalan protokol di kota Solo sekaligus patung untuk mengenangnya.  

Arif Wibowo Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Solo melihat kenyataan ironis perihal lunturnya identitas Islam di Kota Solo.

Padahal dalam perjalanan sejarah, Kota Solo pernah menjadi ibu kota kerajaan mataram Islam. Perlawanan melawan penjajah juga pernah dilakukan umat Islam Solo dibawah pimpinan Ki Ageng Henis.

Tak hanya itu sosok Haji Samanhoedi, juga melakukan perjuangan dengan penggabuangan wacana Islam, ekonomi, dan politik dalam wadah Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikannya.

“Sayangnya ikon kota Solo justru sosok non-muslim. Padahal kota Solo dalam perjalanan sejarahnya tidak lepas dari perjuangan tokoh-tokoh Islam,” katanya  Jum’at (22/4/2016) di Masjid Nurul Huda Universitas Sebelas Maret (UNS).

Lanjut Arif, identitas keislaman yang hadir di ruang publik dapat mempengaruhi kebudayaan masyarakat. Paling sederhana, akan membangun rasa ingin tahu masyarakat tentang sosok yang dijadikan identitas kota.

“Melihat sejarah sekaligus peran tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan bangsa ini, umat Islam di Solo berhak mengembalikan identitas Islam mengganti Ig Slamet Riyadi dengan Haji Samanhoedi,” ujar Arif.

Lunturnya identitas keislaman di kota Solo juga merupakan kesalahan aktivis, lantaran abai terhadap sejarah. Monumen maupun karya ilmiah dan karya sastra untuk memudahkan penelurusan rekam jejak perjuangan tokoh Islam dilupakan. Padahal hal tersebut dapat menyematkan semangat perjuangan dari generasi ke generasi.

Menurut Arif, perlu gerakan yang masif untuk mengembalikan identitas keislaman kota Solo. Diantaranya dengan menulis karya-karya yang mengupas sosok dan perjuangan tokoh Islam di Solo.

“Misalnya menulis biografi Haji Samanhoedi, kehidupan santri pesantren di Laweyan, perkembangan kampung batik Laweyan. Ini dapat menjadi rekam jejak bagi para pelajar untuk napak tilas perjuangan Haji Samahoedi maupun tokoh Islam lainnya di kota solo," tandasnya.* [Arief/Syaf/voa-islam.com]

 

latestnews

View Full Version