View Full Version
Selasa, 06 Aug 2019

Pristac Wisuda Santri Angkatan Pertama

 
DEPOK (voa-islam.com)--Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (Pristac) mewisuda 10 santri angkatan pertamanya, Sabtu (3/8). Wisuda yang berlangsung di Pesantren At Taqwa Cilodong, Depok, Jawa Barat, itu dihadiri segenap pengurus yayasan At Taqwa dan pendidik, pejabat lingkungan kelurahan, serta para wali santri.
 
Mudhir Pristac, M Ardianysah, menjelaskan, Pristac adalah program pendidikan untuk santri tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dari jalur non-formal. Ujian kelulusan menggunakan paket C.
 
‘’Standar Kompetensi Lulusan secara prinsip mengacu kepada konsep pendidikan Islam, yang kebetulan juga sejalan dengan Permendikbud No 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL),’’ ujarnya.
 
Pendidikan non-formal Pristac berlangsung selama dua tahun setara SMA, dengan materi kajian pokok tentang adab, pemikiran Islam, dan wirausaha. Peserta didiknya dibimbing langsung oleh para pakar seperti Dr Adian Husaini, Dr Muhammad Ardiansyah, M Suidat MPdI, Nuim Hidayat MSi, dan Ir Kusnadi.
 
Kesepuluh wisudawan memiliki keunggulan komparatif masing-masing, selain kompetensi standar. Fatih Madini atau Imad, misalnya, menguasai worldview Islam dan menuliskan gagasannya dengan baik. Buku karya santri usia 16 tahun ini sudah terbit dengan judul  ‘Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia: Catatan Pemikiran Santri Milenial’ dan pernah dipresentasikan di beberapa kota di Indonesia hingga ke Kuala Lumpur, Malaysia.
 
Musa Ibrahim, imam tetap Masjid Taman Madani Pondok Pesantren At Taqwa sekaligus pakar Bahasa Inggris. Rekannya, Faris, sudah lancar berbahasa Inggris.
 
M Fadlan Adzhim memiliki skill desain visual dan teamwork leader. Desain karyanya menghiasi papan petunjuk di lingkungan pesantren.
 
Dalam orasinya, Fatih membacakan prosa gubahannya sendiri, yang sulit dipercaya untuk ukuran generalsi milenial pada umumnya.
 
Dalam salah satu baitnya dia menggurat:
 
At-Taqwa mengajarkan kami bahwa kepintaran bukan tujuan utama. Masuk sekolah favorit atau kampus bergengsi bukan hal yang luar biasa. Lalu Memperoleh kerja untuk kemudian bisa makan bukan pula tujuan yang mulia.
 
Sebab itu sama saja mengkerakan manusia, bahkan merendahkan manusia dari kera. Sebab kera tidak perlu sekolah dan ke kampus untuk makan dan menghidupi keluarganya.
 
Yang selalu di tanamkan pada kami, adalah Bagaimana Insan Adabi bisa tercipta. Menjadi manusia baik, yang bisa meletakkan segala sesuatu, termasuk ilmunya. Pada tempat yang semestinya sesuai akal dan kehendak Allah SWT.
 
Manusia yang bersih dari penyakit riya’, ujub, sombong, dengki, dan hubbud dunya. Bukan malah melahirkan a new barbarian ke alam dunia. Mungkin ia pintar, dapat kampus bergengsi, lalu bisa duduk dekat penguasa.
 
Wisuda juga dimeriahkan dengan tampilan berkualitas dari tim santri yang membawakan narasi Gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Gurindam 12 adalah puisi Melayu yang digubah Raja Ali Haji,  sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Gurindam bermuatan ajaran adab ini ditulis pada 23 Rajab 1264 Hijriyah atau 1847 Masehi di saat Raja Ali Haji berusia 38 tahun.
 
Sebagian besar alumni Pristac melanjutkan studi ke At Taqwa College (Atco) yang mulai dibuka tahun ajaran 2019-2021. Mereka memperdalam ilmu sambil berkhidmat pada unit-unit pendidikan Yayasan At Taqwa sebagai tenaga pengajar maupun supporting force.
 
Atco, menurut penuturan Adian Husaini, adalah pendidikan setara Strata-1 selama 2 tahun dengan materi pokok: Islamic Worldview, Jurnalistik Profetik, dan Information Technology (IT).
 
Selain Dr Adian Husaini dan Dr Muhammad Ardiansyah, Atco juga diampu oleh wartawan senior Herry Komar dan penulis buku Nuim Hidayat, serta pakar IT Dr Munawar.* [Syaf/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version